5. The Deal

88 12 8
                                    

Komennya ramein biar UP lagi, k?

💜💜💜

Pertama kali Jocelyn mendengar Shawn bicara, suaranya terdengar dalam dan agak serak. Nadanya datar. Tapi, bukan itu yang mengganggu Jocelyn, melainkan ekspresi Shawn. Wajahnya masih dingin dan matanya tak teralih sedetik pun dari Jocelyn.

Kalau saja bukan karena Jocelyn butuh, Jocelyn pasti malas berurusan dengan cowok ini. Shawn bahkan tahan tak bergerak hanya untuk terus menatap Jocelyn tajam. Jocelyn tak menduga cowok seperti ini yang akan Jocelyn hadapi karena ketika tidur, Shawn justru terlihat polos dan tak seseram ini.

"Kenapa Anda biayain pengobatan saya?" tanya Shawn lagi. "Apa kita saling kenal?"

​Jocelyn mengangkat alisnya, tak percaya Shawn ini benar-benar angkuh. "Excuse me?!" kata Jocelyn dengan nada tersinggung yang membuat Arga cepat-cepat menegur Shawn.

​Shawn mengabaikan Arga. "Sorry, tapi saya nggak ngerasa pernah kenal Anda sebelumnya dan juga nggak ngerasa pernah berbuat apa pun yang bikin saya pantas nerima kebaikan cuma-cuma," tutur Shawn datar. "Dan saya tau... nothing's free in this world. So...."

Sementara Arga dan May sudah bersamaan menyerukan "Shawn!" sebagai aksi protes atas ketidaksopanan Shawn, Jocelyn justru terkesan. Shawn ternyata bisa bicara dengan gaya kalangan atas. Itu petunjuk yang membuat Jocelyn lebih yakin rencananya bisa berhasil.

Jocelyn tersenyum puas Shawn blak-blakan. Dia tak perlu bermanis-manis lagi. "Clever boy," pujinya, lalu maju lebih dekat pada Shawn. "Saya Jocelyn Andrea. Pihak keluarga dari dua korban yang mobilnya kamu tabrak dan menyebabkan salah satunya kehilangan nyawa."

Arga dan May sontak tercengang, sementara Shawn... tersentak. Cukup lama Shawn berusaha mengendalikan emosi yang membuatnya bergeming sebelum akhirnya dia membuka suara lagi. Kali ini, suaranya terdengar lebih halus meskipun wajahnya masih terlihat tegang. "It was an accident. Nggak ada yang mau begitu, tapi kalo udah na'as..."

"Kita bisa meminimalisir kecelakaan di jalan dengan menyetir tetap pada jalur kita daripada mencuri jalur orang lain dengan ugal-ugalan yang menyebabkan pihak yang mengendarai kendaraannya sesuai aturan harus kena getahnya dan... meninggal di tempat."

​Perkataan Jocelyn itu sungguh terdengar seperti pidato yang sudah dilatih berhari-hari sebelumnya. Shawn terkejut, tentu saja. Tapi, dia tak punya apa pun untuk dikatakan. Jadinya justru May yang maju dan berkata dengan nada kesal, "Bu, jangan asal nuduh gitu, dong!"

"Asal nuduh? Saya sudah lihat langsung bukti dari rekaman CCTV mobil korban."

"Dibandingkan bilang ibu saya asal tuduh, lebih baik kalian jangan cari pembenaran. Kami yang berdukacita. Sedikit belasungkawa lebih pantas untuk diungkapkan," tegas Ethan.

"Caramu menyetir telah membunuh pasangan keponakan saya," kata Jocelyn tajam dan melihat Shawn memalingkan wajah untuk pertama kalinya, Jocelyn tersenyum dalam hati.

Selang beberapa detik, Shawn membuka suara lagi, "Maaf."

Melihat ekspresi getir di wajah Shawn, Jocelyn terkesan. Shawn bisa juga menyesal rupanya.

"Saya tau maaf nggak cukup, tapi saya pikir untuk minimalisir dukacita Anda, bukannya seharusnya Anda minta saya tanggung jawab aja? Kenapa malah biayain pengobatan saya?" tanya Shawn.

"Tentu kalau saya tau kamu bukan Satya. Tapi, pihak rumah sakit bikin kesalahan yang saya yakin pasti sudah dijelaskan kedua kerabat kamu ini karena mereka telah menguburkan Satya, bukan?" kata Jocelyn.

Bad InfluenceWhere stories live. Discover now