Aku Terpesona

136 10 0
                                    

"apa kau ingin membunuh anak Jendral Zhang?!" Xiao Lie menuruni tangga bawah tanah sambil mengomel
Hao Lan menoleh

"tabib mengatakan lehernya pernah mengalami pendarahan beberapa hari lalu, sekarang dia mendapat luka baru dilehernya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"tabib mengatakan lehernya pernah mengalami pendarahan beberapa hari lalu, sekarang dia mendapat luka baru dilehernya. Aku tidak menduga kau sekejam itu" lanjut Xiao Lie

 Aku tidak menduga kau sekejam itu" lanjut Xiao Lie

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"tuan Xiao, anda salah paham. Pangeran kedua tidak pernah melukai nona Zhang sama sekali"
"lalu siapa yang melukainya? pelayan rumah ini? aku percaya mereka tidak akan berani, kecuali jika diperintah oleh tuannya"
"tuan Xiao anda adalah pria yang bijak, anda juga mengenal pangeran kedua dengan sangat baik. saya mohon jangan mengambil kesimpulan dengan hanya melihat satu sisi" Anliu mencegah dua pria dihadapannya berdebat lebih lanjut
"Anliu" ucap Hao Lan meminta Anliu diam
"kau mengakuinya? aku memang baru mengenal Nona Zhang, tapi aku yakin Nona Zhang tidak seperti ayahnya yang kejam. Apa kau tau nona Zhang selama ini hidup sangat sederhana?"
Xiao Lie duduk ia melanjutkan ucapannya, "dia ahli dalam membersihkan ikan, karena setiap dia ingin makan, dia harus mencari dan memasaknya sendiri. pelayan yang ada disekitarnya tidak melayaninya dengan baik" ucap Xiao Lie
"kau mengenalnya sejauh itu" ucap Hao Lan
"dia tidak sengaja menceritakan hal itu padaku, setelah sadar ia tidak harus mengatakan itu nona Zhang mengalihkan pembicaraan"
"Hao Lan, meskipun kau tidak menyukainya aku harap kau jangan melukai nona Zhang. Aku prihatin padanya" lanjut Xiao Lie
"apa kau pikir aku akan melukai seseorang tanpa alasan?"
"bukannya kau seperti itu? berapa ratus orang sudah kau tebas menggunakan pedangmu itu?" Xiao Lie menggunakan dagunya untuk menunjuk pedang milik Hao Lan
Hao Lan menghela nafas
"aku memiliki beberapa hal yang harus kau bicarakan dengan Li Dong" ucap Hao Lan
"kenapa tidak kau bicarakan dengannya sendiri?" tanya Xiao Lie
"dia tidak akan terbuka jika aku yang menanyakannya. kau adalah orang kepercayaannya"
"benar juga. kau ingin aku menanyakan apa?" Xiao Lie mengangguk angguk
"persoalan rencananya ke perbatasan timur. apakah dia akan menjalin kerjasama dengan pejabat Ruyi atau malah dia akan membunuh pejabat itu"
"kau benar aku harus bertanya tentang hal itu. jika pejabat Ruyi ditumpas akan muncul banyak pemberontakan dari pejabat dan pengusaha besar" ucap Xiao Lie
"lalu singgung mengenai negara Hui dan Sian, sejauh apa berita itu sampai di kekaisaran" lanjut Hao Lan
"baiklah, apa ada hal lain lagi?"
Hao Lan menggeleng
"diam berarti iya, baiklah aku akan bergegas ke istana lalu mengajak Putri mahkota untuk minum teh di malam hari. Anliu, kau bisa mengantarku ke istana? aku malas jika harus jalan kaki lagi" Xiao Lie berdiri, ia pergi menuju istana
"Pangeran saya izin pergi ke istana"
Hao Lan mengangguk

Setelah menyelesaikan urusannya dibawah tanah, Hao Lan menuju halaman kediamannya untuk menikmati teh dimalam hari dibawah sinar rembulan
tetapi seorang penjaga datang bersama dengan pria tua
Hao Lan meletakkan cangkirnya
"permisi pangeran, ada tabib yang akan memberikan obat pada putri Zhang" ucap penjaga
"salam pangeran, saya tabib yang memeriksa Putri Zhang tadi siang. Saya datang untuk memberikan obatnya" ucap tabib
"berikan pad-" ucapan Hao Lan terhenti
"ini sudah larut, jika tabib masuk itu akan mengganggu tidurnya"
"berikan padaku" ucap Hao Lan
"ini tuan, dioleskan tipis pada luka dan dilakukan sesering mungkin" ucap tabib sambil menyerahkan cawan kecil berisi salep
Hao Lan mengangguk, "berikan upah pada tabib" suruh Hao Lan pada penjaga kediamannya
"baik pangeran"
"terimakasih pangeran, saya pamit" ucap tabib itu

