84 - sabar kaizo, sabar.

1.2K 231 44
                                    

Sebenarnya, ada yang ingin Solar tanyakan. Banyak. Namun, sepertinya, jika ia tanyakan sekarang, reuni yang mengharukan ini bisa berubah menjadi situasi canggung yang penuh dengan pertanyaan yang tidak dapat dijawab.

Pertanyaan seperti

"kenapa kau sekarang terlihat begitu.. Ringkih?"

"Mengapa sepertinya nafasmu terdengar terlalu singkat? "

"Mengapa kau seakan menahan rasa sakit? "

kekhawatiran yang mungkin bisa menghangatkan hati penerimanya, namun Solar tahu betul, itu tidak berlaku untuk Taufan. Gengsi Taufan terlalu tinggi untuk menerima bahwa adik bungsunya ini menyadari betapa rusak kondisinya sekarang.

Solar yang baru melepas dekapannya dari tubuh Taufan kini kembali menatap sang kakak. "Ini benar-benar kau kan?" Tanyanya masih tak percaya. Manik silvernya menatap dalam manik safir sang kakak, ada rasa takut bahwa semua ini hanyalah ilusi belaka. Namun mata biru yang terlihat lelah itu, memiliki binarnya yang khas.

Jari ringkih itu menjewer telinga Solar dengan pelan, "aku tahu aku sudah tidak berwenang, tapi... Jangan panggil aku 'Kau'. " Ucap Taufan lembut.

Solar tersenyum, menyeka air matanya yang tidak ia sadari telah menitik dipipinya. Ia mengangguk. "Hm, Taufan, Kak Taufan, guru Taufan, Taufan-shisou, Taufan-sama, apapun yang kau ingin, aku akan memanggilmu seperti itu. " Ucap Solar dengan sungguu-sungguh.

Senyuman terlukis diwajah sang mentor, senyuman lembut yang sangat Solar rindukan. Solar menggenggam tangan sang kakak yang seperti tulang dibalut kulit itu, namun momen penuh haru itu harus terjeda sebentar saat Solar menyadari ekspresi subtle sang mentor yang seakan menahan rasa sakit itu.

Sebelum Solar sempat bertanya, si pemilik surai putih sudah duluan berbicara, ".. Teguk ini dan mari kembali. Kita sudah terlalu lama berada diluar. " Ucapnya pada Taufan.

".. Bolehkah aku ikut? " Tanya Solar ragu. Ia tahu betul bahwa keberadaan sang kakak adalah rahasia, buktinya, tidak ada yang tahu bahwa ia masih hidup selain Revan. Namun, ia tidak sudi untuk berpisah dari sang mentor setelah baru saja kembali bertemu.

Revan menatap partnernya, Taufan memberikan senyum yang dapat langsung ditangkap maknanya oleh sang sahabat.

Revan menghela nafas, mendekati Solar. Wajahnya dan wajah Solar hanya berjarak beberapa sentimeter. Sinar dari manik merahnya itu terpantul dimanik silver Solar. Ia mendekatkan bibirnya ke telinga solar, suaranya yang berat dan sedikit serak itu memberikan keatraktifan yang khas bagi pendengarnya. " Ini alamatnya, ingat, langsung bakar setelah kau membacanya. Aku hanya akan memperingatimu sekali, jangan ada yang tahu tentang hal ini sampai ada informasi lebih lanjut. Pastikan kau tak disadap. "

Solar terdiam, digenggamannya kini ada secarik kertas berisikan alamat. Ia membaca alamat yang tertulis didalamnya, setelah itu dengan kekuatan cahayanya, terbentuklah laser yang melenyapkan secarik kertas itu tanpa sisa.

Revan mengangguk, "kalau begitu, datanglah sendiri kapan saja. " Ucapnya, mengaktifkan kekuatannya sambil merangkul Taufan.

Taufan tersenyum menatap sang adik sambil melambaikan tangan. Tentulah yang ia maksud adalah "sampai jumpa lagi. " Namun, Solar sudah cukup trauma hingga ada rasa takut yang tak asing saat figur sang kakak menghilang bersama angin.

°•°•°•°

"Kapten, berikan aku misi. " Ucap Solar tanpa basa basi.

Kaizo mengerutkan alisnya, "sudah kubilang, Taufan tak akan suka jika kau selalu memaksakan dirimu seperti ini. Ini juga akan merugikan agensi dalam jangka panjang. "

BOBOIBOY - AGENT AU [IDN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang