9. There always is;

80 20 3
                                    

— INTERLOCKED; —

“Ajari aku bagaimana cara menerima keadaan tanpa membenci kehidupan.”

Hujan deras mengguyur permukaan bumi, angin bertiup kencang menambah kesan menyeramkan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hujan deras mengguyur permukaan bumi, angin bertiup kencang menambah kesan menyeramkan. Seorang perempuan berjalan santai di trotoar, telapak tangannya saling bergesekan berusaha menghangatkan tubuhnya yang kedinginan.

Seluruh tubuhnya sudah basah akibat diterpa derasnya air hujan. Beberapa jam lalu ia menelepon salah satu anggota keluarganya untuk segera menjemput dirinya, namun keberuntungan tak berpihak kepada dirinya. Telepon itu tak kunjung diangkat, hampir dua jam ia menunggu di sebuah halte bus. Akhirnya ia memilih untuk segera pulang, nekat menerobos hujan yang semakin deras.

Langkahnya kian mendekat ke pekarangan rumahnya, pintu rumah itu tertutup rapat. Beberapa kali ia ketuk, hingga salah satu asisten rumahnya membukakan pintu.

"Astaga, masuk dulu Key." Raut panik tercetak jelas di wajah itu wanita paruh baya yang sudah lama bekerja dirumah Keyshia.

Keyshia tersenyum simpul, ia segera memakai handuk yang Mbak Gina berikan padanya, tak lupa ucapan terimakasih. Ia segera beranjak menuju kamar. Belum sampai ia menapaki lantai kamarnya, dapat ia dengar suara tawa menepis keheningan sore hari, turut bersahutan dengan gemuruh petir diluar sana.

Di sebuah ruang makan, tiga orang anggota keluarganya tengah menyantap makanan serta obrolan ringan mengisi kehangatan meja makan itu. Keyshia segera berlalu, malas melihat pemandangan yang membuatnya semakin iri dengan adik perempuannya.

"Lho, kak, udah pulang? Kok basah kuyup?" ucap sang Ibu pada dirinya.

"Iya, kakak tadi nekat terobos hujan buk. Kakak telepon ibuk sama ayah tapi nggak diangkat."

"Eh maaf kak, tadi ibuk sama ayah baru pulang dari kantor langsung jemput adek. Ibuk kira kakak udah pulang."

Keyshia menghela nafas gusar, muak rasanya selalu mendengar alasan seperti ini. "Udah deh buk, kan yang selalu kalian utamain adek. Kakak ngerti kok."

"Kak, kita sayang sama kalian itu sama rata. Kakak seharusnya bisa mengalah sama adek, karena itu tugas seorang kakak. Kamu sudah dewasa, jangan seperti anak-anak." Sang ayah turut membuka suara, bukan untuk membela namun ikut menjatuhkan anak sulungnya.

"Iya, maaf."

Keyshia segera berlalu meninggalkan ruangan itu. Ia menutup pintu kamarnya dengan kuat, membuat semua anggota keluarga menoleh ke arah anak tangga.

Ilham tersenyum masam di tempatnya. "Nggak cocok banget jadi kakak, udah besar sifatnya masih kayak anak kecil."

Alya, adik perempuan Keyshia hanya berdiam diri menatap ke arah anak tangga di mana sang kakak menghilang dari hadapannya. Ia merasa bersalah, walaupun ia tak berbuat kesalahan apapun.

INTERLOCKED;Where stories live. Discover now