- 09.

91 16 12
                                    

Haechan duduk di ranjang ruangannya dengan pandangan yang kosong, terduduk dalam kerutan berpikir yang dalam.

Hari ini, pikirannya telah terjerat dalam pusaran emosional yang kuat.

Hidupnya yang penuh dengan perjuangan melawan penyakit membuatnya merasa lemah, tidak berguna, dan seperti beban bagi ibu dan adiknya.

Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk mengusir perasaan negatif itu dari pikirannya.

Ia merasa bersalah karena mengeluh.

Ibunya selalu berkata bahwa dia adalah pemberkatan, dan ia mencoba menjadi anak yang baik, menahan beban penyakitnya sebisa mungkin.

Tetapi hari ini, perasaannya telah mencapai titik puncaknya.

Dia melihat keluar dari jendela dan melihat langit yang cerah. Begitu banyak orang di luar sana yang hidup dengan normal, tanpa harus melawan penyakit yang menghambat mereka.

Haechan merasa kesal pada takdirnya, bertanya-tanya mengapa dia harus menghadapi semua ini.

Tiba-tiba, pintu ruangannya terbuka dengan lembut, dan di ambang pintu muncul Dokter Mark.

Wajahnya selalu tampak sempurna, tanpa cela.

Haechan telah lama memuja dokternya, tidak hanya karena penampilannya yang tampan, tetapi juga karena caramya yang peduli dan perhatian terhadap pasiennya.

"Haechan, bagaimana perasaanmu hari ini?" Ujar dokter mark

Haechan mencoba tersenyum manis.

"Saya baik, Dokter Mark. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

Namun, mata Dokter Mark yang penuh perhatian bisa melihat melampaunya senyum Haechan. Ia mendekati pasiennya dengan perasaan khawatir.

"Haechan, kamu tahu bahwa kamu tidak perlu berpura-pura di depan saya. Saya peduli padamu dan aku selalu ingin tahu bagaimana perasaanmu yang sebenarnya."

Haechan terdiam sejenak, tetapi kemudian matanya mulai berkaca-kaca.

Ia merasa seperti tidak bisa menahan lagi. Ia perlu melepaskan semua perasaannya yang terpendam.

"Dokter Mark, Saya merasa begitu lemah, begitu tidak berguna. Penyakit ini membuatku seperti beban bagi ibu dan adikku. Saya tidak bisa melindungi mereka atau menjadi tulang punggung keluarga kami. Saya merasa sangat marah pada diriku sendiri dan pada takdir ini."

Dokter Mark mendekati Haechan dan duduk di sampingnya.

Ia meletakkan tangannya dengan lembut di punggung Haechan, mengusapnya mencoba memberikan sedikit kenyamanan.

"Haechan, Saya mengerti bahwa hidupmu tidak selalu mudah, dan itu normal untuk merasa lelah dan frustasi. Tapi saya ingin kamu tahu bahwa kamu tidak sendirian dalam perjuangan ini. Kami, termasuk ibu dan adikmu, selalu di sampingmu. Kamu adalah pemberkatan bagi mereka, seperti yang ibumu selalu katakan."

Haechan menatap Dokter Mark dengan mata yang penuh dengan air mata.

Ia merasa seperti perasaannya yang terpendam akhirnya bisa terluapkan.

"Terima kasih, Dokter Mark. Saya tidak tahu apa yang akan kulakukan tanpa dukunganmu."

Dokter Mark tersenyum lembut.

"Kau tidak perlu berterima kasih. Saya selalu akan ada di sini untukmu, tidak hanya sebagai doktermu, tetapi juga sebagai temanmu. Jangan ragu untuk berbicara tentang perasaanmu kapan saja."

Setelah mengucapkan itu, jari jempol seorang Dokter tampan itu mengusap lembut air mata Pasien yang terjatuh dipipi.

Haechan merasa sentuhan pada pipinya membuatnya merasa aneh, bukan aneh karena risih, tapi didalam hatinya yang berdetak begitu cepat, bagaimana tatapan lembut Dokter Tampan itu.

médecinOn viuen les histories. Descobreix ara