Pagi yang suram seperti biasanya. Anak laki-laki berumur 17 tahun itu lagi lagi mempertanyakan eksistensi dirinya di dunia. Muka lebam dan sudut bibir yang sedikit robek membuat nya meringis sesekali. Tidak boleh menangis itu yang akan selalu ia ucapkan. Sudah terbiasa katanya, ini adalah makanan sehari-hari sebelum dirinya melarikan diri dari pahit nya kehidupan.
"Tau apa kalian soal saya?! Tau apa hah?!" Teriak anak laki-laki itu.
"Kami ini orang tua kamu Adel!" Jawab laki-laki berumur 47 tahun kepada anaknya yang bernama Adel.
"Ck ngaku nya orang tua tapi kalian nanya saya sudah makan apa belum saja tidak pernah" Ucap Adel yang lebih memilih pergi dari hadapan kedua orang tuanya.
Dia pergi menuju sebuah rumah yang lumayan besar. Terlihat disana banyak sekali mobil dan juga motor di garasi nya. Rak sepatu yang penuh dengan sepatu berukuran berbeda-beda terpampang jelas berada di teras rumah itu.
Adel memasuki rumah itu dan disambut oleh sahabat-sahabat nya. Ya, jika ada masalah Adel akan selalu pergi kesini. Guest house namanya. Rumah hasil patungan dan kerja keras mereka semua atas usaha bengkel yang mereka buka sejak 2 tahun lalu dapat membeli satu buah rumah.
"Udah sini lu bersihin dulu mukanya" Ucap laki-laki yang lebih tua bernama Oniel. Adel pun hanya mengangguk nurut mengikuti sahabat nya itu.
YOU ARE READING
Invisible String
Fanfictiontanda-tanda yang Tuhan berikan selama ini ternyata mengikat eksistensi kehadiran ku di dunia dengan dia.