2. The Proposal

110 12 14
                                    

Cheer
They been waiting for me
What the fuck? (The fuck?)
You're a dead man, you better rid of that gat
You gonna run game, it don't ever run you, uh
Now let's get real quiet
🎶When I R.I.P🎶

—————————————————————

P.S.
Play it at using HEADPHONE/TWS for a better experience.

💜💜💜

Wajah Samara memelas, tapi dia berusaha menenangkan Shawn. "Kak, bukan...."

"Brengsek!" maki Shawn sambil menendang tong sampah di dekatnya. Wajahnya memerah dan tangannya mengepal. "Di mana dia? Biar gue temuin!"

Samara cepat-cepat menggeleng dan menatap Shawn cemas. "Jangan, Kak, please. Sammy ikhlas, kok, Kak, asalkan mama bisa cepat sembuh."

​"Dia nggak sakit, Sam! Lo kenapa, sih, susah banget ngerti?!" sergah Shawn marah. "500 juta? Mana ada rehab semahal itu! Trus, lo pikir dari mana dia dapat duit buat lunasin? Nggak mungkin dia bisa kumpulin duit sebanyak itu! Lo tau apa artinya dia lakuin ini?" tanyanya tajam. "Biar dia nggak perlu mikirin lo lagi seumur hidupnya," katanya. "Karena apa? Karena dia nggak sayang sama kita, makanya dia mau kita jauh dari hidupnya!"

Air mata Samara akhirnya tumpah. Dia berusaha menahan, tapi dia tidak sanggup. Memori dan semua ucapan itu masih tergambar jelas di benaknya, membuatnya terluka setiap kali mengingat semua itu. Luka itulah yang berusaha ditutupinya dengan mengerjakan apa pun yang diperintahkan ibunya hanya demi mendapat ganti dari rasa sakitnya selama ini.

"Kalau gitu, berarti mama cuma nggak sayang sama Sammy, Kak," kata Samara lirih.

​Shawn menghela napas. "Maksud lo apa?"

Samara menatap Shawn dengan mata basah. "Karena mama bahkan nggak pernah tanya apa Sammy udah makan, padahal kami tinggal bareng, sementara Mama nggak pernah lupa nanyain kabar Kakak tiap hari ke Sammy, minta Sammy nanya ke Kakak apa Kakak udah makan atau belum. Bahkan saat dalam pengaruh obat-obatan, cuma nama Kakak yang mama ucapin. Nggak pernah nama Sammy, padahal Sammy yang ada di sampingnya."

Shawn tercekat. Sial. Bukankah Shawn sudah tahu? Lantas, dia harus bertanya demi membuat Samara mendeklarasikannya yang hanya akan membuat Samara semakin terluka?

Melihat Samara terisak, hati Shawn pun melunak dan sebagai gantinya, Shawn menarik Samara ke dalam pelukannya, membiarkan Samara menumpahkan tangis di dadanya meskipun dia merasa ibunya tak pantas ditangisi.

"Maaf, Sammy, gue nggak maksud."

Samara mengangkat wajahnya yang basah oleh air mata. "Kak, kalau Kakak emang udah nggak peduli lagi sama mama, Sammy nggak bisa bilang apa-apa. Tapi, tolong, biarin Sammy yang peduliin mama. Sammy sayang banget sama mama, Kak," kata Samara sedih.

Shawn menarik napas panjang, lalu membuangnya pelan. Dia melepaskan Samara, tapi hanya demi menghapus air mata di wajah adiknya itu. "500 juta," kata Shawn pelan.

Shawn memandangi wajah sedih Samara yang masih terlihat imut, bahkan saat menangis. Adiknya ini masih terlalu kecil untuk dibebankan masalah seberat ini.

Dia terlalu manis untuk dirusak semudah itu. Meskipun mungkin saat ini Samara telah rusak, Shawn punya kewajiban untuk menjaga agar kerusakannya tidak semakin parah.

"Lo tinggalin kerjaan kotor ini sekarang dan mereka dapetin uang itu dalam minggu ini."

Samara berhenti menangis dan menatap Shawn bingung. "Maksudnya gimana, Kak?"

Bad InfluenceWhere stories live. Discover now