Emosi Ayah Azka telah Memuncak.

169 98 72
                                    

Pagi hari Azka baru pulang kerumah dalam keadaan mabuk. Sampai - sampai keluarga Azka pun sudah tahu.

Kedua orang tuanya yang mengetahui itupun marah besar. Sang ayah hanya membatin dan mengucap istigfar berkali-kali.

"Astaghfirullah Azka, ayah capek nak jika terus - terusan begini kamunya." Batin sang ayah.

Sedangkan azka langsung masuk ke kamar. Merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Sang ayah yang melihat Azka merebahkan tubuhnya menahan emosi sedaritadi, rasanya ingin memukul Azka.

"BRAK!" Suara dobrakan pintu yang sangat keras dari sang ayah.

Sontak membuat Azka terbangun dengan mata melotot, melihat sang ayah tiba - tiba membanting pintu dengan sangat keras.

"Ayah kenapa sih?" Tanya Azka secara pelan - pelan.

"Mampus gue! Ayah emosi banget, aku tidak bisa bersembunyi lagi." Gumam Azka.

Azkara Dewara hanya bisa menelan ludahnya dengan sangat berat, dirinya pun berkeringat dingin.

Emosi sang Ayah kali ini memuncak datang dengan kondisi berlari menghampiri Azkara Dewara dan Ayah menonjok Azka beberapa kali, tanpa basa basi tangan sang Ayah sudah mengepal sedaritadi.

"BUGH!"

"BUGH!"

"BUGH!"

"AYAH CUKUP AYAH! AZKARA MERASA KESAKITAN INI!" Teriak Azkara Dewara.

Bunda yang berada di bawah, mendengar teriakan Azka sang putra bergegas menuju ke lantai 2 tempat kamar Azka.

Sesampainya di lantai atas, bunda terkejut melihat sang suami tersebut menonjok Azka sang putra.

"STOP IT! Ayah sudah cukup! Azka sudah babak belur begitu, nyawa dia sudah diujung tanduk! Lihatlah Ayah anak kamu Azka." Bunda mencoba untuk menyadarkan sang suami yang sedang emosi.

"Biarkan saja! Kalau perlu biarkan dia meninggal dunia! Aku sudah muak sama kelakuan anak kamu itu!" Ayah pun mengatakan hal yang tidak semestinya di ucapkan.

"Ayah! Jangan Ucapkan hal tersebut, ayo kita bawa ke rumah sakit ayah! Dia juga anak kita!" Bunda mengajak Ayah untuk mengantarkan Azka ke rumah sakit.

Akhirnya Azkara di bawah ke RS untuk mendapatkan perawatan yang intensif, atas perbuatan sang ayah.

"Lihatlah! Lihat Ayah! Apa yang Ayah perbuat selama ini, terhadap Azkara Dewara. Ayah sadarlah! Dia anak laki - laki yang Bunda inginkan dia lahir ke dunia ini, pada saat nenek meninggal siapa yang kuburkan sang nenek?" Kali ini bunda benar - benar emosi terhadap sang suami, yang makin hari makin gila dibuatnya.

Sang Ayah hanya mampu menatap sang istri dengan tatapan penuh kosong itu, disisinya ada sang istri yang terus mengkhawatirkan sang anak.

Najwa putri bungsunya pulang masih sore, sang adek tidak tahu jika abangnya masuk ke rumah sakit.

Disisi lain, Azka sedang terbaring lemah mendapatkan mimpi buruk. Azka sedang berada di ruangan sangat gelap tidak ada cahaya dan penerangan.

"Aku ada dimana ini? TOLONG! Aku tidak bisa keluar dari sini." Teriak Azka.

Tidak ada jawaban dari siapapun itu, tiba - tiba saja ada kemunculan ular putih besar yang dapat berbicara ular tersebut berbicara kepada Azka.

"Ngapain kau di sini? Belum saatnya kamu di sini, masa depan kamu masih panjang. Masih ada waktu untuk bertaubat, tempatmu bukan di sini!" Ucap sang ular putih besar tersebut.

***

Akhirnya, Azkara Dewara pun terbangun dari mimpi buruknya dan berteriak - teriak memanggil sang bunda.

Luka (Karenamu Aku Berubah) Where stories live. Discover now