kebohongan kecil

23 3 1
                                    

Saat sedang makan naasnya sea harus terpergok dengan ibu tirinya.
Pandangan matanya mulai menatap tajam sea, namun sea membalasnya dengan senyum berbinar.
" Ibu..terimakasih atas makanannya. Sea sedari tadi lapar bu. "
" Hah jangan berlagak lugu kamu!!Siapa yang memberimu makan? "
"Tapi tadi.. "
" Oh Sudah mulai seenaknya kamu! Sekarang juga kamu ibu hukum! Cuci semua pakaian kotor itu dengan kedua tangan mu!! "
"Iya bu sea akan cuci. "
Entah terbuat dari apa hati sea. Setelah mendapat perlakuan tidak baik dirinya tetap tersenyum tanpa rasa getir sedikitpun.
Akhirnya sea mulai mengerjakan hukuman yang telah diberikan. Dengan ikhlas tangan mungilnya menggosok baju kotor dengan tenaga yang ia miliki.
Sejujurnya mbok darmin tidak tega melihat sea melakukannya sendiri. Namun untuk kali ini ia tidak dapat membantu apapun karena ancaman sang majikan.
Setelah berjam jam menyelesaikan hukumannya. Sea akhirnya bisa beristirahat duduk di kasur kamarnya sambil menatap tangannya yang berkerut karena terlalu lama berurusan dengan air.
Mbok darmin yang tak sengaja lewat didepan kamar sea memutuskan untuk masuk dan kemudian duduk di samping sea.
"aden kenapa diam aja disini.. "
"Tidak apa apa bik,sea hanya lelah.bi makasih atas makanan tadi.lain kali bibi tidak perlu seperti itu,aku bisa menahannya bik. Sea nggak mau bibi mendapat masalah karena sea.tidak perlu khawatirkan sea bik. Sea ikhlas menerima hukuman dan rasa benci dari ayah dan ibu. "
"den mereka tidak membenci aden kok, mereka sayang sama aden. lambat laun pasti begitu den.. "
" Berapa lama lagi bik sea harus menunggu semua nyata bik ? "
" semoga secepatnya den. Aden berdoa sama Allah agar semua seperti yang aden inginkan. "
"Bik apakah semua ini salah sea? Apakah seharusnya sea tidak terlahir ke dunia ini?
"hey jangan bicara seperti itu den!! Bibi tidak suka!!
" Tapi memang..
"Sttt den! jangan seperti itu!. " Spontan mbok darmin memeluk sea dengan erat.
"Jangan bicara seperti itu den.. Bibi mohon!! Kamu adalah anugrah terindah keluarga ini den. Hanya saja mereka belum menyadarinya.
Lagi dan lagi air mata tak bisa mbok darmin sembunyikan. Kali ini tidak bisa lagi air mata itu tertahan. "
"Sudah jangan begitu ya den. Sekarang aden mandi ya udah sore!. "
" Ya bik. "

Sastra Terakhir (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang