13. Kehadiran

15 2 0
                                    

"LIAAA!"

Seseorang berteriak kencang dari arah gerbang masuk membuat sang pemilik nama menoleh kebelakang. Terluhat seorang lelaki berambut gondrong berlari-lari kecil menghampiri Lia yang berdiri.

Kehadiran sosok lelaki itu membuat Lia mematung. Kedua kakinya melangkah mundur sedikit lantaran terkejut dengan kehadiran sosok lelaki berambut gondrong tersebut. Dia adalah Ozan, mantan suaminya.

"Lia!" Lelaki itu kini telah berdiri di hadapan Lia. Deruhan nafasnya terdengar terengah-engah karena habis berlari ke sana dan ke mari hanya untuk mencari keberadaan perempuan yang memegang status sebagai mantan Istrinya.

"Lia.." Mata hitamnya menatap Lia dengan lekat. Tatapan seperti itu tidak pernah Ozan tunjukan saat mereka masih bersama. "Pulanglah." Nada suaranya terdengar lembut.

Namun, Lia tidak akan luluh dengan mudahnya. Alisnya menyerngit tegas, tatapan mata coklatnya menatap Ozan sangat tajam. "Kita udah bercerai." Lia berkata dingin.

Tepat saat mengatakan kalimat itu, Lia berniat berbalik badan siap melangkah. Namun sayangnya Ozan jauh lebih cepat menahan lengan Lia membuatnya tidak bisa kemana-mana.

"Lepas!" Lia memberontak.

"Kasih aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya, Lia." Suara Ozan terdengar memohon seaka-akan ingin menangis.

Lia tidak mau mendengarkan apapun. Yang ia inginkan sekarang hanyalah melepaskan cengkraman tangan Ozan dari lengannya. Cengkraman itu lama-kelamaan semakin kuat dan membuat Lia kesakitan. Ozan sungguh tidak ingin membiarkan Lia untuk pergi kemana-mana.

"Ozan, sakit!" Lia meringis sakit. Cengkramannya sudah sangat sakit. Dan bisa di pastikan akan ada bekas merah di lengannya saat ini.

Detik setelahnya seseorang bertubuh tinggi yang memiliki paras manis tiba-tiba saja melemparkan pukulan hingga membuat cengkraman tangan Ozan lepas begitu saja. Lia mengusap perngelahan tangannya, menghapus rasa sakit di sana. Pukulan lelaki berparas manis itu cukup kuat membuat Ozan terdorong mundur beberapa langkah.

Tulang pipi Ozan terlihat membiru akibat pukulan dari lelaki berparas manis, tidak lain dan tidak bukan dia adalah Darpa, seseorang yang telah melemparkan pukulan.

Darpa tidak sengaja melihat keberadaan lelaki berambut gondrong dan Lia saat dirinya baru saja turun dari mobil.

"Dia bilang lepas." Darpa berkata dingin menatap Ozan tajam. Tidak peduli siapa dan apa hubungan Lia dengan si gondrong ini. Darpa hanya melakukan apa yang di katakan Lia, yaitu lepas.

"Kau siapa, huh?" Ozan bertanya dengan nada membentak. Ia mengikis jarak antara dirinya dan Darpa. Seakan tidak mau terlihat kalah di hadapan mata mahasiswa yang berlalu-lalang di sana.

Keadaan semakin mencengkam. Bahkan pedagang di luar gerbang juga sesekali mengintip hanya untuk melihat pemandangan dua lelaki yang sepertinya akan membuat keributan.

"Aku pacarnya."

Rasa sakit yang mengelilingi lengan Lia kini telah hilang begitu saja saat mendengar Darpa mengatakan dua kata itu.

Sudut bibir Ozan terangkat, menunjukan smirk tidak percaya terkesan meremeh. "Pacar?"

Darpa yang jijik melihat mimik wajah lelaki gondrong itu buru-buru menarik kera bajunya. Menyeretnya keluar gerbang. Niatnya untuk menjauh dari Lia terlebih dahulu.

"Sekarang kau pergi." Darpa berkata tegas sembari menunjuk jalanan luar. "Pergi!"

"Santai, bro. Nggak perlu narik-narik." Ozan menepuk-nepuk kera bajunya yang kusut akibat tarikan Darpa yang kasar. "Selamat atas status sebagai pacarnya, Lia." Ozan tersenyum lebar, namun bagi Darpa senyuman itu terlihat jahat.

ALLOW ME TO FLY [HIATUS]Where stories live. Discover now