Midnight Rain

557 77 12
                                    

Aku menunggu nya disini dengan keadaan yang berbeda dan cerita yang entah akan membuat dia seperti apa. Semua rasa bersalah itu tidak sudah dipungkiri lagi. Aku hanya berdoa bahwa dia akan memaafkan ku.

Tring

Pintu kafe ini berbunyi, tanda seseorang telah membuka nya. Aku melihat kearah pintu. Jantung berdegup sangat cepat. Semua pikiran aneh pun bersuara.

Dia menggunakan setelan jas berwarna hijau dengan dasi nya berwarna merah. Rambutnya sedikit lebih rapih daripada saat aku bertemu dengan nya kemarin.

Wajahnya sangat serius. Dia terlihat lebih kurus. Langkah nya semakin mendekat kearah ku. Dia duduk dihadapan ku dan menatap ku.

"Ashel" Suara itu membuat jantung ku semakin tidak karuan.

"E-eh sorry" Ucapku dengan sangat gugup.

"Langsung point nya aja, aku harus jemput anakku" Suara itu kembali keluar. Aku tau maksudnya.

"Oke" Ucapku lalu aku menarik nafas ku panjang panjang dan berbicara.

"Tujuh tahun lalu, bukan maksudku ninggalin kalian berdua secara tiba-tiba, aku udah mikirin hal ini sejak lama tapi aku takut untuk bilang. Sudah lama sejak aku hanya memikirkan kepentingan diriku sendiri. Selama tujuh tahun lalu, aku pergi untuk kuliah di Prancis. Aku melanjutkan karir ku disana, selama aku berkuliah, aku merintis usaha ku dan beruntung nya usaha itu sudah sukses sekarang. Aku takut tidak berhasil dan mengecewakan kalian semua. Aku baru berani pulang ke sini karena aku rasa sudah waktunya aku kembali bersama keluarga ku." Suara ku sudah tidak karuan, rasanya aku tidak pernah pantas berhadapan dengan pria se sempurna dirinya.

"Saat itu alasan ku adalah agar aku pantas berada di sebelah seorang Adel. Banyak omongan dari luar yang menyebut ku hanya memanfaatkan seorang Adel. Sejak itu aku sering melamun memikirkan seberapa pantasnya seorang Ashel mempunyai pasangan seorang Adel."

"Del"

"Ngga ada satu hari pun aku ngga mikirin kamu dan Sam. Setiap langkah yang aku jalanin selama itu, aku selalu nyebutin nama kalian berdua sampai perusahaan ku itu berdasarkan nama kalian"

"Aku cuman bisa bilang, aku ngga berharap apapun selain maaf dari kamu dan Sam."

"Setiap kali aku berpikir aku ngga akan pernah bisa lebih cinta sama kamu, aku selalu salah. Karena, perasaan itu justru semakin besar."

"Aku takut...

Aku mau sama kalian...

Aku mau balik ke kalian dan meminta maaf atas apa yang aku perbuat" Suaraku pecah. Aku sudah tidak bisa menahan nya lagi. Aku malu.

"Ashel" Suara yang sangat lembut itu berteriak sangat kencang meneriakan bahwa pemiliknya sangat kecewa.

"aku akan selalu maafin kamu, aku akan selalu jadi manusia pertama yang dengerin kamu dan ngertiin kamu"

"Liat aku shel"

"Jangan pernah tinggalin aku dan Sam lagi"

"Aku kecewa banget sama kamu dan ngga akan pernah bisa sembuh kecuali dari kamu sendiri."

"Aku baru tau semua perkataan perkataan manusia ga bertanggung jawab itu soal kamu. Kita harusnya bicarain ini, aku selalu ngerasa jadi manusia paling tolol karena ngga pernah bisa buat kamu cerita" Kini suaranya ikut pecah. Aku heran bahkan disaat seperti ini dia masih menghapus air mata dosa ini dari pipiku.

"Stop...

Bahkan disaat kayak gini dan semua orang tau siapa penjahat nya, kamu masih bisa mikir kalo kamu yang salah?

ini yang buat aku ga pernah merasa pantes, aku selalu ngerasa cinta yang aku berikan ke kamu gak pernah cukup"  Aku kesal. Aku kesal karena saat ini pun dia tidak marah kepadaku.

"Kamu lupa yang selalu ada buat aku disaat keluarga ku membuang ku siapa? KAMU! disaat ga ada yang bisa ngeliat kehadiran ku, cuman kamu yang liat aku, shel! KURANG APA LAGI KAMU DIHIDUPKU" Dia menangis. Aku membuat nya menangis.

Aku hanya bisa mengucapkan kata maaf berkali kali kepadanya. Dia memeluk ku dengan sangat erat. Menghapus air mata ku dan tersenyum. Ashel bodoh.

"Mau ikut?" Tanya dirinya.

"Kemana" Jawabku.

"Jemput Sam"

"Dia udah masuk sekolah dasar sekarang, tubuhnya sudah semakin tinggi dan dia sudah bisa bercanda denganku" Ucapnya sambil tertawa beda hal nya denganku yang merasa sedih karena aku tidak bisa melihat perkembangan nya.

"Aku takut"

"Itu resiko kamu kan"

I broke his heart

Cause he was nice

He was sunshine

I was Midnight Rain


°°°

Adel dan Ashel sudah berada di sekolah Sam. Ashel berada di dalam mobil Adel dan Adel menjemput Sam diluar.

Sam kini sudah berada di dalam mobil. Dirinya hanya terdiam saja karena Adel sudah bercerita sedikit mengenai ibu nya yang kembali.

"Sam" Panggil Ashel dengan sangat lembut. Adel mengintip ekspresi Sam lewat kaca mobil.

"Sam dipanggil momi nya itu" Ucap Adel.

"Momi ku udah ga ada pah, aku ngga kenal dia siapa" Ucap Sam dengan ketus. Ashel menangis mendengar anak nya berbicara seperti itu tapi dia tidak menyalahkan nya karena semua yang terjadi kedepannya adalah ulah dirinya.

"Kok ngomong nya gitu sih, ga boleh kayak gitu Sam. Itu momi kamu, dia yang lahirin kamu" Ucap Adel yang kaget mendengar Sam seperti itu.

"Boleh lah, dia pergi ninggalin kita berdua aja boleh"












Invisible StringWhere stories live. Discover now