Chapter 30 - True Identity

92 7 0
                                    

Rosen : "Jadi... sepertinya yang kamu duga. Itu adalah orangnya.."

Untuk supaya tidak menganggu momen mengharukan ini.. mereka berdua berbicara di jarak yang cukup jauh dari lokasi awal..

Tepatnya.. di sebuah taman dekat mansion yang dihiasi banyak hiasan indah. Keduanya duduk di salah satu dari 3 bangku yang mengelilingi air mancur tepat di tengah-tengahnya.

Naruto : "... Begitu...? Dia penuh... Teka-teki.."

Sudah dari awal kedatangan nya kemari dia memerhatikan orang dengan kacamata itu.

Dia seolah terlihat agung... dan memiliki daya tariknya tersendiri?

Lalu untuk lebih nikmat dengan situasi... Rosen melemaskan tubuh, dan melebarkan kedua tangan nya ke sisi belakang bangku.

Dari ekspresinya... sepertinya dia cukup suka.. dengan situasi dan tempat ini..

Rosen : "... damn... bruuhh.."

Sementara disebelah kanannya.. Si pirang membuat ekspresi rumit dengan tingkah itu.

Bagaimana bisa orang ini sebegitu santainya padahal dia masih berpikir gajelas tentang dimana tempat ini.. berada.

Naruto : "... Ini benar-benar bikin pusing.."

Dan sebuah tawa datang dari dalam diri nya.

Kurama : "... Bocah, jangan kelewat mikir, ya. Nanti kau bakal gila."

Perempatan muncul di dahi Naruto dengan tiba-tiba. Dia merasa sebal dengan rubah itu.

Bukankah seharusnya dia coba membantu menjelaskan ini? Bisa-bisanya dia cuma ketawa doang..!

• ========================== •

Sebuah langkah kaki terdengar dari belakang kami, melalui indera kami yang sudah ada dilevel mahkluk biasa... Rozen dan Naruto udah bisa tahu siapa yang datang.

Tapi meski begitu, si pirang juga memutar sedikit badannya untuk memastikan ini. Sementara Rosen memiringkan kepala tanpa menoleh kebelakang... dia melirik sekumpulan merpati.

Rosen : "Oh, apa drama sedih-sedihan nya sudah selesai?" Tanyanya santai.

Seperti yang diduga-duga, itu si mata empat.. Ah, maksudku: Pria dengan Kacamata.

He's : "... Haha... kamu memunculkan masalah.."

Dia berucap dengan nada mengeluh sambil membuang nafasnya.. Cukup panjang. Dan.. membuat sosok Raja Iblis menjadi sedikit tidak enak hati.

Dengan acak, Rozen menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan memasang wajah acuh tak acuh..

Rozen : "Haah... mau gimana lagi. Kalau kubiarkan, dia akan lenyap di Dimensi itu.."

Sepertinya ini tentang dibawanya Uriel kemari.. setelah dipikir-pikir, memang akan membawa masalah.. dan ini akan rumit.

Masalah ini akan mengguncang dunia jika bocor.

He's : "... Ya, seharusnya kamu mendorongnya saja kembali. Aku tahu, kamu tidak melakukannya karena bakal repot kalau Uriel mengadu ini ke Michael dan yang lain nya.."

Meski begitu, bukankah Uriel juga bakal memberitahu ini kepada yang lain setelah ini selesai nantinya?

Nafas panjangnya kembali.. dia menggelengkan kepalanya dengan pasrah karena masalah ini.

Dan entah mengapa, Rozen secara tiba-tiba menjentikkan jarinya sambil memasang senyum penuh kepercayaan diri..

Rosen : "Yoi."

Dia [He's] langsung berbalik dan mengacak rambutnya dengan kedua tangan dengan kekesalan yang sudah memuncak..

He's : "... Kau tidak ingin kena imbasnya sendiri dan menyeretku kedalam masalahmu!"

Ya, mau dilihat dari sisi manapun. Tetap saja, orang ini memang ingin menyeretnya dalam masalah.

Si Maou yang dimaksud hanya senyum-senyum saja seolah tidak merasa bersalah sama sekali..

