goresan luka

2 1 0
                                    

Gemuruh rasa bersalah terus menerus menghantui sea. bulir air mata jatuh tak kala tau sudah seburuk itu sea di mata sena, terlebih lagi sekarang dia akan menyakiti hati orang yang telah selalu membantu dan membela dirinya.
"sea! Sekarang waktunya untuk menjelaskan maksud tulisan mu tadi padaku! Buka pintunya! aku akan menunggu mu sampai kau mau membuka pintu ini!"
Tak lama pintu pun terbuka.
"apa lagi yang harus aku jelaskan antara? Apa tulisan tadi kurang membuatmu paham? "
"Tolong jangan berpura pura dan menyembunyikan semuanya! Apa yang om hasut kemarin? Katakan padaku!"
"Ayah tidak menghasut apapun! Aku hanya lelah menjadi orang baik dan selalu tersakiti! Yang ayah katakan benar! Selama ini aku hanya berpura-pura seolah orang yang paling tersakiti! "
"Bohong! Aku tetap tidak percaya! Kau dihasut kan?
"Terserah! aku sadar sekarang kalau kau penyebab semua ini!
" Apa maksud mu?
"Aku sadar kebahagiaan ku hancur karena mu! Aku tidak bisa berbicara karena mu! Waktu itu aku harus mempersiapkan kedatangan mu hingga aku celaka seperti ini! Ayah dan ibu hanya menyayangi mu saja! Semua ini karena mu! Ternyata aku salah membela mu kalo semua bukan salah mu padahal jelas semua karena mu."
Membaca tulisan sea air mata antara berlinang.
" begitu kah menurut mu? "
"Oh ya! Aku hanya berbohong selama ini kalau aku menganggap mu keluarga! Kau bersyukur bertemu dengan ku? Tapi aku tidak! "
Sea membanting notebook nya didepan antara lalu menidurkan dirinya ke arah lain agar tidak memandang antara.
Antara yang telah berlinang air mata tidak bergeming dari tempatnya berdiri, memandang sea dengan semu seolah tidak percaya apa yang dia baca.
Sama halnya dengan sea, air matanya berlinang membasahi bantal. Ia sengaja memalingkan arah tidurnya karena ia ingin menangis sebanyak mungkin tanpa antara ketahui. Hancur sudah hati sea melihat antara tertunduk dan berlinang air mata karena kata kata kejamnya.
Selang beberapa menit mbok darmin terkejut dengan pemandangan yang ia lihat. Jelas tidak paham dengan sikap keduanya yang tiba-tiba berbeda dari biasanya.
"Aden maaf tadi bibi pergi sebentar! Kalian kenapa diam saja? Den antara kenapa nangis? Ada masalah apa? "
" Bik tolong! "
"Tolong apa den antara?"
" Tolong beri tahu sea untuk berhenti berpura-pura ingin menyakitiku! Aku tidak marah membaca tulisannya! Tapi aku benci dengan kebohongannya!"
Antara melenggang pergi.
Mbok darmin merasa semakin bingung dengan apa yang terjadi.
Melihat notebook tergeletak di lantai dengan sigap mbok darmin ambil
dan setelah itulah dia mulai mengerti prahara di rumah itu.
"Loh den,kenapa aden begini? Kenapa? Ada masalah apa den?"
Sea mohon biarkan sea sendiri bik! " Secercah surat tertulis singkat.
"Baik den! Tapi jangan sungkan bercerita ya den!
Bagaimana bisa aku bercerita jika taruhannya antara bik? Bagaimana aku bisa? " Batin sea kembali menyeruak

Sastra Terakhir (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang