- 19.+

179 11 14
                                    

[ perlahan bacanya ya, ini lumayan sangat panjang ]

Dokter Mark dan Haechan telah bersama selama lebih dari satu tahun, dan hubungan mereka semakin kuat setiap harinya.

Mereka telah menghadapi berbagai rintangan dan cobaan, tetapi cinta mereka terus berkembang.

Suatu hari, Dokter Mark merasa bahwa saatnya untuk mengambil hubungan mereka ke tingkat berikutnya.

Dia telah memutuskan bahwa dia ingin menikahi Haechan dan memulai kehidupan baru bersamanya.

Sebelum dia melamar Haechan, dia ingin membicarakan rencana masa depan mereka dengan serius.

Malam itu, saat mereka berdua duduk di sofa, Mark menatap Haechan dengan penuh kasih sayang.

"Honey," katanya dengan lembut.

"Saya ingin membicarakan sesuatu yang penting." Lanjutnya

Haechan memandangnya dan tersenyum.

"Apa itu, Mark?"

Mark mengambil nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan.

"Saya ingin menikahi kamu. Saya ingin menghabiskan sisa hidup bersama kamu."

Haechan terkejut mendengar kata-kata itu, matanya sedikit berkaca-kaca.

"Mark...," ucapnya dengan suara begitu terputus.

"Apa kamu serius?"

Mark mengangguk tegas.

"Saya sangat serius, Haechan. Saya mencintaimu lebih dari apapun, dan saya tidak ingin hidup tanpamu. Saya tahu bahwa keluarga saya sempat meragukamu, tapi saya ingin kamu tahu bahwa saya memilihmu, dan saya tidak suka ketika orang memandangmu dengan rendah."

Haechan tersenyum bahagia dan mencium Dokter Mark.

"Aku juga mencintaimu, Mark. Dan aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu."

Mereka berdua saling memeluk dan merasakan kebahagiaan yang luar biasa.

Mark kemudian mengeluarkan cincin berlian yang indah dan meletakkannya di jari manis Haechan.

Mereka berjanji untuk saling mencintai dan merawat satu sama lain sepanjang hidup mereka.

•••

Mark dan Haechan telah sibuk dengan persiapan.

Semua rencana berjalan dengan baik hingga suatu hari ketika mereka duduk di meja makan untuk makan malam bersama.

Haechan tampak sedikit gugup, dan Mark segera menyadari bahwa ada sesuatu yang mengganggu pasangannya itu.

"Honey, apa yang terjadi?" tanya Mark dengan penuh perhatian.

Haechan memandang Mark, dan wajahnya tampak cemas.

"Mark, apa kita benar-benar siap untuk menikah? Apakah kita telah memikirkan semuanya dengan baik?"

Mark tahu bahwa persiapan pernikahan bisa menjadi stres, tetapi dia tidak mengira Haechan akan meragukannya saat ini.

Dia mencoba meredakan kekhawatiran pasangannya itu.

"Honey, listen. Saya tahu ini bisa menjadi momen yang menakutkan, tapi kita telah mengatasi banyak hal bersama. Kita saling mencintai, dan saya yakin kita bisa menghadapi segala hal bersama-sama."

Haechan masih terlihat ragu.

"Mark, pernikahan berarti kita akan menghabiskan sisa hidup kita bersama. Apa kita sudah siap untuk itu? Apa aku sudah siap?"

médecinWhere stories live. Discover now