Chapter 44 : 124 - 125

1.2K 162 37
                                    

Setelah kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya, dimana rekaman dihentikan sementara dan jadwal istirahat dimajukan, baik pihak TCF maupun TBOAH kembali berkumpul ditempat mereka masing-masing. Kecuali satu orang yang saat ini absen kembali.

Jika biasanya Dewa Kematian hanya membuat pengumuman tentang durasi waktu pemutaran, tampaknya kali ini akan sedikit berbeda. Itu berbeda karena alih-alih mengumunkan pemutaran akan dilanjutkan, Dewa Kematian justru menghela napas.

"Aku hanya meninggalkan kalian sebentar dan kalian sudah membuat keributan?"

Pihak TBOAH terdiam sambil menatap orang-orang dipihak lain yang juga sama terdiamnya. Mereka terkejut saat mengetahui alasan mengapa pemutaran tiba-tiba dihentikan.

Itu karena Cale Henituse menangis.

Mereka tidak tahu alasan Cale menangis karena apa dan malah menganggapnya sebagai tindakan yang tidak dewasa. Tapi saat melihat Dewa Kematian bahkan ikut campur, mereka tidak bisa tidak penasaran.

"Sigh. Aku tidak berharap kejadian seperti tadi akan terjadi. Sepertinya kalian sudah keterlaluan dalam menggodanya."

Semua orang dipihak TCF hanya terdiam dan mengerutkan kening sambil terus mendengarkan Dewa Kematian.

"Choi Han, aku juga tidak berharap kau akan termasuk."

Choi Han tersentak.

"Padahal kau adalah orang yang paling mengenal bagaimana Kim Rok Soo hidup dulu."

Choi Han mengepalkan tinju dan menggigit bibirnya. Pandangan semua orang kini tertuju padanya dengan wajah penuh tanya.

"Wajar jika dia tidak memiliki pemahaman tentang perasaan. Karena sejatinya dia tidak memiliki siapapun yang mengajarkannya padanya."

Semua orang mengangkat wajah mereka.

"huh?"

Sesaat kebingungan tercetak diwajah mereka sebelum mereka mencapai suatu kesimpulan.

'Dia yatim piatu. Aku lupa itu.'

Kim Rok Soo adalah yatim piatu. Mereka melupakan fakta itu. Namun mereka kembali berpikir bahwa setidaknya pasti ada kerabatnya atau seseorang yang mengurusnya karena bagaimana lagi dia akan hidup, bukan?

"Cinta, kasih sayang, perasaan, tidak ada yang mengajarkan itu padanya. Setiap kali kalian menunjukkan hal-hal itu padanya, kalian sendiri juga tahu bagaimana rekasinya, bukan?"

Mereka kembali memikirkannya, setiap kali mereka menyuruhnya untuk tidak membebani tubuhnya, dia selalu mengatakan bahwa itu akan baik-baik saja. Setiap kali mereka menunjukkan perhatian mereka padanya, dia akan membuat wajah antara bingung dan tidak nyaman. Karena itulah mereka menyebutnya ...

"Tidak peka. Itukah julukan kalian padanya?"

Mereka menelan saliva saat mendengar helaan napas yang sepertinya berasal dari Dewa Kematian.

"Inilah sebabnya aku membawa kalian semua kesini, untuk melihat masa lalu anak itu. Bukan hanya untuk kebaikan pihak TBOAH saja, tapi juga kebaikan kalian. Tidak salah untuk menyebutnya 'tidak peka' dan semacamnya, tapi segala sesuatuya pasti ada porsinya masing-masing, benar? Perang sudah berakhir. Berbeda dengan saat masih masa kekacauan, anak itu, kalian juga, hanya fokus memikirkan tentang langkah selanjutnya untuk mencapai kemenangan."

TCF REACTION║FANFIC [Ongoing]Where stories live. Discover now