8'Marco

19.2K 965 30
                                    

.

Yuhu Pacar Kuroo up lagi nih.

Jangan lupa apa?

Jangan lupa Vote sama komen,
biar cerita ini makin maju sampai mentok ke ujung bumi.

Dinikmati, diresapi, jika ada typo atau salah pengejaan kata harap tandai.


Selamat membaca^^

***

Di gedung pencakar langit, seorang pria sedang duduk di kursi kebesarannya, ya pria itu adalah Aaron, dia terpaksa meninggalkan wanitanya yang sedang tertidur karena mendapat telpon dari Rion, karena sang paman yaitu marco datang ke kantornya dan membuat kerusuhan.

Aaron sebenarnya tidak ingin datang hanya karena masalah sepele tapi Marco mengancam akan datang ke mansion jika Aaron tidak datang menemuinya, dengan terpaksa Aaron datang karena ia tak mau Marco datang ke mansionnya dan membuat keributan disana apalagi Celine tengah istirahat.

Dan disinilah Aaron sekarang duduk di kursi kebesarannya dengan sang paman yang sedang duduk di sofa.

"Aaron bagaimana kabarmu? Masih terjerat gelapnya masa lalu?"

Aaron memutar mata jenggah. "To the point, apa yang kau inginkan dariku?"

Marci terkekeh. "Keponakan, kau sama seperti Mark ayahmu, tidak suka bertele-tele."

Aaron mengebrak meja. "Jangan sebut nama ayah saya menggunakan mulut sampahmu itu."

"Ayolah Aaron, lupakan masa lalu, Ayahmu adalah kakakku, jadi tidak masalah jika aku menyebut namanya dengan mulutku ini," Ucap Marco santai.

"Jika tak ada hal penting, pintu keluar ada di sana," Ucap Aaron sambil menunjuk pintu.

"Rion, Tunjukan pintu keluar dari kantor ini pada dia," Perintah Aaron pada tangan kanannya yang sejak tadi berada disampingnya.

Rion membuka pintu untuk mempersilahkan marco pergi. "Silahkan tuan, saya akan mengantar anda kebawah."

"Apakah kau yakin akan mengusirku keponakan?" Marco menatap Aaron remeh dengan menunjukan senyuman misterius.

"Rion!" Aaron menunjuk ke arah Marco menggunakan dagunya, mengisyaratkan untuk menyeret marco keluar dari ruangannya.

Rion berjalan kearah Marco. "Tolong kerja samanya tuan, tuan Aaron tidak menginginkan anda ada disini."

Marco berdiri dari duduknya, menatap Aaron masih dengan senyuman misterius. "Padahal paman punya penawaran yang sangat kau inginkan sejak dulu."

Setelah mengatakan itu Marco beranjak untuk keluar dari ruangan sang keponakan ia sengaja melangkah dengan lambat untuk melihat ekspresi keponakannya yang membuat ia tersenyum miring. Tak sia-sia ucapanku tadi, Aaron pasti akan menghentikanku, mari kita hitung, satu, dua, tig-

"Tunggu."

Tepat sasaran

"Penawaran apa yang kau maksud?" Tanya Aaron.

Marco tersenyum smrik. "Bukankah Lebih baik kita duduk berdua di sofa itu, agar pembicaraan ini tidak seperti atasan dan bawahan."

"Baiklah," Aaron setuju, ia beranjak dari kusi kebesarannya menuju sofa.

"Duduklah," sambung Aaron mengajak Marco untuk duduk kembali.

Mereka duduk saling berhadapan dan hanya terpisah oleh meja. Marco duduk dengan menyilangkan kakinya, untuk menunjukan kekuasaannya.

Sorry Mr. HusbandWhere stories live. Discover now