4'Martabak

21.2K 1.3K 14
                                    

Sebelum baca jangan lupa like dan komen.

Kalo ada yang typo harap ditandai biar bisa diperbaiki sama Author

Happy Reading^^

***

Mobil yang ditumpangi Aaron memasuki halaman mansion yang dijaga sangat ketat terdapat banyak bodyguard yang berjaga di depan mansion itu.

Aaron berjalan memasuki mansion kakeknya, ia melihat kakeknya sedang bersantai di ruang tamu dengan koran di tangannya dan tentu saja tangan kanan kakeknya sedang berdiri sambil menatap kearahnya.

"Kenapa kau masih berdiri di sana anak muda, duduklah aku tau kau datang kesini bukan karena merindukan kakekmu ini," Ucap sang kakek tanpa menurunkan koran yang dibacanya.

Aaron duduk sambil merebut paksa koran yang ada ditangan kakeknya itu. "Jadi?" Setelah bertanya itu ia kembali duduk dengan satu kaki diangkat di kaki lainnya, terlihat sangat angkuh.

"Seperti yang kamu dengar dari Louis, aku ingin kamu mengajak istrimu kepertemuan itu,"

"Pak tua apakah kau tak menyayangiku lagi, kau ingin rahasia cucumu ini terbongkar? Dan membuat istri kesayangannya lari?" Albert tertawa mendengar penuturan cucunya itu.

"Cucu durhaka sampai kapan kau akan memanggilku pak tua," geram Albert karena Aaron dari dulu selalu memanggil dirinya dengan panggilan pak tua.

Aaron memutarkan matanya malas. "Sejak kapan kau memusingkan panggilanku. Sudahlah jawab saja pertanyaan ku tadi."

"Sepertinya kau sangat mengkhawatirkan identitasmu terbongkar, padahal kalian adalah sepasang suami istri sudah sepatutnya saling terbuka. Kenapa kau jadi sangat pengecut seperti itu cucuku, padahal dulu kau tak takut akan kehilangan apapun, bahkan sekarang kau membiarkan istrimu itu selingkuh di depan mu, karena takut akan ancamannya? Anak muda cepatlah bangun dunia tak selalu berputar pada wanitamu," Aaron melihat Albert menaik turunkan alis mendengus malas, Albert memang jagonya menyulut emosi Aaron.

Aaron mengepal tangan menahan emosi. "Kakek!" Tekan Aaron.

"Baiklah maafkan kakekmu ini, kau tenang saja nak, ini hanya pertemuan untuk membahas tentang siapa yang akan menjadi penerus ku, tidak akan membahas hal lain kakek jamin itu. Kau hanya perlu membawa istrimu itu saja."

"Aku pegang ucapan mu pak tua," Aaron beranjak dari sana diikuti oleh Rion.

"Aaron cucuku," Terdengar teriakan dari sang nenek dari belakang, Aaron berdiri menengok kearah sang nenek. Saat menengok ia malah mendapatkan toyoran kasih sayang dari neneknya.

"Dasar anak ini, apa kau udah lupa jalan ke rumah orang tua ini hah. Dan mana cucu menantu ku kau tak membawanya?" Tanya nenek dengan beruntut.

Aaron tersenyum lalu memeluk sang nenek. "Menantu nenek sedang istirahat, karena ibu hamil harus banyak istirahat," Aaron memang tak memberi tahu apa yang terjadi dengan Celine pada Nenek dan Kakeknya. Tapi sepertinya sang kakek sudah mengetahui apa yang terjadi.

Aaron melihat kearah sang kakek dibalas gelengan dan bisa dipastikan neneknya tidak tahu.

"Dasar anak ini, orang tua ini tak akan memperkejakan istri mu, bawa kesini nenek ingin mengetahui keadaan calon cicit nenek," Tegas Glinda nenek Aaron.

Aaron menghela nafas. "Nanti saat pertemuan Aaron akan membawanya, kalo sekarang Aaron harus bekerja nek."

"Awas kalo kau tak membawanya."Aaron mengangguk setelah itu ia pamit pergi dari sana memeluk Glinda untuk pamitan.

Albert menggeleng sambil tersenyum tipis melihat cucunya meninggalkan rumah. "Anak itu berubah dia lebih banyak bicara sekarang benar bukan Louis?"

"Benar tuan, sekarang tuan muda lebih banyak bicara sepertinya dia sudah melupakan kejadian kelam itu." Tutur Louis. Louis menjadi saksi bisu bagaimana tuan mudanya itu harus melewati masa kelam sendirian karena waktu itu tuan Albert masih sibuk dengan pekerjaannya.

Sorry Mr. HusbandWhere stories live. Discover now