5. Rain With You;

97 30 13
                                    

INTERLOCKED;

"Laut itu sama seperti manusia, namun tidak dengan pikirannya yang birisik layaknya sapuan ombak dingin
dimalam hari."

Hembusan angin pagi menusuk indra permukaan kulit, kicauan burung dan dersik daun berjatuhan membelai tenang daun telinga

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Hembusan angin pagi menusuk indra permukaan kulit, kicauan burung dan dersik daun berjatuhan membelai tenang daun telinga. Koridor sekolah tampak sepi dan sunyi, bel baru saja berbunyi, seluruh siswa menuju kelas masing-masing.

Namun Rachel dan Bian berbeda tujuan dengan murid-murid lainnya, keduanya menuju laboratorium IPA untuk menemui Bu Lilis. Entah apa tujuan Bu Lilis untuk memulai pembelajaran di sana.

Bu Lilis menjelaskan beberapa materi, setelahnya ia memberikan kertas yang berisi puluhan soal untuk dikerjakan selama 30 menit. Rachel dan Bian sudah bergelut dengan pulpen dan kertas, mengahasilkan ribuan angka berjejer mengisi kekosongan kertas putih. Bu Lilis berlalu pergi setelah berpamitan karena ada sebuah urusan yang menunggu.

Tinggal lah Rachel dan Bian dalam keheningan yang mencekam di tiap sudut ruangan, suara gesekan pulpen menari di atas kertas menjadi teman keduanya.

Bian menatap jenuh lembaran soal-soal miliknya, kepalanya terasa pusing, rasanya sulit untuk berfikir jernih. Ia melipat kedua tangannya di atas meja, menelungkup kan kepalanya dengan posisi menghadap ke arah Rachel. Rasa kantuk menyerang dirinya, tak lama ia terlelap.

"Bi, kenapa nggak dilanjutin?" Rachel merasa tak ada pergerakan dari Bian sejak tadi, lantas ia mencoba untuk bertanya. Namun, yang ia lihat adalah Bian yang sudah tertidur pulas.

"Bi, kok malah tidur sih?"

Rachel berhenti sejenak dari kegiatannya, meletakkan pulpen yang ia genggam ke atas meja. Ia tepuk pelan pundak laki-laki itu, sesekali menggoyangkan nya.

"Izinin gue tidur sebentar, setelah itu bakal gue kerjain," lirihnya pelan. Matanya masih terpejam, mukanya kian memucat, keringat dingin mengucur membuat rambutnya lepek dan basah.

"Lo sakit? Gue antar ke UKS deh?"

"Nggak usah, gue cuma ngantuk."

Rachel mengangguk patuh, memaksa pun tak ada gunanya, Bian itu keras kepala. Ia kembali melanjutkan kegiatannya, mengerjakan soal-soal yang tersisa.

•••

Keadaan ramai serta ricuh mendominasi obrolan Rachel bersama ketiga temannya. Beberapa makanan berjejer rapi dengan wangi khas yang menggugah selera, obrolan serta candaan mengisi waktu istirahat mereka.

"Chel, masuk kelas nggak nanti?" tanya Clara. Tangannya sibuk menyuapkan bakso ke dalam mulutnya.

"Nggak kayaknya, gue bimbingan olim sampai pulang," jelas Rachel.

INTERLOCKED;Donde viven las historias. Descúbrelo ahora