Old Version - Suite Life

1.3K 242 2.3K
                                    

​"You need to get me that diary," kata Shawn ketika hari itu dia mengajak Jocelyn bertemu untuk membahas hal ini. Dia harap Jocelyn akan sama cemasnya dengannya, tapi Jocelyn malah terlihat santai saja sambil menyesap minumannya.

​"It's just a diary, Satya," katanya ringan.

​Shawn nyaris melongo. "Tante, itu bisa ngerusak segalanya. The girl is losing her memory, but not her brain. Dia nggak bego. Dia bahkan bisa bikin aku mati langkah perkara aku pakai sendok yang salah buat salad doang. The fucking spoon!" sahut Shawn merasa bodoh. Tapi, alih-alih cemas, Jocelyn justru tertawa mengejek membuat Shawn menatapnya jengkel. "Gue orang miskin. Who give a fuck about having a different spoon for food when I can't even buy a spoon!"

​Jocelyn menghentikan tawanya untuk menghargai Shawn. Sebagai gantinya, dia berkata, "Well, itu harusnya udah kamu pelajari saat mutusin buat jadi tunangan konglomerat, kan?"

​"Bahkan kalau aku punya hubungan serius sama konglomerat itu, belum tentu aku mau pelajarin gaya hidup dia kalau aku nggak secinta itu sama dia, apalagi ini cuma fake fiancée. Aku nggak bakal buang-buang usahaku," sahut Shawn sinis.

​"Bahkan demi menghasilkan 1 milyar?" tanya Jocelyn skeptis yang ternyata berhasil membuat Shawn terdiam. "Tante udah bilang, do as smooth as possible if you want that money and keep it low profile karena serius aja, ya, Sat, Tante nggak akan kasih kamu apa pun selain mastiin kamu masuk penjara kalau ini sampai kebongkar. Jadi, mau bikin ini smooth, ya, jelaslah kamu harus belajar," kata Jocelyn. "Bahkan untuk hasilin drift se-smooth yang biasa kamu lakuin saat balapan, still took you years to learn, right? Dan itu untuk uang berapa? 10 juta juga kadang nggak sampai, kan?"

​Shawn terperangah. "Dari mana Tante tau itu?"

​"I did a background check not only about your life, but also about your routines," kata Jocelyn membuat Shawn sontak menatap Jocelyn kesal. Lancang sekali wanita sialan ini. Sayang, Shawn tak bisa mengungkapnya di depan Jocelyn. "Well, kamu nggak berpikir Tante akan biarin kamu dekat Shello tanpa tau apa pun tentang kamu, kan?"

​Shawn berdecak. "Kapan Tante lakuin itu?"

​"Hari dimana Tante mutusin kamu buat join sama Tante."

​Shawn diam sesaat. Pikirannya melayang ke sesuatu yang membuatnya bertanya pada Jocelyn, "Jadi, Tante tau tentang..."

​"Uang 500 juta yang kamu butuhkan?" tanya Jocelyn tenang.

​Shawn mengumpat dalam hatinya. Apa wanita ini bisa baca pikirannya?

​"Tentu aja. Untuk adikmu, kan?" kata Jocelyn.

"Jadi, jangan pikir kamu bisa kabur atau khianatin Tante, ya. I'll find you, anywhere, anyway. Jadi, lakukan sebaik mungkin seperti yang kamu lakukan dengan permainanmu di jalanan. Jadilah selembut itu dengan Shello karena mau kamu suka atau tidak, dia tunanganmu sekarang."

​Shawn menyandarkan tubuhnya di sofa dan melipat kedua tangannya di dada sambil tersenyum badung. "Well, kalau Tante udah baca background-ku, kupikir sedikitnya Tante tau, dong, tentang kepribadianku," kata Shawn santai.

​"Ah, hot temper dan tukang berantem," jawab Jocelyn cepat. "Satu lagi. Kamu nggak boleh tunjukin tempramental kamu di depan Shello. It's not low profile."

​Shawn mengangkat sebelah alisnya. "Oh, not that one," katanya Shawn tenang. Ketika melihat Jocelyn mengernyit, Shawn melanjutkan, "Tentang yang aku pembangkang dan nggak bisa diperintah."

​Jocelyn terdiam membisu.

​Shawn tersenyum kecil, lalu memajukan tubuhnya sedikit untuk meletakkan kedua tangannya di atas meja. Dia menatap Jocelyn dengan matanya yang menggelap. "Itu kenapa aku independen dan kerja freelance. Karna enggak bahkan atasanku, aku biarin sembarang ngomong sama aku, bahkan untuk uang sekalipun," kata Shawn tajam. Lalu, Shawn pun menegakkan tubuhnya kembali dan seketika melunturkan ekspresi kerasnya untuk berkata, "So, let's do this as easy as possible for the both of us. Jangan tekan gue karena... I'm well aware, you need me too." Shawn lalu merilekskan tubuhnya sambil minum.

Bad InfluenceOnde histórias criam vida. Descubra agora