3'Tangan kanan pak tua

22.2K 1.2K 14
                                    

Sebelum kalian baca jangan lupa vote sama komen ya, biar Riren tambah semangat buat lanjutin ceritanya
^^

Happy Reading^^

Aaron tersenyum tipis. Kenapa sih sama orang ini tadi aja raut wajahnya kayak mau makan gue hidup-hidup, sekarang malah senyum jadi nambah tingkat kegantengannya kalo gini gue bisa jatuh cinta beneran.

"Kalo ada yang sakit bilang, saya gak mau sesuatu terjadi sama anak saya dan kamu," ternyata Aaron romantis juga, gak salah nih gue buat pertahanin pernikahan ini. Aaron memang tidak pernah menyembunyikan rasa cintanya pada Celine itu yang gue tau pas baca novel.

Tanpa aba-aba tubuhku melayang diangkat ke gendongan Aaron, ingin berteriak tapi ku pendam keinginan itu bisa-bisa gagal rencanaku untuk menggagalkan perceraian.

Celine tersenyum smrik ia harus memanfaatkan kesempatan ini, Celine mengalungkan tangannya dileher Aaron dan menenggelamkan kepalanya di dada pria itu. Tubuh Aaron sangat wangi hanya mencium wangi Aaron saja membuatnya sangat mengantuk tanpa sadar Celine tertidur saat digendong Aaron.

***

Tubuh Aaron menegang saat Celine mengalungkan tangannya bahkan menyusupkan kepalanya didada Aaron. Celine berubah, wanitannya berubah, sepanjang ia menikah dengan Celine ini pertama kalinya ia merasa tak ditolak, Celine menerima setiap sentuhannya, itu membuatnya senang, apakah ini bawaan anaknya yang ingin bermanjaan dengan dia. Aaron menunduk, wanitanya tertidur, seculas senyuman terlihat terbit diwajahnya.

Aaron meletakkkan Celine dengan sangat hati-hati, seperti Celine adalah barang yang sangat rapuh yang bisa pecah kapan saja. Tangannya mengarah mengusap perut Celine.

"Bagus Baby buat mommymu ingin terus berdekatan dengan Daddy, nanti setelah lahir Daddy kasih saham buat kamu sebagai bayarannya. Jangan bikin mommymu kesusahan," bisik nya pada perut Celine, sambil terus mengusap perut Celine yang terhalang oleh baju.

Aaron beranjak dari sana duduk di sofa yang ada diruang inap itu, melanjutkan pekerjaannya yang menumpuk. Waktu begitu cepat berlalu sudah satu jam ia berkutat didepan laptop, perhatiannya teralihkan saat pintu ruang inap itu terbuka, menampilkan Rion dan Louis tangan kanan kakeknya. Dahi Aaron berkedut, apakah terjadi sesuatu pada pak tua itu sampai tangan kanannya datang kesini.

Louis membungkuk setelah berada didepan Aaron. "Selamat malam tuan muda," Aaron mengangguk sebagai sambutan pada Louis.

Aaron melepaskan kacamatanya. "Ada apa kau datang kesini?"

"Tuan muda, Tuan Albert ingin mengadakan pertemuan ahli waris, dan anda diwajibkan untuk datang oleh Tuan Albert jika anda tidak datang ada konsekuensi yang akan anda terima," Aaron mengernyit tak terima, dasar tua bangka sialan selalu mengancam tapi ia tak peduli dengan ancaman itu. Aaron malah heran kenap pak tua itu ingin mengadakan pertemuan ahli waris.

"Kenapa? Apa dia sedang sakit?"

"Tidak tuan muda, beliau hanya ingin mengumumkan siapa yang akan menjadi penerus perusahaannya dan pewaris utamanya," Aaron mengangguk paham, ia sendiri tidak peduli usaha kakeknya akan jatuh pada siapa.

"Katakan pada pak tua aku tak tertarik untuk datang walaupun dia mengancam," setelah mengatakan itu ia kembali fokus pada laptopnya.

"Apakah anda yakin tuan muda," Aaron melihat Louis mengucapkan itu sambil menatap pada Celine.

Sorry Mr. HusbandWhere stories live. Discover now