Right Where You Left Me

762 110 24
                                    

Semenjak kejadian beberapa tahun lalu, nyawa laki laki ini sudah menghilang separuhnya. Separuhnya lagi masih hidup karena mahkluk kecil yang sangat ia sayangi ini. Laki laki itu memilih berhenti dari pekerjaan nya dan melanjutkan usaha keluarganya. Satu hal yang unik, laki laki itu hanya akan pergi ke kantor nya di hari Senin saja.

Semua hidupnya kini diberikan kepada sang mahkluk kecil kesayangan nya. Mahkluk kecil yang tidak pernah laki laki itu lewatkan perkembangan nya. Mahkluk kecil itu sudah bisa menghibur dirinya. Mahkluk kecil itu selalu meminta maaf kepada sang laki laki, entah apa yang mahkluk kecil itu pikirkan.

"Papa!" Teriak sang mahkluk kecil yang sudah memakai tas di pundak nya.

"Sabar sayang, papa lagi cari sepatu yang mau kamu pake hari ini" Ucap sang laki-laki yang terlihat masih sama seperti dirinya dulu, namun sangat terlihat bahwa cahaya nya sudah meredup.

"Sam pake yang ada aja pah" Ucap mahkluk kecil itu yang kini sudah berumur 10 tahun dan berada di kelas 4 SD.

"Ini! Papa ketemu Sam!" Teriak laki laki itu sambil menghampiri hidupnya.

"Ya ampun pah, padahal Sam bisa pake sepatu yang lain" Ucap Sam kepada sang laki-laki.

"Gabisa gitu, inget yang papa ajarin Sam"

"Udah ayok kita sarapan nanti kamu telat" Ucap laki laki itu yang menggunakan kaos berwarna hitam dan celana pendek berwarna putih.

°°°


Aroma dari biji kopi yang sedang diseduh tercium harum satu ruangan. Tempat ini terlihat sangat ramai tetapi laki laki itu selalu merasa kesepian jika sudah duduk di spot favorit nya. Dekat jendela, adalah spot favorit laki laki ini karena katanya jika suatu saat nanti cahaya nya kembali, dia akan yang pertama kali liat di kaca kafe ini. Di tempat dimana dia mendengar kabar bahwa cahaya nya pergi meninggalkan nya.

Seperti biasa setelah mengantar hidupnya ke sekolah, laki laki itu akan pergi menuju satu kafe kopi untuk mengerjakan tugas kantor nya. Memesan satu capuccino frappe dengan tambahan whip cream dan satu potong cheesecake.

"Tumben pak Adel datengnya cepet" Ucap salah satu pelayan disana.

"Hehe sengaja, perasaan saya lagi bagus makanya saya dateng kesini lebih awal, siapa tau dia dateng" Ucap laki laki itu dengan setiap harapan yang ia keluarkan di setiap katanya. Miris sekali hidupnya.

"Semangat pak Adel!" Ucap sang pelayan lalu pergi kembali bekerja.

POV ADEL

Lagu dari penyanyi kesukaan kami berdua selalu diputar di kafe ini. Salah satu alasan ku memilih kafe ini untuk menunggu cahaya ku kembali lagi.

Tujuh tahun bukan waktu yang mudah untuk ku menunggu dirinya. Menunggu kata maaf dan penjelasan. Hanya itu yang aku butuhkan.

Everybody Moved On

I Stayed There

Tahun tahun awal semenjak kejadian itu aku seperti kehilangan arah. Semua hal untuk menghibur ku sudah dicoba tetapi tidak pernah ada yang berhasil, sampai sekarang.

Sam adalah satu satunya yang membuat aku kembali merasakan dirinya. Sam merupakan satu satunya orang yang akan aku lindungi selayaknya aku melindungi manusia yang lebih memilih cita cita nya.

Aku tidak pernah menyalahkan wanita itu karena lebih memilih namanya. Aku menyalahkan diri ku sendiri, kenapa aku tidak pernah sadar akan keinginan nya saat itu. Aku bodoh!

Jika suatu saat nanti dia dikembalikan kepada ku, sudah pasti aku akan menerima nya dengan sangat senang. Selemah itu diriku kepada dirinya.

Empat tahun lalu, aku memutuskan melanjutkan usaha keluarga ku dan meninggalkan cita cita ku sebagai diplomat. Aku lebih memilih menghabiskan waktu bersama Sam daripada mengurusi negara ini.

Aku hanya akan pergi ke kantor di setiap hari Senin saja, karena...

Tujuh tahun lalu, di hari Senin dan tepat berada di spot ini aku mendengar suara tangisan dari handphone ku.

"Maaf aku harus pergi, tolong jaga Sam dan momi, aku akan balik lagi, tunggu aku"

Sampai saat ini, aku masih menunggu dirinya.

Tring

Suara pintu kafe berbunyi tanda seseorang memasukinya. Aku menengok ke arah pintu yang berada persis di hadapan ku.

Aku terdiam melihat sosok dihadapan ku. Dia pun terdiam. Aku tersadar bahwa dia bersama seorang laki laki berjas putih begitupun dirinya.

Terlihat laki laki itu lebih muda darinya. Aku menundukkan kembali kepala ku dan melihat layar laptop ku.

Sret

"Del"

Pertahanan ku hancur. Suaranya masih sama. Harumnya masih sama. Perasaan ku pun masih sama.

Wajahnya terlihat lebih segar. Mata nya berlinang air mata. tangannya meraih tangan ku dengan lembut.

Aku tidak bisa berbicara. Aku hanya berharap ini semua bukan mimpi.

"Ashel"




















































DAH AH SEGINI DULU, BYE AUTHOR NYA KABUR LAGI YAA










































































Tiga...








Invisible StringWhere stories live. Discover now