10. Trauma

17 3 0
                                    

Cukup lama kedua insan itu berpelukan. Sekarang deruhan nafas Lia sudah tidak seberat beberapa menit yang lalu. Bisa di katakan, bahwa Lia sekarang sudah jauh lebih tenang dari sebelumnya. Namun, Darpa sama sekali tidak ingin melepaskan pelukannya, takut jika Lia masih membutuhkan pelukan. Maka dari itu, Darpa menunggu Lia sendiri yang akan melepaskan pelukan mereka.

Tersadar dengan apa yang telah ia perbuat, Lia sontak melepas pelukannya dari Darpa. Sedikit membuat Darpa tertolak kebelakang.

"Maap." Lia berkata. Dirinya merasa malu dan tak nyaman.

Darpa tersenyum tipis, "Gapapa. Kau gapapa?"

Lia mengangguk namun matanya tidak berani untuk menatap Darpa. Perempuan itu merasa malu karena telah melakukan hal yang tidak terduga.

"Kau kenapa, Lia? Kenapa bisa sampai terduduk di kamar mandi? Kau jatuh?" Darpa bertanya khawatir. Dia bertanya khawatir serta jujur ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Helahan nafas panjang meluncur dari bibir Lia. "Aku tadi terpeleset."

"Terpeleset? Kau gemetar kayak habis ngeliat hantu." Darpa menatap Lia khawatir dan curiga. Lelaki itu tahu betul Lia sedang berusaha untuk berbohong dan berpura-pura untuk terlihat baik-baik saja.

Lia berdiam, kepalanya menunduk menatap lantai. Dia tidak berani menatap Darpa. Lia bahkan tidak tahu harus menceritakan dari mana tentang masalalunya pada Darpa. Bagaimana jika Lia memberitahu jika ia adalah seorang janda. Apakah Darpa akan tetap mau berteman dengannya.

"Ah, maapkan aku. Seharusnya aku nggak berhak bertanya kayak gitu. Tapi, kalau kau mau cerita, aku siap untuk mendengarkan."

Lia mengangkat kepalanya. Tidak menyangka jika Darpa akan berkata seperti itu. Di satu sisi Lia bersyukur jika topik pembicaraan mereka telah berakhir di sini. Tapi, di sisi lain mau sampai kapan dirinya seperti ini? Cepat atau lambat Darpa akan mengetahui tentang masalalunya.

"Aku punya trauma." Lia kembali menunduk, "Aku nggak bisa ngeliat bak mandi, gayung, dan kipas angin berdiri."

Darpa menatap Lia yang menunduk. Melihat tatapan Darpa yang tidak biasanya membuat Lia sedikit tak nyaman.

"Aneh, kan?" Lia tersenyum pasrah menerima apapun jika Darpa menganggapnya aneh.

"Nggak."

Lia mengangkat kepalanya menatap Darpa dengan mata melotot tidak percaya.

"Nggak, bagiku itu nggak aneh. Mungkin, di masalalu kau memang ada trauma akan hal itu. Aku juga punya trauma, aku nggak bisa bawa kereta. Aku trauma karena dulu pernah jatuh dan berakhir masuk got." [Motor; di Medan bilangnya Kereta]

Hening beberapa saat hingga akhirnya suara tertawa kuat keluar dari mulut Lia. Seketika Lia teringat akan cerita yang pernah Salsa ceritakan padanya. Dia tahu bagaimana kronologi Darpa bisa jatuh masuk ke got.

"Kok ketawa?" Darpa bertanya seakan-akan kebingungan. Padahal dalam hati dirinya bahagia bisa membuat Lia tertawa.

"Aku jadi ingat cerita yang pernah Salsa ceritakan." Lia masih berusaha untuk menghentikan tawanya. Namun, nihil. Dia kembali tertawa saat membayangkan Darpa masuk ke dalam got.

Pada saat itu, tanpa sadar bibir Darpa terukir senyuman karena melihat wajah Lia yang tertawa lepas. Sepertinya lelaki itu semakin di buat jatuh hati oleh Lia. Salah satu fakta seseorang yang sedang jatuh cinta adalah ikut merasa bahagia saat melihat orang yang yang di cintainya bahagia. Seperti itulah perasaan Darpa melihat Lia sekarang.

