13. Succeed;

74 12 4
                                    

- INTERLOCKED; -

"Jangan takut dengan hasil, tuhan itu maha adil."

Rachel berjalan cemas menelusuri koridor rumah sakit, namun terbesit rasa senang saat ia mendengarkan pengumuman beberapa saat lalu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rachel berjalan cemas menelusuri koridor rumah sakit, namun terbesit rasa senang saat ia mendengarkan pengumuman beberapa saat lalu. Usaha tidak mengkhianati hasil, tidak sia-sia usahanya selama ini, ia dan Bian dapat lanjut mengikuti final tiga hari lagi. Namun satu yang menjadi pikirannya, melihat kondisi Bian tadi ia tak yakin jika Bian bisa mengikuti final kedepannya.

Rachel mengetuk pintu ruangan Bian secara perlahan, hingga seorang perempuan paruh baya dengan balutan jas putih membuka pintu ruangan itu. Lisa menepi memberi ruang agar Rachel dapat masuk, Rachel tersenyum kaku menatap paras cantik mama Bian. Ia baru mengetahui jika Lisa adalah seorang dokter, sungguh hebat batinnya.

Di dalam sana terdapat seorang perempuan yang parasnya tak kalah cantik dengan Lisa, jika dilihat secara seksama, wajah perempuan itu mirip sekali dengan wajah Bian. Menurut Rachel, perempuan itu berumur jauh diatasnya.

Kinan melambaikan tangan, tersenyum lebar menyapa kedatangan Rachel. "Rachel ya? Sini, duduk."

"Eh? Iya kak." Walau ragu ia tetap mendekat ke arah Kinan yang tengah duduk disalah satu kursi yang berhadapan dengan brankar tempat Bian beristirahat.

"Gue Kinan, kakaknya Bian," ujar Kinan memperkenalkan diri.

Rachel mengangguk, "Salam kenal kak, aku Rachel."

"Ngomong santai aja." Lagi-lagi Rachel mengangguk sebagai jawaban.

"Kak, mama tinggal dulu ya? Ada pasien, kalau terjadi sesuatu pada Bian segera panggil dokter," ujar Lisa pada Kinan.

Ia beralih menatap Rachel yang berada di sebelah Kinan. "Tante tinggal dulu ya Rachel, terimakasih sudah sempat untuk berkunjung."

"Iya Tante."

Keadaan hening menyelimuti keduanya, Kinan sibuk dengan buku yang berada di genggamannya, sedangkan Rachel mengistirahatkan tubuhnya, bersandar pada punggung kursi menopang tubuhnya yang lelah.

"Chel, udah berapa lama lo kenal Bian?" pertanyaan Kinan menepis keadaan hening keduanya, ia meletakkan buku yang ia baca ke atas nakas.

Rachel mengangguk, ia membenahi posisi duduknya. Memikirkan sejenak pertemuan dirinya dan Bian bulan lalu.

"Gue baru banget kenal sama Bian kak, tepatnya sebulan yang lalu. Sekolah minta kita berdua mewakili Olimpiade matematika yang berlangsung hari ini, gue nggak tau gimana Bian, yang gue tau Bian itu sering jadi topik pembicaraan murid perempuan di sekolah," ucap Rachel panjang lebar, ia menatap lurus ke depan, menerawang jauh kejadian apa saja yang terjadi antara keduanya.

"Gimana olimpiade nya? Masuk final nggak?"

Rachel mengangguk mantap sembari tersenyum, "Masuk kak, tiga hari lagi final."

INTERLOCKED;Where stories live. Discover now