- 07.

114 14 2
                                    

Tiga hari telah berlalu sejak Haechan terakhir kali melihat Dokter Mark. Walaupun perawat Pauline selalu ada untuk memberikan perawatan terbaiknya, Haechan merasa kehilangan kehadiran dokter yang telah menjadi sosok penting dalam pemulihannya.

Hari ini, kekhawatiran itu mencapai puncaknya.

Haechan dengan rasa cemas membuka suara.

"Pauline, apa kau tahu di mana Dokter Mark? Dia belum memeriksa aku selama tiga hari."

Perawat Pauline mencoba tersenyum dan memberikan penjelasan yang lembut.

"Haechan, Dokter Mark sedang memiliki urusan mendesak dengan seorang temannya yang datang dari Perancis. Ini adalah situasi yang tak bisa dihindari, jadi dia akan kembali secepat mungkin."

Haechan merasa sedikit lega mendengar bahwa ada alasan di balik ketidakhadiran Dokter Mark, tetapi kehilangan yang ia rasakan masih sangat kuat.

Dokter Mark bukan hanya seorang dokter baginya; ia adalah teman dan penyemangat dalam perjalanan pemulihannya.

"Aku tahu kau selalu memberikan perawatan terbaik, Pauline, tapi aku merindukan Dokter Mark. Saya merasa lebih baik saat dia di sini."

"Saya mengerti, Haechan. kau bukan satu-satunya yang merindukannya. Dokter Mark juga merindukanmu. Tapi saat ini, kita harus bersabar dan menunggu hingga dia kembali."

Walaupun ia mencoba untuk meyakinkan Haechan, Pauline tahu bahwa perasaan kehilangan yang dirasakan pasiennya tidak dapat diatasi dengan kata-kata semata.

Haechan hanya bisa mengangguk dan berusaha untuk tidur dengan harapan bahwa esok pagi, Dokter Mark akan kembali.

Namun, malam itu terasa sangat sepi bagi Haechan. Setiap suara kecil dari koridor rumah sakit terdengar seperti gema kesepian.

Perawat Pauline membawa makanan ke ruangan Haechan.

Ia berdiri di samping ranjang Haechan, memeriksa infus pasien nya itu, mencoba memberikan semangat dengan senyumnya yang hangat.

"Saya tahu ini saat yang sulit, Haechan. Tapi ingatlah, Dokter Mark pasti akan kembali. Dia tidak hanya seorang dokter yang hebat, tapi juga seorang teman yang peduli."

Haechan mencoba tersenyum, meskipun ia masih merasa sedih.

"Saya tahu, Pauline. Saya hanya merasa kesepian tanpa kehadirannya."

"Sekarang, coba makan sedikit. Makanan ini akan memberimu energi untuk besok."

Haechan menerima makanan itu dengan hormat, meskipun nafsu makannya tidak begitu besar. Sementara ia makan, Pauline memberikan informasi tambahan yang membuatnya merasa lebih sedih.

"Saya mendengar bahwa Dokter Mark masih akan melanjutkan urusannya hingga besok. Saat itu dia akan kembali ke rumah sakit."

Haechan merasa lebih terhimpit oleh rasa kehilangan. Satu hari lagi tanpa kehadiran Dokter Mark terasa seperti waktu yang sangat lama baginya.

"Tiga hari terasa lama, dan satu hari lagi akan lebih lama lagi."

"Saya tahu ini sulit, Haechan. Tapi kita tidak punya pilihan selain bersabar."

Haechan hanya bisa mengangguk dan berusaha untuk tidur. Namun, pikirannya terus memikirkan kehadiran Dokter Mark dan rasa kemanusiaan yang ia bawa.

Haechan berharap besok akan datang lebih cepat, sehingga ia bisa melihat dokternya lagi.

Di sisi lain, Dokter Mark sedang berada di rumah keluarganya, menyambut kedatangan sahabatnya dari Perancis. Pertemuan itu telah direncanakan jauh sebelumnya, dan ia tidak bisa menghindarinya.

médecinWhere stories live. Discover now