Beberapa detik setelahnya, akhirnya Lia telah berhenti tertawa. Tapi, senyuman Darpa masih belum luntur juga. Perlahan, tangan berurat itu menarik tangan mungil Lia untuk dia elus punggung tangannya.

"Aku nggak tau kau trauma karena apa. Tapi, kalau sekarang kau memang belum siap untuk bercerita, maka gausa cerita. Aku nggak masalah, kok. Dan sebaliknya jika kau udah siap untuk bercerita, dengan senang hati aku akan mendengarkannya." Darpa tersenyum matanya fokus menatap mata perempuan yang ada di hadapannya.

Perkataan lelaki itu membuat Lia merasa kagum untuk kesekian kalinya. Lagi-lagi Lia tanpa sadar memandingkan Darpa dengan mantan suaminya. Ozan tidak pernah berkata seperti itu kepadanya.

Kini, Darpa menggenggam kedua tangan Lia. Tapi tetap memastikan kalau genggamannya tidak terlalu kuat, takut jika Lia akan merasakan sakit. "Ayo, sama-sama kita sembuhkan traumamu. Izinkan aku untuk menyusun kembali hatimu yang sempat pecah berserakan itu. Aku nggak mau ngasih janji, tapi akanku tunjukan melalui perlakuanku untukmu."

Atmosfer ruang tamu itu seketika berubah menjadi sunyi. Bahkan, tanpa di beritahu pun Darpa seakan tahu jika hatinya sempat pecah berserakan. Entah dari mana lelaki itu tahu, mungkin dari Salsa.

Lia menatap lekat manik mata hitam Darpa. "Kenapa kau selalu baik padaku?"

Hening sesaat. Darpa menghela nafas pelan, sepertinya ini adalah waktu yang pas untuk memberitahukan perasaannya dengan jujur. "Karena aku suka denganmu, Lia."

Lia seakan berhenti bernafas. Suara jarum jam dinding terdengar dengan sangat jelas. Bahkan, suara jantung mereka seakan bisa terdengar juga. Lia tidak percaya dengan apa yang barusan dia dengar.

Darpa suka padanya. Bagaimana mungkin? Ini adalah bencana. Seharusnya dari awal Lia cukup baik saja pada Darpa, dan tidak perlu merespon lelaki itu hingga jauh sampai seperti ini.

Lihatlah, sekarang Lia telah memainkan perasaan orang lain. Entah apa yang terjadi jika Darpa tahu ia adalah seorang janda. Pasti lelaki itu akan membencinya, atau bahkan lebih parahnya lagi mungkin Darpa akan memutuskan kontak dengannya.

"Jangan pernah suka aku, Darpa." Lia menarik tangannya kembali sedikit kasar.

Darpa tersentak kaget, "kenapa?"

"Pokoknya jangan." Lia siap untuk bangkit.

Namun, dengan cepat Darpa menariknya hingga membuatnya terduduk kembali. "Kau nggak suka aku?"

Mana mungkin. Ini pertama kalinya Lia di perlakukan layaknya Ratu oleh seorang lelaki. Dan, tidak mungkin Lia tidak menyukai Darpa.

"Bukan itu." Lia berkata dengan kepala menunduk. Ia tidak berani menatap Darpa.

"Ok, kau nggak mau ngasih tau alasan kenapa aku nggak boleh suka dengamu. Tapi, setidaknya jujurlah pada hatimu. Apa kau suka padaku?"

Lia mengigit bibir bawahnya menahan gejolak pada hatinya. Dia senang karena mendengar pengakuan jujur dari Darpa, tapi di sisi lain dia juga takut jika lelaki ini akan meninggalkannya saat mengetahui masalalunya.

"Lia.." Darpa memanggil lembut sembari menarik pelan dagu Lia untuk menatapnya. "Kau suka padaku?"

Memandangi mata hitam milik lelaki di hadapannya semakin membuat Lia yakin untuk jujur pada perasaannya sendiri. Walau pada akhirnya tidak ada yang bisa menjamin siapa yang akan meninggalkan atau siapa yang akan tetap bertahan pada saat masalalunya terbongkar nanti.

Lia menelan salivanya susah payah. "Ya, aku suka denganmu."










co be continuous..

ALLOW ME TO FLY [HIATUS]Where stories live. Discover now