16. Penatapan

13 2 0
                                    

Malam minggu adalah malam di mana hampir semua manusia berlibur. Dan tentu saja perjalanan Lia dan Darpa terhambat alias terkena macet. Banyak sekali warga Medan yang menempuh perjalanan untuk liburan ke Berastagi. Walau mereka hanya akan singgah di Penatapan saja, tapi mau tidak mau Lia dan Darpa juga kena resiko macetnya juga.

Suara klakson orang tak sabaran mulai terdengar karena macet sudah lebih dari 30 menit. Mobil Darpa hanya bergerak 2 meter dari tempat awal terkena macet. Meski begitu, Darpa tidak ikut emosi seperti orang-orang yang tak sabaran di luar sana atau bahkan ikut mengklakson.

Kalau kata Gilang dirinya adalah orang yang sangat sabar. Bahkan kesabaran Darpa tidak seperti anak seusianya. Entahlah, bagi Darpa dirinya biasa saja. Mungkin sifat sabar yang ia miliki berasal dari kedua orang tuanya, apa lagi nasihat-nasihat Ayahnya juga termasuk menjadi sebuah jawaban.

Ayahnya pernah bilang, tetaplah sabar dan tenang dalam kondisi apapun. Mungkin ada kala dimana kau ingin emosi, karena apa yang kamu inginkan tidak sesuai harapanmu. Tapi, bisa jadi hal yang tidak kamu sukai itu menyelamatkanmu dari maut. Bisa jadi hal tidak kamu sukai itu yang menyelamatkanmu dari kesengsaraan, atau bahkan kekecewaan.

Mungkin karena nasihat itulah yang membuat Darpa menjadi orang yang tenang dan sabar dalam kondisi apapun. Di sisi lain, perempuan yang tadinya asyik menikmati jalanan luar jendela sekarang telah tertidur pulas. Suara klakson mobil di luar sana tidak mampu membangunkannya. Sepertinya Lia sungguh tertidur nyenyak.

Darpa sempat berhenti di sebuah toko baju sebelum terkena macet. Saat itu pula Lia sudah tertidur. Darpa mampir sebentar hanya untuk membeli 2 pakaian hangat untuk mereka berdua. Dan saat Darpa kembali kedalam mobil, betapa terkejutnya ia melihat Lia benar-benar masih tertidur pulas.

Karena takut leher Lia akan sakit saat terbangun nantinya, Darpa berinisiatif untuk sedikit menurunkan sandaran kursi Lia. Di rasa sudah nyaman, barulah ia kembali melanjutkan perjalanan. Pada saat mobilnya telah memasuki kawasan yang di penuhi oleh pohon dan kabut, Darpa mengambil jaket yang tadi ia beli lalu menutupi tubuh Lia sebagai selimut.

Jam sudah menunjukan pukul 11 malam. Pelan-pelan mobil depan mulai bergerak, sangat lamban namun bagi Darpa itu tidak masalah. Setidaknya tidak berhenti di tempat seperti beberapa saat yang lalu.

Ternyata sesuatu yang membuat jalanan macet di sebabkan oleh pembangunan jalan. Ada pembangunan jalan yang di bangun mendadak. Darpa kurang tau apa dan kenapa penyebabnya. Tapi, sekilas ia melihat ada banyak orang yang memakai helm proyek yang sedang bekerja memperbaiki jalan. Apapun itu, Darpa hanya bisa menunjukan senyumnya saja kepada orang-orang yang bekerja sebagai tanda terima kasihnya karena sudah di izinkan jalan sejak hampir 1 jam berada di kemacetan.

Kabut mulai membuat kaca mobil Darpa ngeblur. Tak lupa ia menyalahkan Wiper untuk menghapus embun-embun itu. Semakin jauh mobilnya melaju, semakin terasa dingin udara di sana.

Seorang perempuan yang tertidur lelap di sebelahnya tiba-tiba saja memperlihatkan pergerakan. "Lia?" Darpa menoleh sekilas lalu kembali menatap jalan.

Perlahan Lia membuka matanya. Pandangan yang bermula dari kabur lama kelamaan menjadi jernih. Ia melihat sekelilingnya gelap, hanya ada cahaya dari speedometer sajalah yang menerangi dalam mobil.

"Kita udah sampe mana?" Lia menegakan tubuhnya. Jaket yang menutupi tubuhnya merosot hingga kepangkuannya.

"Udah mau dekat sih. Tapi kalau kau mau tidur lagi, tidur lagi aja. Nanti ku bangunin."

"Ga deh, udah ga ngantuk." Lia melolak sopan. Ada sesuatu yang jangkal pada pangkuannya. Yaitu sebuah jaket, Lia sangat ingat kalau dirinya sama sekali tidak membawa jaket saat pergi tadi. "Ini jaket siapa?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 10 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ALLOW ME TO FLY [HIATUS]Where stories live. Discover now