Lalu ... tidak lama setelah itu.. Sepertinya mereka akan masuk ke Topik Utama. Soal kenapa Naruto bisa masuk ke Dimensi ini?

He's : "... Hmmmm..."

Dengan alis terangkat, mata kepo itu memeriksa beberapa bagian tubuh Naruto. Terutama bagian wajah dan 『Aura』 kekuatan di tubuh nya.

Teman nya yang menyadari ini segera memperbaiki posisi dan duduk lebih tegak.. Tapi masih cukup rileks

Rosen : "... Biar lebih menyakinkanmu.. Gimana kalo mulai dari identitas si culun ini dulu?"

... Naruto yang mendengarnya sedikit tak habis pikir.. Apa dia baru saja memanggilnya Culun? Wah... hubungan mereka sepertinya sangatlah akrab.. ya?

Sementara... si culun yang dimaksud masih memasang senyumnya, meski sekarang terlihat agak dipaksakan..

Dan itu sukses membuat Naruto semakin suram.

Rosen : "... Harus kumulai dari mana, ya...? Dia adalah kenalan dekatku, simpelnya teman. Tunggu, baguskah kita disebut teman? Kalo gasalah kita mantan musuh, kan?"

He's : "... Lah, iya tuh. Jadi kalau bukan teman, terus status hubungan kita sekarang apa?"

Si rambut kuning yang berada ditengah-tengah ini menjadi kebingungan entah gimana.. dua orang ini..? berpura-pura bodoh apa gimana..?

Dalam benaknya dia bertanya-tanya soal ini.

Kurama : "Kenapa malah sesi tanya jawab! Biar kupukul dua cecunguk ini!"

Bahkan ada diantara mereka yang kesal gara-gara ini! Lalu dengan segenap tenaganya, Naruto menahan Partner-nya itu supaya tidak meledak.

Setelah selesai dengan hal yang tidak penting.. Naruto menyadari Rozen yang sudah meliriknya kembali, diikuti oleh Si kacamata..

Rozen : "... Ya, aku menganggapnya sebagai teman karena setara denganku.. Meski itu cuma bualan doank. Kau tahu, aku selalu lebih hebat hampir dalam segala hal daripada orang lain." Ujarnya pamer.

Ya, tidak salah lagi. Meski diucap dalam nada bercanda.. itu kesombongan yang amat tinggi.. dan sukses membuat Naruto ketar-ketir lagi.

Apalagi sekarang tampak muncul "Perempatan" di dahi Si Kacamata.. Nah, tentunya dia kesal dengan ucapan tersebut ...

Rosen : "Dia pernah memegang posisi tertinggi disebuah Ras.. Ah, mungkin simpelnya Jendral. Mantan penguasa yang memilih memalsukan kematiannya.. Dan membuat kacau dunia.. kalau diingat-ingat, itu kacau balau, ya...

Orang-orang tidak percaya kenapa sosok mahakuasa sepertinya bisa mati oleh Ciptaannya sendiri.. itu sungguh suatu teramat absurd.."

Tiba-tiba dia terkekeh entah karena apa sambil memutar matanya perlahan kearah Si Kacamata.. Rozen tersenyum lucu sebelum melanjutkan ucapannya..

"... Hanya karena seorang gadis. Dia menipu dunia... membuat kaget setiap orang yang mendengarnya."

Disaat ia hendak melanjutkan kata demi kata-nya... Bocah berambut kuning disebelahnya tampak bergetar... terutama bagian mulut nya.

Namun... Belum sempat dia berbicara.. orang lain mendahuluinya, suara yang keras datang..

Kurama : "HEI, APA KAU BERCANDA..?"

Meski diteriaki oleh suara yang keras itu, yang seolah-olah membantahnya.. Rozen tak peduli sama sekali terhadapnya.

Malahan senyumnya tambah lebar.

Rozen : "... Sosok ilahi yang sudah dianggap mati dalam Perang Besar, Tuhan Alkitab." Tegasnya ...

.

.

.

.

"Harusnya itu perkenalan yang cukup bagus, kan? Aku merasa sedikit cringe."  [  =^._.^=  ]

I Received A Second Life: The Legend Has ReturnedWhere stories live. Discover now