Prolog

68 7 2
                                    

Cuaca kota Medan yang panas membuat siapa saja membutuhkan pendingin udara untuk menyejukan badan. Apalagi di cuaca yang panas ini beberapa mahasiswa baru saja selesai dengan jam mata kuliah.

Beberapa mahasiswi eksis tentunya tidak akan langsung pulang kerumah begitu saja. Mereka berniat untuk menyejukan diri atau sekedar nongkrong untuk memenuhi kebutuhan sosial media mereka di sebuah coffee shop di sebrang sana. Lokasi coffee shop tersebut tidak jauh dari gerbang kampus.

Di sisi lain, mobil Mercedes Benz G-Class AMG G 63 hitam telah terparkir rapi di pekarangan depan coffee shop tersebut. Begitu mesin mobil itu mati, bukan pejabat, bukan bos, bukan lelaki, melainkan seorang gadis bertopi dengan rambut sepunggung turun dari mobil mahal itu.

Karena terganggu dengan cuaca panas kota Medan sekarang ini, gadis bertopi itu segera melangkah masuk kedalam coffee shop.

Setelah selesai memesan minuman kopinya, dia duduk di meja khusus empat orang. Terlihat dari pemilihan tempat duduknya saja, sudah bisa di tebak kalau gadis itu menunggu seseorang. Tidak, lebih tepatnya menunggu temannya yang sudah membuat janji. Penampilan gadis itu cukup mencuri perhatian banyak orang. Gayanya tomboy, celana jeans hitam ketat, kemeja hitam dengan kancing yang di buka semua memperlihatkan baju kaos putih sebagai dalemannya. Di tambah dengan sentuhan sepatu sneakers converse chuck taylor membuatnya terlihat seperti leader dari sebuah grup dance.

Gadis itu tidak melakukan aktivitas lain selain mengotak-atik ponsel dan sesekali menyedot minuman kopinya.

Hawa coffee shop memang terkesan sepi, tapi sebenarnya banyak mahasiswa dan orang-orang yang sedang bersantai di sana. Juga ada beberapa yang sibuk di depan laptopnya. Gadis bertopi itu tidak peduli dengan aktivitas orang lain, dia di sana hanya untuk menunggu temannya.

"Sumpah ya, capek kali aku cuk." Salah satu mahasiswi yang baru selesai kelas bersuara.

Mereka duduk di kursi tepat samping gadis bertopi itu. "Iya gilak. Tuh dosen kalau ngasih tugas nggak pernah dikit."

"Capek kali, ya Tuhan. Mamak, bawa aku pulang. Aku mau pulang ke rumah aja, nggak mau di Medan. Bahasanya pada kasar-kasar."

"Heh Ica, kita tuh baik-baik. Emang bahasanya aja yang kasar tapi hatinya tetap Hello Kitty."

"Tuh, dengar apa kata si Putri."

Gadis bertopi itu tetap diam, tidak memperdulikan ketiga mahasiswa di sebelahnya. Di lihat-lihat mereka adalah mahasiswi semester akhir.

"Mamak! Pengen nikah!" Salah satu mahasiswi yang bernama Ica itu kembali mengeluh.

Gadis bertopi yang tadinya fokus pada ponselnya, kali ini telinganya fokus mendengarkan percakapan ketiga gadis yang duduk di sebelahnya.

"Sama cuk," saut temannya yang bernama Lala.

"Capek kali sama tugas. Pengen nikah aja. Kan enak, ya? Di biayain, jadi Ratu, di sayang, bahagia, nggak perlu mikirin tugas lagi," temannya bernama Putri mulai menghalu.

Gadis bertopi di sebelah mereka sudah tidak fokus pada ponselnya. Dia menatap lurus ke depan.

"Hooh, kalau lapar di masakin makanan sama suami." Ica yang tadi mengeluh sekarang ikut menghalu.

"Kalau tidur kepala kita di elus." Lala menyaut haluan temannya.

Topik pembicaraan mereka membuat gadis bertopi itu merasa terganggu. Hatinya terasa sesak, nafasnya tidak beraturan. Ketiga mahasiswi itu masih terus membicarakan hal-hal menyenangkan setelah menikah. Sekitar 10 menit lebih topik pembicaraan mereka adalah pernikahan.

Gadis bertopi itu mengepal kuat kedua tangannya. Melampiaskan emosinya di sana. Giginya merapat kuat sampai terlihat garis rahangnya yang tegas. Dia tidak tahan untuk terus mendengarkan topik pembicaraan ketiga mahasiswi itu.

Kini, gadis bertopi itu bangkit dari duduknya. "KELEN PIKIR NIKAH ITU ENAK?"

