11. Flower;

67 15 2
                                    

— INTERLOCKED; —

“Tidak ada cinta yang paling tulus, selain cinta seorang ayah pada anak perempuannya.”

Duduk di sebuah kursi putih di pojok ruangan yang berhadapan langsung dengan jendela kamar, cahaya matahari menyelinap masuk menerangi ruangan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Duduk di sebuah kursi putih di pojok ruangan yang berhadapan langsung dengan jendela kamar, cahaya matahari menyelinap masuk menerangi ruangan itu. Duduk santai dengan sebuah buku ditangannya, alunan musik menemani kegiatannya.

Ketukan pintu menarik fokusnya, ia letakkan buku yang digenggamnya di atas rak kecil. Beranjak menuju pintu kayu bercat putih melihat siapa yang menggangu kegiatannya dihari libur ini.

"Apa?" Nadanya terdengar tak bersahabat menelusup masuk ke indra pendengaran.

Nadya hanya tersenyum masam di tempatnya, sepertinya Rachel masih marah padanya. "Zyan di bawah, nyariin lo."

Rachel mengangguk, ia kembali menutup pintu kamarnya membiarkan Nadya yang masih berdiri di balik sana. Suara ketukan pintu kembali terdengar membuat Rachel berdecak kesal, ia kembali membawa langkahnya ke pintu.

"Apa la—" ucapannya terpotong kala melihat sosok Zyan di hadapannya. Senyum manis terukir indah di wajah itu.

"Jalan-jalan yok! Siap-siap, gue udah izin ke bokap lo kok."

Rachel tersenyum lebar hingga menampakkan deretan giginya, mata besarnya menyipit saking lebarnya senyuman itu.

"Oke, tunggu sebentar!" Rachel menutup kembali pintu kamarnya. "ZYAN TUNGGUIN GUE, JANGAN DITINGGAL," teriaknya dari balik sana. Zyan hanya menggelengkan kepalanya sembari terkekeh kecil.

Lagu Fearless milik Taylor Swift mengalun merdu menemani perjalanan pagi mereka. Zyan sibuk menyetir sedangkan Rachel sibuk bercerita tentang apapun yang ia lihat. Mereka mampir di warung bubur ayam tepi jalan yang tampak ramai, berniat untuk mengisi perut yang belum sempat terisi.

Keduanya duduk di salah satu meja, menikmati semilir angin pagi. Cuaca sungguh cerah namun tak begitu terik. Obrolan ringan mengisi meja mereka, ponsel jarang mereka gunakan ketika sedang bersama, karena tak ada kata canggung antar keduanya.

Rachel mengedarkan pandangannya melihat sekitar, tiba-tiba sesuatu terlintas dipikirannya.

"Zy, udah lama banget nggak sih kita nggak jalan bertiga bareng Key?"

"Iya, terakhir kali pas dia ulang tahun."

"Gue ajak dia ya?" Rachel mengeluarkan ponselnya dari dalam tas selempang berwarna coklat susu yang ia sandang.

Zyan hanya bergumam, "Juan juga nggak sih?"

Sontak Rachel menggebrak meja di hadapannya, tak begitu kuat namun berhasil membuat Zyan terlonjak kaget. "Nah iya. Cepetan lo telepon," suruhnya.

Keduanya sibuk dengan panggilan telepon masing-masing. Empat mangkuk bubur ayam kini sudah berada di hadapan mereka, Rachel dan Zyan hanya tinggal menunggu kedatangan Juan dan Keyshia yang mungkin tak lama lagi segera datang.

INTERLOCKED;Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang