1. Beginning;

298 40 32
                                    

INTERLOCKED;

“Kenapa harus sedih? Kan sudah patah dan hancur sejak kecil.”

Bel istirahat dibunyikan, seluruh siswa berbondong-bondong keluar dari kelasnya, menuju ke satu tempat yang kiranya bisa mengistirahatkan otak mereka sejenak

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bel istirahat dibunyikan, seluruh siswa berbondong-bondong keluar dari kelasnya, menuju ke satu tempat yang kiranya bisa mengistirahatkan otak mereka sejenak. Perpustakaan, taman belakang sekolah, serta kantin menjadi tujuan mereka.

"Chel, lo dipanggil Bu Rika. Ditunggu di ruangannya," teriak salah satu teman sekelasnya.

Rachel manggut-manggut menanggapi. "Oke makasih." Senyum manis tak pernah sirna dari wajahnya.

Rachel menelusuri koridor sekolah yang tampak ramai, sapaan serta senyuman ia lemparkan. Jari-jemarinya mengetuk sopan pintu coklat di hadapannya, terdengar jawaban dari balik sana barulah ia melangkah memasuki ruangan. Bu Rika dengan ramah menyambut kedatangan salah satu murid berprestasi yang selalu mengharumkan nama sekolah.

Setelah mempersilahkan Rachel duduk, barulah Bu Rika membuka pembicaraan. "Bulan depan akan ada pertandingan olimpiade matematika tingkat provinsi, setiap sekolah mengajukan dua orang murid untuk mengikuti pertandingan tersebut. Pihak sekolah mengajukan nama kamu dan juga Abian, apa kamu bersedia Rachel?"

Rachel tersenyum kaku ditempatnya, baru dua minggu yang lalu ia dimintai pihak sekolah untuk mengikuti perlombaan cerdas cermat. Lelah rasanya harus berhadapan terus menerus dengan rumus maupun angka, tapi ini bisa menjadi kesempatan bagus untuk membanggakan Papanya.

"Iya Bu, saya bersedia," ucapnya bersungguh-sungguh.

Bu Rika menghela nafas lega, senyum manis terbit di wajahnya. "Baik kalau begitu, terimakasih banyak. Setelah ini kamu cari Abian, lalu kalian berdua temui Bu Lilis selaku guru pembimbing Olimpiade."

"Baik Bu, permisi."

Rachel berlalu meninggalkan ruangan itu untuk mencari keberadaan Bian. Berjalan tanpa arah hingga Rachel memutuskan untuk mencari ke kelas Bian. Ia sampai di hadapan kelas MIPA satu, sepi, hanya ada beberapa murid disana.

"Permisi, ada Bian ya?" tanyanya pada salah satu teman sekelas Bian.

Belum sempat lelaki tersebut menjawab pertanyaan Rachel, tiba-tiba saja Bian berada di hadapannya.

"Kenapa cari gue?" tanya Bian penuh selidik. Kerutan halus di dahinya tercetak jelas, salah satu alisnya ia naikkan memberi kesan bertanya serta kebingungan.

"Kita di suruh nemui Bu Lilis," tak menunggu jawaban dari lawan bicara, Rachel langsung saja menarik pergelangan tangan Bian untuk mengikuti langkahnya. Lancang memang, tapi ia tak perduli akan hal itu.

INTERLOCKED;Where stories live. Discover now