09 figuran

64.4K 4K 19
                                    

Azella menatap pantulanya di cermin, wajah manis nya kini berganti dengan sosok gadis dengan wajah bulat yang amat menggemaskan. ini tubuhnya, tubuh yang selama beberapa minggu ini menjadi tubuh Azella. tak ada ingatan dari si pemilik tubuh layaknya di novel-novelk yang ia baca, sejauh ini hanya mengandalkan ingatan novel dan di tulis di sebuah buku kecil miliknya.

tak ada baju sexy nan mewah, tak ada high heels. mahal dan tak ada rambut yang di tata cantik. sekarang hanya ada Azella dengan pakaian lesuhnya, dengan sepatu sederhana yang ia temukan di lemari dan dengan rambut yang di ikat kuncir satu. sangat sederhana, namun bagaimana lagi. baju yang Azella kenakan sekarang merupakan baju yang paling bagus dari baju yang lain.

Azella mendengus kesal, ia sangat yakin akan menjadi bahan bullying di kampus nantinya.

"Kau melupakan tugas mu Azella?"

Azella menoleh pada asal suara, di ambang pintu nampak bi Maria sedang berkacak pinggang menatap garang ke arahnya.

Menghela nafas, Azella menatap bi Maria malas.

"Tidak bibi, aku sudah menyiram bunga- bunga itu, dan sekarang aku akan keluar untuk melayani tuan Ethan" jawabnya selembut mungkin.

Bi Maria menatap Azella dari atas hingga bawah, lalu menganggukkan kepala.

"Kenapa?apakah aku terlihat cantik?" Tanya Azella dengan wajah sombong.

Bo Maria merubah ekspresi garangnya, menatap datar ke arah Azella.

"Lumayan" ucap nya lalu pergi dari kamar Azella.

"Huh, andai bajunya sedikit modis pasti bi Maria tak bisa berkata- kata dengan penampilan ku"

Azella mengikuti bi Maria ke ruang makan, bersamaan dengan  datangnya Azella di sana, Ethan pun datang memasuki dapur telah rapi dengan setelan kantoranya.

Terpesona? Tentu saja, Azella wanita normal.

"Mau sarapan apa tuan?" Tanya Azella sesopan mungkin, menyamarkan detak jantungnya yang tiba- tiba berdetak lebih kencang.

"Terserah" jawab Ethan datar, pria itu melipat kakinya meletakkan kaki kanannya di atas kaki kirinya lalu meraih koran yang Memeng setiap harinya selalu tersedia di meja makan.

"Seperti perempuan saja" bisik Azella tersenyum mengejek ke arah Ethan yang nampak sibuk membaca koran ya.

Azella lalu menatap berbagai macam hidangan di meja, dan matanya tertuju pada semangkuk bubur ayam yang nampak menggiurkan. Azella meraih mangkok tersebut lalu meletakkannya di hadapan Ethan tak lupa dengan sendoknya.

Ethan menatap sekilas bubur tersebut, lalu lanjut membaca kotanya.

'mau di suapin nih?' Batik Azella.

"Minumnya tuan?" Tanya Azella lagi sesopan mungkin dengan senyum manisnya. Sepertinya Azella mulai menerima nasibnya sebagai seorang pelayan.

"Teh" jawab Ethan acuh.

Azella menatap minuman yang di sediakan, namun tak ada teh di sana.

"Sebentar tuan, sepertinya saya tidak melihat teh...."

"Racikkan dengan tanganmu" ucap bi Maria yang tiba- tiba datang.

Azella melotot kaget, ia menatap beberapa bahan- bahan dan alat untuk meracik teh yang bibimah bawa. Wanita paru baya itu kembali pergi setelah meletakkan bawaannya Tampa berniat memberitahu caranya pada Azella.

Ethan nampak sudah melipat korannya lalu menyantap bubur yang nampak masih panas.

Tak mau mati cepat, Azella dengan cepat mulai membuat teh untuk Ethan. Tak tau bagaimana dan seperti apa selera Ethan, Azella hanya mengandalkan hatinya.

