2. His Presence;

163 32 25
                                    

INTERLOCKED;

“Jangan merasa paling tersakiti, terkadang kamu juga menyakiti orang lain, namun tak menyadari.”

Rachel berlari menelusuri koridor sekolah yang berangsur sepi, bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa waktu lalu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rachel berlari menelusuri koridor sekolah yang berangsur sepi, bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa waktu lalu. Rachel nampak terburu-buru, ia hampir saja melupakan janji yang ia buat bersama Bian, untungnya Bian menelepon dirinya. Jika tidak, mungkin Rachel sudah terbaring nyaman di atas kasur empuknya sambil membaca novel.

"Duh, gue dimarahi nggak ya?" tanyanya pada diri sendiri, ada rasa sedikit panik dibenaknya.

Perlahan kaki Rachel mulai memasuki ruang perpustakaan yang tampak sepi. Terlihat seorang laki-laki duduk di kursi pojok ruangan dengan kedua mata tertutup, wajah tampannya kini tampak lebih tenang dan damai, serta bibir pucat yang selalu menghiasi paras indah lelaki itu.

Rachel mendudukkan dirinya di bangku kosong, berhadapan langsung dengan Bian, membuat sang empu membuka matanya perlahan.

"Dari mana aja, hm?" Bian membenarkan posisi duduknya, ia menatap lekat sepasang netra kelam perempuan yang berada di hadapannya.

Pertanyaan dari Bian sukses membuat Rachel tersenyum kaku. "Lupa," ujarnya merasa tak enak.

"Ini materi yang bakal dipelajari, Bu Lilis ada urusan, jadi nggak bisa belajar sekarang," jelasnya sambil mengeluarkan sebuah buku tebal dan beberapa kertas soal kepada Rachel.

"Oh oke, thanks ya."

"Lo pulang bareng gue aja, deh."

"Hah?" pertanyaan dari Rachel barusan membuat Bian membuang nafas gusar. Rachel mendengar ucapan Bian barusan, namun rasanya Bian perlu mengulang sekali lagi kalimat itu.

"Lo pulang bareng gue, gue antar sampai rumah."

Rachel hanya mengangguk sebagai jawaban, walaupun ia tidak mengerti. Entah otaknya yang lemot saat ini atau Rachel yang bodoh.

Manusia tidak peka seperti Rachel harus segera dimusnahkan dari muka bumi ini.

•••

Suara sepasang sepatu yang saling bersahutan mengisi keheningan koridor. Tak ada obrolan antara keduanya, mereka sibuk bergulat dengan pikiran masing-masing.

"Bi, lo tau rumah gue?" tanya Rachel dengan hati-hati, kepalanya menoleh menatap lekat wajah Bian.

"Tau, kita tetangga."

INTERLOCKED;Where stories live. Discover now