Suasana coffee shop menjadi hening. Suara gadis bertopi itu terdengar sangat kuat dan lantang. Ketiga mahasiswi itu terkejut bukan main. Mereka menatap gadis bertopi dengan penuh keheranan, bukan karena takut tapi justru mereka tidak mengenal siapa gadis bertopi itu.

Pelanggan di dalam coffee shop itupun menatap ke arah gadis bertopi. Kini, dia telah menjadi pusat perhatian karena suaranya yang terdengar sangat kuat dan lantang.

"Nikah itu nggak enak! Kau pikir jika kau menikah, kau bakal bahagia, gitu? Kau pikir setelah kau menikah, kau akan di perlakukan seperti Ratu? Kau pikir di saat kau lapar, suamimu akan memasakan makanan untukmu? Dan kau pikir setelah menikah kau akan tenang dan nggak punya masalah hidup? Nggak! Kelen salah!"

"Menikah itu bukan tentang percintaan, bahagia, saling sayang, romantis. Bullshit! Nikah nggak seindah extra chapter wattpad. Sadarlah! Nikah itu adalah awal kesengsaraan."

Gadis bertopi itu benar-benar telah menjadi pusat perhatian semua orang di sana. Bahkan barista sampai berhenti membuat kopi pesanan karena perkataan yang tidak bisa di bilang pelan keluar dari mulut gadis bertopi itu.

"Hmm.. Kakak siapa ya?" Mahasiswi bernama Ica itu memberanikan diri bertanya. Dia heran, tiba-tiba saja gadis bertopi itu masuk kedalam topik pembicaraan mereka.

Gadis bertopi itu tidak menjawab.

"Kak, kita cuma menghalu. Kita tau kok, realita menikah nggak seindah itu. Tapi, kenapa Kakak menganggapnya serius?" Putri mengangkat suara. Dari tadi dia kebingungan dengan kehadiran gadis bertopi itu.

Gadis bertopi itu akhirnya sadar kalau dirinya telah menjadi pusat perhatian. Apa yang di bilang Putri benar, kenapa dia menjadi sangat serius padahal mereka hanya menghalu? Dulu dirinya juga pernah menghalu seperti mereka.

Ah, sial. Sekarang dia tidak tahu harus menyembunyikan wajahnya di mana. Gadis bertopi itu menunduk, agar wajahnya tidak di lihat oleh orang-orang. Dia segera meraih tas selempangnya lalu melangkah keluar dari sana. Kopinya yang tinggal setengah dia biarkan begitu saja. Sudah banyak mata melihat ke arahnya, maka tidak ada jalan lain selain meninggal tempat tersebut.

"Aduh!" Gadis bertopi itu menabrak seorang cowo di ambang pintu. Lidah topinya tidak sengaja terantuk ke dagu cowo itu, membuat topi yang dia kenakan terlepas dari kepalanya.

Cowo itu memegang dagunya, karena lantaran benturan lidah topi itu cukup keras mengenai dagunya. Cowo itu berjongkok, berniat untuk mengambil topi yang jatuh karena ulahnya.

Gadis itu pun juga berjongkok berniat untuk mengambil topinya. Tangan mereka secara bersamaan memegang topi, mata mereka saling bertemu. Detik setelahnya gadis itu melepaskan tangannya dari topi. Dia lebih dulu berdiri.

Cowo itu bangkit, "Kau gapapa?" menanyakan keadaan gadis di hadapannya sembari menyodorkan topi itu.

Bukannya menjawab, gadis itu merampas topinya lalu kembali melangkah keluar dari sana. Rasa malu dan emosinya sangat memuncak sampai lupa mengucapkan terima kasih kepada cowo tadi.

Kaki jenjangnya berjalan menuju mobil Mercedes Benz yang terparkir rapi di sana. Dia tidak memperdulikan temannya yang sempat dia tunggu tadi. Bagi gadis itu, lebih baik batalkan janji dari pada menahan malu menjadi pusat perhatian.

Gadis itu kembali memakai topinya, menyalakan mesin mobil Mercedes Benznya, lalu bergerak pergi dari sana.

Gadis bertopi itu bernama Lia Puspa, dia adalah seorang janda.

°~°~°~°~°

Seperti tulisan di cover. Cerita ini berlatar belakang Medan. Nantinya akan ada logat atau bahasa Medan di cerita ini. Pastinya bakal aku kasih arti kok.

Oh iya sedikit ngasih tau hehe.
Kau di medan bacanya bukan Kau
tapi Ka-u. Di pisah tapi di sambungin. Ka-u bukan kau. Oke? paham ya.

Atau bisa nonton film Ngeri-Ngeri Sedap dulu biar tau gimana logat Medan😭 ahayy💃🏻

Ok, jangan lupa kasih bintang dan komen. Karena bintang penyemangatku buat nulis. Makasih banyakk❤️❤️

ALLOW ME TO FLY [HIATUS]Where stories live. Discover now