45 Figuran

11.4K 941 56
                                    

Nungguin yah? Hehe









Semua terjadi begitu cepat, Azellla yang tak mau Ethan dengan cepat menarik pria itu dan membalik posisi mereka. Yah, Azella tertempak tepat di dadanya tapi....

Itu semua hanya hayalan Azella, nyatanya tembakan tersebut meleset jauh, yang di lakukan Azella hanyalah sia- sia.  Reon yang melihat itu hanya bisa menggeleng, apalagi menyadari wajah dua orang yang kini sedang berpelukan merah di hadapnya. Tak mau menjadi nyamuk, Reon memutuskan untuk keluar dari rumah yang sudah di penuhi dengan darah dan mayat di mana-mana.

"Tuan, apa kau terluka? "

Ethan tersenyum menatap Azella yang mendongak menatap dirinya.

"Tidak, harusnya aku yang bertanya, apakah tembakan tersebut melukaimu, hm? " tanyanya dengan suara lembut tanganya hendak terulur mengelus puncuk kepala Azella, namun Azella malah melepaskan pelukan mereka dan menjauh.

Ethan menatap bingung Azella dengan tangan yang masih di udara.

"Kenapa kau jadi lemah lembut begini? Ah tunggu, jangan bergerak"

Ethan menurut, sementara itu Azella kini sibuk mengeluarkan kamera yang ia temui di kamarnya dia hati yang lalu. Gadis itu mulai memotret Ethan yang masih menampilkan raut datar namun tak bergerak sama sekali.

Selesai dengan itu Azella tersenyum melihat hasil potretanya, ia melangkah mendekat dan kembali tersenyum saat mendapati Ethan yang masih terdiam di tempatnya.

"Jika ada polisi nantinya maka foto mu akan ku jadikan barang bukti atas pembunuhan massal, jika tak ada polisi.... Mungkin akan jadi koleksi ku saja, oh atau kau mau memajangnya di rumahmu?"

Ethan tersenyum tipis, "boleh, jika begitu ayo kita berfoto bersama" ucap pria itu merebut dengan cepat kamera yang ada di tangan Azella.

"Tidak perlu tuan, aku tak mau mengikutimu ke penjara nantinya" ucap Azella menolak sambil mencoba meraih kamera nya yang ada di tangan Ethan.  Namun pria itu terlalu tinggi untuk Azella.  Alhasil dia orang itu saling merebutkan kamera di tengah- tengah kumpulan mayat dan darah.

Reon yang mengintip menggelengkan kepala, "tak adakah tempat lain untuk bermesraan? " ucapnya menampilkan wajah julid.



....







"SIALAN!! "

Wilson, pria dengan wajah di perban itu mengumpat kesal, satu jam lalu ia dan kelima pembunuh bayaran terbaik nya berniat memburu Ethan di rumahnya, namun yang ia dapat malah siraman air panas dari wanita tua yang tak di kenal. Dan jangan salahkan Wilson jika membalasnya.

Dan lebih soal lagi, ia mendapati kabar jika semua bawahan nya telah tewas tanpa tersisa, kecuali beberapa pelacur yang sempat melarikan diri. Azellanya juga hilang entah kemana. Namun Wilson sangat yakin jika Ethan lah pelakunya.

Saat ini Wilson dan kelima anak buahnya berada di markas tersembunyi miliknya, mereka bukan takut pada Ethan melainkan mempersiapkan diri untuk benar- benar memburu pria Ethan. Untuk saat ini Wilson hanya menyampaikan peringatan dengan membunuh kedua pelayanan Ethan dan.... Wanita tua yang  menyiramnya.... Wilson tak tau pasti, ia hanya sedikit memberikan pelajaran. Mati tak mati Wilson tak peduli itu.

"Siapkan beberapa senjata" perintahnya pada salah satu orang kepercayaannya.

"Baik tuan"

"Kau!! Hubungi Jhon"

"Jhon? Maaf tuan, Jhon yang ada wick nya??"

Seketika tatapan Wilson menajam, pria itu menatap salah satu anak buahnya yang seorang pembunuh bayaran dengan keahlian menggunakan pisau, namun dengan otak yang kurang mampu.

Figuran Where stories live. Discover now