Rencana Besar

84 11 0
                                    

"menyingkirkan menteri Yao dan jendral Zhang mungkin sedikit sulit. Mereka adalah tokoh parlemen kiri. aku takut jika nanti tindakan seperti ini bisa memicu konflik antara kaisar dan parlemen kiri" ucap Xiao Lie
"lebih baik kita lakukan rencana setelah festival berburu" ucap Hao Lan
"benar, jika sekarang terlalu terburu buru. aku akan mengurus menteri Yao, dia akan curiga jika kalian yang berurusan dengannya" ucap Li Dong
Xiao Lie mengangguk sedangkan Hao Lan diam menatap gelas teh yang ada di hadapannya

"Nak, kemarilah ayah sudah meminta Abei untuk menyiapkan makanan kesukaanmu. aku baru tahu kalau kau suka tanghulu" ucap jendral Zhang
Yuan Wei duduk disamping jendral Zhang, "w-wah.. ini banyak banget" ucapnya melihat banyaknya makanan yang ada dihadapannya
"aku ingin kau kembali menikmati hangatnya keluarga, maafkan ayah karena selama ini sudah kasar padamu" ucap jendral Zhang
Yuan Wei mengangguk dua kali, "yang sudah terjadi biarlah, aku mengerti alasanmu melakukannya"
Jendral Zhang menghela nafas, "ayah akan menjagamu dari segala hal yang membuatmu celaka. Fei Ran juga harusnya tidak akan mendapat tugas kasar seperti ini jika aku tidak mengikuti kata ibu ratu terdahulu" sesalnya
"Fei Ran berkorban banyam demi keamanan negara. Dia harusnya diberikan penghargaan bukan malah dikirim lagi ke daerah yang berbahaya" ucap Yuan Wei
"setelah ini aku akan berbicara dengan kaisar Li agar dia menarik Fei Ran untuk kembali ke kediaman" ucap jendral Zhang
Yuan Wei mengangguk, "Zhang Fei Ran ayahmu sudah kembali seperti dulu, ia kembali menyayangi anak anaknya"
"hari ini ulang tahun mu, ayah menyiapkan baju dan beberapa perhiasan baru untukmu" ucap jendral Zhang
"oh ya, pertengahan akhir musim gugur adalah hari ulang tahun Zhang Fei Fei, ternyata dia adalah ayah yang inget detail anaknya kaya ini. gue jadi keinget ayah"
"terimakasih" Yuan Wei tersenyum
"ayah harap kau menyukainya dan selalu memakainya"
Yuan Wei mengangguk
"kalo hubungan baik anak dan ayah ini bisa sampe akhir nanti apa gue terlalu serakah kalo gue pengen disini selamanya?"

"sialan! anak jendral Zhang itu benar benar beringas. Dia bukan manusia biasa. tujuh orang pembunuh bisa ia atasi, jika seperti ini kita harus membuat pasukan khusus yang bisa menumpasnya" ucap raja Hui
"aku sudah tau akan terjadi hal seperti ini. Kemampuan bertarungnya setara dengan anak kedua Li, dua orang itu jika bersatu untuk membawa pasukan aku yakin mereka bisa membuat pasukan kita kalah" ucap ibu ratu terdahulu
"kita harus memecahkan mereka"
"tenang saja, hubungan antara Hao Lan dan Zhang Fei Ran sudah tidak baik baik saja. aku bisa memancing mereka agar menjadi jauh, bahkan bermusuhan"

"pangeran mahkota, tuan muda Zhang tiba dengan terluka parah" ucap salah seorang penjaga
Li Dong langsung beranjak, ia terburu buru menemui Zhang Fei Ran

ia melihat Zhang Fei Ran terduduk di depan pintu kediamannya
"tuan Zhang" panggil Li Dong pelan
"kalian panggilkan tabib kepercayaanku! cepat!" perintah Li Dong pada penjaga
Li Dong membantu Zhang Fei Ran berdiri dan berjalan masuk ke kediamannya

"kau tidak memberitahuku jika ibu ratu terdahulu bida senekat ini" ucap Zhang Fei Ran saat Li Dong membantunya berdiri
"maafkan aku" ucap Li Dong

Jendral Zhang pergi ke kekaisaran untuk menghadap pada kaisarsementra itu Yuan Wei di kediaman ia mencari hal yang diminta oleh Zhang Fei Ran"dimana dia menyimpan kertas kertas itu?" gumam Yuan Wei yang mondar mandir didalam kamar Zhang Xin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jendral Zhang pergi ke kekaisaran untuk menghadap pada kaisar
sementra itu Yuan Wei di kediaman ia mencari hal yang diminta oleh Zhang Fei Ran
"dimana dia menyimpan kertas kertas itu?" gumam Yuan Wei yang mondar mandir didalam kamar Zhang Xin