Tak lama, Ethan selesai menyantap buburnya dan bersamaan dengan itu Azella juga selesai meracik tehnya. Sangat lama memang, yah maklum saja. Jangankan meracik teh, meminumnya saja Azella tidak pernah jika tak di paksa di kehidupan sebelumnya.

Ethan tak banyak bersuara, pria itu segera menyeruput tehnya. Nampak santai, seakan teh Azella pas di lidahnya.

Pria itu mulai beranjak dari duduk setelah menghabiskan tehnya, meninggalkan Azella yang kini menghela nafas lega.




.....

Azella celingak celinguk mencari tempat untuk beristirahat. Dua jam yang lalu ia habiskan memulai kuliah pertamanya, tak ada yang menarik, hanya saja satu hal yang membuat Azella harus melongo saja di kelas tampa mengerti apa yang dosennya bahas.  Ethan... Pria itu bukanya memasukkan Azella di smester awal dan dengan kuasanya malah memasukkan Azella ke smester 3. Apa gunanya coba?

"Jhon, nih bekalnya.... Ku harap kau memakannya kali ini"

Azella yang kini terduduk di rerumputan di taman kampus menatap asal suara. Di sana nampak sosok gadis yang tak asing memberikan kotak makan kepada sosok pria tinggi yang nampak mempesona dengan pahatan yang sempurna, sialnya Azella malah memikirkan jika Ethan lebih sempurnah dari pria itu.

"Jhon? Ayolah, aku lelah membuatkannya untukkmu" ucap ana, menatap memelas ke arah Jhon.

"Aku tak memintanya" ucap Jhon datar.

"Tapi itu kewajiban aku sebagai istri Jhon" ujar ana dengan kesal, walau suaranya terdengar sangat lembut.

"Jaga ucapan mu ana, aku tak Sudi mengakui mu istriku" ucap Jhon tajam, membuat ana seketika menunduk menahan rasa sakit yang tiba- tiba datang.

"Tapi Jhon..." Ucapnya lirih...

"Aku terima, pergilah" potong Jhon, mengambil dengan kasar kotak makan siang yang masih aman sodorkan.

"Ta....ah terima kasih, aku akan kembali ke kelasku" ucap ana yang nampak sumringah lalu berlari pergi menuju kelasnya.

Azella menatap  adegan yang amat teringat di otaknya, di part ini Azella sempat menitikkan air mata, dan ternyata menyaksikan secara lansung lebih menyedihkan.

Sosok ana, nampak tegar namun Azella bisa menebak betapa hancurnya hati wanita itu.

"Ambil"

Azella terperanjat kaget, mengerutkan kening menatap sebuah kotak makan siang dan seorang pria menjulang tinggi di hadapannya.

"Ambil? Kau kira aku pengemis? Lagi pula istrimu memberikan ini untuk mu, hargai lah.... Dasar suami yang tak bersyukur"

Azella yang terbawa suasana tak sengaja mengeluarkan isi hatinya, ia menatap kesal ke arah cowok yang di yakini ya adalah sosok Jhon.

Sedetik kemudian Azella tersadar dari ucapanya, ia menepuk pelan bibirnya yang ceplas-ceplos Tampa memikirkan akibat kedepanya.

"Maaf, aku hanya teringat novel yang ku baca.. maaf yah" ucap Azella memberikan alasan yang  tak sepenuhnya berbohong.

"Tak masalah, dan ku rasa kau benar aku memang suami yang tak bersyukur, permisi maaf mengganggu mu"

Jhon melangkah pergi dengan kotak makan siangnya, Azella menghela nafas lega. Walau Jhon nampak berbeda dengan yang di ceritakan di novelnya, setidaknya pria itu tak kembali memarahinya yang menguping pembicaraannya dengan sang istri.

Azella sempat memikirkan ucapan Jhon yang nampak sadar akan kesalahannya, tapi  kenapa pria itu masih melakukan kesalahan nya itu?

Namun bukan itu yang harus Azella fikirkan....

Adegan tadi  memang mulai mendekat pada kematiannya, yang mana setelah ini tokoh Ethan mulai terobsesi dengan istri Jhon, saingan bisnisnya.

Azella memijit kepalanya, sungguh ia bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Kabur? Yah mungkin itu jalan terbaik .

....












Vote comen gaes

Figuran Where stories live. Discover now