Ini Chapter 24

69 1 0
                                    

"Aku mau penjelasan Ajeng. Untuk siapa kamu membeli alat tes kehamilan ini?"

Kadangkala, Ajeng benci dengan Mika yang memiliki pengetahuan luas sehingga bisa tahu kegunaan dari sebuah tespek. Ajeng berharap saat ini hanyalah seorang cowo biasa yang bodoh dan polos, sehingga dia tidak akan bertanya macam-macam.

"Kamu gak perlu tahu lah, ini urusanku bukan urusanmu."

Sangat ketus, entah sudah berapa lama mereka tidak saling bercakap-cakap, namun Mika tetap tahu bahwa Ajeng yang bicaranya kasar pada oranglain adalah Ajeng yang berbeda dengan Ajeng yang ia kenal dulu.

Sulit mengatasi seseorang yang jelas-jelas ingin menutupi sesuatu seperti Ajeng saat ini, tapi jika Mika menyerah, cowo itu takut menyesal karena tidak bisa membantu Ajeng yang ia yakini tengah berada dalam kesulitan sekarang.

Akhirnya Mika lagi-lagi harus menurunkan egonya dan berkata dengan nada super lemah lembut, "Kalau kamu gak mau cerita oke, tapi seenggaknya jawab pertanyaanku. Kamu baik-baik aja kan?"

Ajeng mendelik pada Mika yang duduk tepat di sampingnya. Sial, pikirnya. Ajeng sedang tidak baik-baik saja, tapi tidak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya atau Mika akan semakin ingin tahu.

"Buat apa kamu mau tahu tentang keaadanku, gak penting tahu."

"Penting Ajeng... walaupun kamu udah gak nganggap aku sebagai sahabatmu, tapi aku tetap menganggap kamu sebagai sahabatku, dan bagiku penting mengetahui keadaan sahabatku sendiri."

Ajeng tersenyum sinis yang mana sikapnya ini tak jauh berbeda dengan tanggapannya kemudian, "Sahabat macam apa yang mukulin pacar sahabatnya sendiri? Gak ada sahabat yang begitu."

"Tahu Ajeng, tapi aku gak menyesal udah mukul Alan. Dia pantas dapatin hal itu."

Ajeng benar-benar dibuat tercengang dengan pernyataan Mika yang terdengar sangat yakin. Mika seperti orang yang tidak berperasaan.

"Bahkan sekarang pun aku masih pengen ninju Alan karena udah hamilin kamu."

"Mika!" Ajeng langsung berdiri dan menghadap Mika dengan tatapan mata yang tajam. "Jangan ngomong sembarangan kamu."

"Aku gak ngomong sembarangan!" kata Mika tegas yang ikut-ikutan berdiri. "Kamu lagi hamil dan karena itu kamu beli tespek, iya kan?"

"Aku udah bilang kamu gak perlu tahu... kamu kenapa sih keras kepala banget?!" tanya Ajeng, frustasi.

Mika berusaha mengatur emosinya dengan menghela napasnya lantas memegang kedua bahu Ajeng. "Jujur aja Ajeng, dan kasih tahu aku semua yang terjadi. Alan maksa kamu kan buat ngelakuin hal itu?"

"Jangan ngomong sembarangan Mika!" Ajeng menjauh dari Mika. "Gak ada pemaksaan di sini, aku dan Alan sama-sama mau melakukannya. Jadi tolong berhenti mengatakan hal jahat tentang Alan. Aku gak bisa terima ada yang ngomong kayak gitu tentang pacarku."

"Kamu harus! Kamu harus dengar semua itu karena Alan pantas untuk itu. Dia udah ngerusak kamu!" kata Mika menggebu-gebu. "Sebelum kamu kenal dia, kamu gak kayak gini. Alan udah ngehancurin masa depanmu Ajeng, kamu harus sadar tentang itu!"

"Udahlah... tahu apa kamu tentang hidupku. Kamu gak perlu ikut campur. Aku harap pertemuan kita hari ini oranglain gak perlu tahu atau aku benar-benar gak akan mau lagi ketemu sama kamu." Enggan melanjutkan perdebatan dengan Mika yang di rasanya tidak akan mengerti dengan kondisinya sekarang dan juga tidak akan dapat membantunya, Ajeng akhirnya memutuskan untuk segera pergi, tapi Mika menghentikannya dengan mengucapkan kalimat yang sangat mengejutkan.

"Aku tahu kamu gak suka sama aku, tapi... kalau Alan yang brengsek itu gak mau tanggung jawab, aku bakal ngelakuin hal itu Ajeng. Aku bisa dan siap."

Ajeng tercengang dan untuk beberapa saat, gadis itu hanya bisa melotot menatap Mika. Bisa-bisanya Mika mengatakan hal itu dengan mudahnya, apakah dia sudah gila?

"Jangan ngomong sembarangan deh, aku gak hamil dan kalaupun aku hamil cuma Alan yang bakal bertanggungjawab bukan kamu atau oranglain."

Setelah itu Ajeng benar-benar pergi sambil menggerutu. Pikirnya, Mika itu gila karena ingin bertanggung jawab akan sesuatu yang tidak ada urusannya sama sekali dengan dirinya. Bahkan walaupun mereka bersahabat tidak seharusnya Mika seperti itu. Dan lagi, Ajeng tidak suka dikasihani, Ajeng merasa tidak pantas mendapatkannya.

Sudah cukup Mika mengetahui dia dan Alan telah melakukan hal mesum dan kini dia kemungkinan tengah hamil, kedepannya, Ajeng tidak akan membiarkan siapapun mengetahui lebih banyak tentang kehancuran hidupnya. Dan lebih parah mengajak orang lain ikut-ikutan menderita karenanya. Ajeng tidak mau lebih banyak orang lagi bersimpati padanya dan membuatnya terlihat semakin menyedihkan.

||||||||
Sedihhh😭

Kamu bilang, kamu cinta sama akuDonde viven las historias. Descúbrelo ahora