- 10.

99 14 2
                                    

Hari yang cerah ini terlihat Haechan duduk di ranjangnya, ditemani oleh adiknya, Nathan, yang baru saja pulang dari sekolah.

Mereka berdua bercakap-cakap tentang hari sekolah Nathan dan berbagai hal lainnya.

Haechan merasa bahagia bisa bersama adiknya, meskipun kondisinya yang lemah.

Tiba-tiba saja, pintu ruang pasien terbuka, dan diambang pintu muncul Dokter Mark.

Namun, ada yang berbeda pada penampilan dokter tampan itu.

Mark mengenakan kacamata, yang memberikan sentuhan yang lebih serius dan profesional pada penampilannya.

Haechan merasa terkejut dan tidak bisa menyembunyikan tatapan terkagum-kagumnya.

Dokter Mark dengan kacamata terlihat sangat tampan, dan Haechan tidak bisa berhenti memujanya dalam hatinya.

"Dokter Mark, Anda terlihat sangat tampan dengan kacamata itu." Dengan berani Haechan mengatakan langsung

Mark tersenyum dan merasa sedikit malu.

"Terima kasih, Haechan. Ini hanya kacamata biasa, tapi saya senang kamu menyukainya."

Sementara itu, Nathan yang duduk di samping Haechan, langsung bersemangat. Ia melompat ke atas ranjang Haechan dan memegangi tangan Dokter Mark.

"Dokter Mark, bisakah kita berfoto bersama? Dokter terlihat sangat keren dengan kacamata itu!"

Dokter Mark dengan senang hati mengangguk.

"Tentu, Nathan. Ayo, berfoto bersama!"

Mereka berdua berdiri di samping ranjang Haechan, dan Nathan mengambil ponselnya untuk selfie bersama Dokter Mark.

Mereka tersenyum lebar, dan Nathan terlihat sangat bahagia.

Haechan merasa malu dengan tingkah adiknya yang begitu antusias meminta foto bersama dokternya.

Ia merasa bahwa Nathan seharusnya tahu etika dan batasan saat berada di rumah sakit.

Namun, melihat senyum ceria di wajah adiknya membuat Haechan juga tersenyum.

Setelah berfoto bersama, Nathan kembali ke samping Haechan dan melihat hasil foto mereka dengan senang.

"Terima kasih, Dokter Mark! Foto ini pasti akan aku tunjukkan ke teman-temanku!"

Dokter Mark tersenyum lembut.

"Sama-sama, Nathan."

Nathan mengangguk antusias.

Setelah Nathan dan Dokter Mark berbicara sejenak lagi, Nathan pergi menuju sofa untuk duduk agak berjarak sedikit jauh dari ranjang pasien Haechan.

Haechan dan Dokter Mark kembali ke obrolan mereka yang tadi terputus.

"Saya minta maaf atas tingkah nakal adik saya, Dokter Mark."

Dokter Mark menggelengkan kepala.

"Tidak perlu minta maaf, Haechan. Nathan adalah anak yang ceria, dan saya senang bisa menghiburnya sebentar."

Haechan tersenyum.

"Terima kasih, Dokter Mark, atas perhatian dan kesabaran Dokter"

Mark menggenggam tangan Haechan dengan lembut.

"Kapan saja, Haechan. Bagaimanapun kondisimu, kamu tetap istimewa bagi kami di sini."

Haechan merasa hangat dan bahagia.

Terlepas dari penyakitnya, ia merasa dikelilingi oleh orang-orang yang peduli padanya, termasuk Dokter Mark yang selalu membuatnya tersenyum saat merawatnya.

médecinWhere stories live. Discover now