Old Version - Start The Mission

1.5K 258 2.3K
                                    

REPUBLISH karena baru dengerin soundtrack buat Bad Influence yang bikin mendadak kangen Shawn-Shello.
I miss you, SHAE!
Here's for you all who miss Shawn a much as I do.

Jocelyn memandang Shawn terpana. Tadinya, dipikirnya Shawn akan menghakiminya atau memprotes niat Jocelyn setelah mendengar Jocelyn memaparkan maksudnya. Ethan saja sampai saat ini masih berusaha menentang niat Jocelyn itu. Tapi, Shawn... dari semua orang... cowok itu justru menerimanya saja tanpa memandang Jocelyn jelek? Wah, ternyata Jocelyn tidak salah pilih. Seketika itu juga Jocelyn tiba-tiba yakin Shawn bisa diandalkan.

​"Well, pertama-tama, ubah dulu cara bicara jalanan kamu dari kata-kata kasar menjadi kata-kata sopan dan lemah lembut. Satya nggak pernah pakai kata-kata seperti 'fuck', 'hell', 'damn', 'shit', dan sebagainya," ujar Jocelyn membuat Shawn mengangkat sebelah alisnya. Ah, wanita di depan Shawn ini ternyata cukup cepat mempelajari Shawn. "Satya berpendidikan, punya manners, dan berkelas. Dibandingkan kebut-kebutan di jalan seperti yang kamu lakukan...." Jocelyn diam sesaat ketika melihat ekspresi Shawn berubah bingung. Jocelyn pun tersenyum menang ketika berkata, "Tante melakukan background check tentang kamu. Itu kenapa Tante bisa bikin kamu terlihat seperti membunuh dalam kecelakaan itu," kata Jocelyn menjawab pertanyaan di kepala Shawn.

​Shawn mendengus. Wanita ini memang ular.

​"Satya lebih seperti cowok yang berkencan dengan romantis, kencan bioskop, belajar bareng di perpustakaan, nonton seminar bisnis dan kedokteran bareng pacar," tutur Jocelyn dan ketika melihat Shawn meringis, Jocelyn tertawa ketika berkata, "I know that look!" Lalu, Jocelyn mengangkat bahu. "Tapi, mereka memang sama-sama kutu buku. Mau gimana, dong?" ujarnya. "Mereka juga ke pantai, kok, kalau emang lagi butuh hiburan. Sesekali mereka juga ke perusahaan, ngawasin rumah sakit keluarga kami yang nantinya akan dipimpin Satya..."

​"Dan semua pekerja di sana pasti kenal Satya," sela Shawn.

​"Karena itu, kamu nggak perlu berlama-lama di sana. Udah nggak perlu lagi karena sekarang Tante harus siapkan kamu untuk kerja di perusahaan, bukan di rumah sakit lagi karena kamu pun bukan dokter. Lebih baik dari Satya dalam hal ini. Jadi, nggak usah pusingin soal rumah sakit," kata Jocelyn yang sedikitnya bisa membuat Shawn menghembuskan napas lega. "Pokoknya, jadilah perfeksionis. Begitulah Satya bisa membuat Shello mencintainya karena Shello pun merupakan orang yang perfeksionis."

​"Shello bisa cinta sama orang semembosankan itu?" tanya Shawn skeptis.

​Jocelyn mendelik tak percaya. "Membosankan? Itu namanya cowok berkelas! Satya itu tamatan Harvard, universitas terbaik di dunia. Bukan sembarang cowok kayak kamu!" ketus Jocelyn kesal. Tapi, Shawn tampak tak peduli. Dia asyik saja mengunyah french fries-nya. "Intinya, kamu lakukan apa saja yang diperlukan untuk bikin Shello mencintai kamu," kata Jocelyn lagi dan ketika dia teringat sesuatu, Jocelyn cepat-cepat menambahkan, "Kecuali satu."

​"What's that?"

​"Don't touch her. And you know what I mean by touch," kata Jocelyn penuh penekanan. Dan perasaan Jocelyn pun langsung tak enak begitu melihat Shawn mengangkat wajahnya dan menggariskan senyum miring bak perombak dengan mata yang memandang Jocelyn dengan sedikit menyipit. Tiba-tiba saja Jocelyn jadi cemas melihat senyuman Shawn itu, tapi Jocelyn tak mau menunjukkan kecemasannya pada Shawn karena tak ingin Shawn mengira dia bisa mengendalikan Jocelyn. Bisa-bisa Shawn justru memakai ketakutan Jocelyn ini dengan berbuat apa yang dilarang Jocelyn demi mengancam Jocelyn. Kenapa tidak? Jocelyn yakin cowok seperti Shawn bisa melakukannya.

​"Tante bilang begitu juga sama Satya?" tanya Shawn di tengah-tengah ukiran senyumnya.

​"Enggaklah! Tante kenal Satya dan percaya sama Satya. Tante juga bisa lihat bagaimana kepribadian Satya, sementara kamu..."

Bad InfluenceWhere stories live. Discover now