"ah jangan jangan di laci itu" Yuan Wei membuka sebuah laci yang ada dipojok ruangan "banyak banget surat suratnya, masa iya gue baca satu satu?" Yuan Wei mau tidak mau membaca semua surat yang ada didalam laci itu demi menemukan bukti bahwa ratu ...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"ah jangan jangan di laci itu" Yuan Wei membuka sebuah laci yang ada dipojok ruangan
"banyak banget surat suratnya, masa iya gue baca satu satu?"
Yuan Wei mau tidak mau membaca semua surat yang ada didalam laci itu demi menemukan bukti bahwa ratu terdahulu mengancam jendral Zhang agar setia padanya
"ternyata ibu ratu terdahulu sekejam ini, dia tega nipu orang yang bener bener punya harapan" batin Yuan Wei saat membaca surat yang berasal dari istri jendral Zhang yang dipalsukan oleh ibu ratu terdahulu
"yah akhirnyaa, Fei Ran benar ibu ratu terdahulu mengancam ayah agar setia padanya supaya pengobatan ibu tidak dihentikan"

"nona ada pangeran kedua didepan" ucap Abei
"Hao Lan?"
"ngapain dia kesini?"
Yuan Wei berjalan menemui Hao Lan
"ada apa Hao Lan?" tanya Yuan Wei
Hao Lan berdiri
"aku datang membawakanmu hadiah" ucapnya tersenyum

"buset tertampar visual, Hao Lan cakep banget gila"Yuan Wei menatap Hao Lan tanpa berkedip"Kau tak apa?" tanya Hao Lan membuyarkan lamunan Yuan Wei"e-eoh apa yang kau bawa itu?" Yuan Wei mengalihkan pembicaraan"ini, mungkin sederhana tapi aku rasa...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"buset tertampar visual, Hao Lan cakep banget gila"
Yuan Wei menatap Hao Lan tanpa berkedip
"Kau tak apa?" tanya Hao Lan membuyarkan lamunan Yuan Wei
"e-eoh apa yang kau bawa itu?" Yuan Wei mengalihkan pembicaraan
"ini, mungkin sederhana tapi aku rasa barang ini menggambarkan dirimu" ucap Hao Lan lembut
Yuan Wei menerima pemberian Hao Lan, "aku boleh membukanya?" tanya Yuan Wei
Hao Lan mengangguk
"kantung wewangian dan hiasan rambut"
"maaf jika kau tidak menyukainya aku akan mencari hadiah lain yang kau --" ucapan Hao Lan terpotong
"tidak, aku suka hal hal seperti ini. terimakasih" Yuan Wei memotong ucapan Hao Lan
Hao Lan tersenyum melihat Yuan Wei menyukai barang yang ia berikan
"hmm, wanginya lembut. aroma apa ini?"
"dominasi mawar yang baru mekar" ucap Hao Lan
"sepertinya aku mulai menyukai aroma aroma seperti ini" ucapnya sembari mengikat kantung wewangian itu disaku bajunya
"aku akan mencoba memasangkan pitanya" Hao Lan memasang sebuah hiasan kepala pada Yuan Wei

"sudah?" tanya Yuan Wei
Hao Lan mengangguk
"terimakasih, aku menyukai hadiah mu ini"
Hao Lan tersenyum tulus
"plis gue bisa lemes kalo dia terus senyum kaya gitu, ganteng banget"
"oh ayo masuk, aku sampai lupa tidak mempersilahkan dirimu dan Anliu untuk masuk kedalam" ucap Yuan Wei
Hao Lan mengangguk, ia mengikuti langkah Yuan Wei masuk kedalam kediaman
"Abei, siapkan minuman dan makanan untuk pangeran kedua" minta Yuan Wei
"baik, nona"
"apa tidak ada orang lain disini?" tanya Hao Lan
"kau tidak melihat puluhan pelayan yang mondar mandir itu?" tunjuk Yuan Wei
"bukan.. maksudku jendral Zhang"
"ohh, dia sedang keluar entah kemana sepertinya dia sedang membeli sesuatu" bohong Yuan Wei
"mana mungkin aku mengatakan bahwa jendral Zhang sedang ke istana untuk menarik mundur Zhang Fei Ran dari jajaran ksatria Li"

suasana menjadi hening, sedikit canggung disini
"huhff gue kudu buka topik pembicaraan apa lagi? kenapa dia ga mau ngomong duluan sih? inisiatif ngajak ngobrol duluan kek, apa kek?"
Hao Lan menyeduh teh dihadapannya
"apa kau akan datang di festival berburu?" ucapnya membuka pembicaraan
"akhirnya"
"iya, semoga saja Zhang Fei Ran sudah kembali sehingga nanti aku bisa datang bersamanya"
"baiklah jika begitu"
"oh, aku baru ingat" ucap Yuan Wei
"Abei, ambilkan kotak kayu yang ada dikamarku. kemarin aku meminta seseorang mengambilnya dari toko" minta Yuan Wei
Abei menuruti, ia datang dari kamar membawa sebuah kotak kayu yang panjang
"aku tau sebelum festival berburu diadakan, setiap ksatria yang ikut berburu akan mendapatkan sebuah hadiah" ucap Yuan Wei sambil menerima kotak kayu dari Abei
"ah, ini untukmu" ucapnya memberikan kotak kayu itu pada Hao Lan
"untukku?"
"iya lah, untuk siapa lagi?"
Hao Lan tersenyum melihat kotak kayu ditangannya itu

The Battles Of Prince's LadyWhere stories live. Discover now