setelah tabib itu keluar dari gerbang kediamannya
Hao Lan mencoba salep itu pada permukaan kulitnya
"apakah ada racun didalamnya?" ucap Hao Lan saat mengoleskan obat itu di punggung tangannya

setelah beberapa saat, Hao Lan beranjak dari duduknya

"pangeran kedua" Abei menunduk memberikan salam saat bertemu Hao Lan didepan kamar Yuan Wei
Hao Lan menyembunyikan cawan obat didalam lengan bajunya
"nona sudah tidur sejak tadi" ucap Abei yang seolah paham maksud keberadaan Hao Lan
Hao Lan mengangguk
"saya permisi pangeran" Abei pergi dari ruangan itu

Hao Lan memasuki kamar

Hao Lan melihat istrinya tertidur pulas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hao Lan melihat istrinya tertidur pulas

"dia benar benar terluka, pipinya lebam dan lehernya terdapat bekas cengkraman"
"Zhang Xin.. kau benar benar kejam"
Hao Lan mendekat ia membuka cawan obat itu dan mengoleskannya lembut pada pipi Zhang Fei Fei
"apakah dia sering mendapatkan siksaan seperti ini?"
Hao Lan menyibakkan pelan rambut Zhang Fei Fei
"apakah kau semenderita itu? sehingga menikah denganku bisa kau anggap sebagai kebebasan?"
Hao Lan membuka sedikit kerah baju Zhang Fei Fei yang tidak terusik sama sekali dengan keberadaannya
"apakah ucapan Xiao Lie tadi benar?"

"tidak!! aku tidak bersalah! aku dijadikan kambing hitam oleh orang lain!! suamiku! percayalah padaku!" Zhang Fei Fei berteriak memohon dan menangis
"jangan bunuh aku! biarkan aku tetap hidup!! aku tidak bersalah!! anakku juga tidak bersalah!!" Zhang Fei Fei menangis sejadi jadinya
"kau sudah melakukan banyak sekali kesalahan! kau membunuh ibuku, kau membunuh Xiao Lie, kau meracuni kakakku dan kini kau berbohong padaku bahwa kau hamil?! Zhang Fei Fei aku tidak akan memaafkanmu!!"
"Tidak!!"
ayunan pedang tajam itu menebas leher Zhang Fei Fei
darah deras mengalir dari lehernya
matanya masih mengeluarkan air mata, tangannya memegang perutnya yang rata

Air mata Yuan Wei menetes dalam tidurnya
Hao Lan dengan pelan mengusapnya ia tidak tahu penderitaan apa yang dialami Zhang Fei Fei hingga dalam tidurnya pun wanita itu masih menangis
ia menatap rupa teduh dari perempuan melas itu

namun tiba tiba
Yuan Wei membuka matanya
"Yak!" Yuan Wei menyingkir segera. ia menjauhi Hao Lan yang duduk lekat didekatnya
"kenapa kau disini?!" tanya Yuan Wei sambil mengusap air matanya
Hao Lan berdiri dari duduknya, "obat dari tabib" ucapnya singkat
Yuan Wei melihat Hao Lan meletakkan obat di nakasnya
ia memegangi pipinya, ada krim yang menempel disana
"kau yang mengoleskan obatnya?"
Hao Lan diam
Yuan Wei merasa hal ini sangat tidak selaras dengan apa yang ditulis pada novel itu
"oleskan tipis dan sesering mungkin" Hao Lan langsung pergi dari ruangan itu meninggalkan Yuan Wei yang masih terkejut

"wah! ga bener nih, kemarin pas gue baca novelnya ga ada adegan romantis gini. seinget gue dia bakal nindas gue selama disini" gumam Yuan Wei
"apa jangan jangan dia suka sama gue? haduh jangan deh jangan gue pengen alurnya tetep kaya novel tapi endingnya gue tetep idup"
"tapi.. tadi mimpi gue agak beda, Zhang Fei Fei juga bunuh Xiao Lie dan dia juga ngaku hamil. Kenapa mimpi yang biasanya gue alami ini bisa berubah ya?"

"Huhff..." Hao Lan menghembuskan nafas panjangnya
ia mengambil secangkir teh hitamnya dan meneguknya langsung
"kenapa aku gugup sekali saat dia terbangun?"

The Battles Of Prince's LadyWhere stories live. Discover now