Old Version - Jocelyn

2K 330 2.9K
                                    

Amnesia?! Rasanya seperti mimpi. Jocelyn bahkan bisa merasakan bulu kuduknya meremang begitu mendengar dokter mengatakannya. Seminggu yang lalu, Shello masih baik-baik saja. Jocelyn bahkan dengan senang hati melepaskan kepergian Shello ke puncak bersama Satya, sudah tahu bahwa Satya akan melamarnya di puncak dan Shello akan kembali dengan cincin tunangan. Dan ya, Shello memang kembali dengan cincin di jari manisnya, tapi tidak dengan memori di kepalanya.

Shello terjaga tanpa memori. Dia tidak mengenali Jocelyn, satu-satunya tantenya yang menjaganya selama di Indonesia. Dia tidak mengenali Ethan, sepupunya alias putra Jocelyn yang bersama-sama dengan Jocelyn menjaga Shello semasa koma. Dan seolah itu belum cukup buruk, Shello bahkan terlihat ketakutan pada Jocelyn dan Ethan. Hal yang terus-terusan diucapkan Shello hanya dua. Cincin dan Satya. Yang artinya, hanya hal itu yang bisa diingatkannya.

Setengah kesadaran Jocelyn melayang ke segala persiapan, rencana, dan kini... perubahan rencana? Oh, Jocelyn tak sanggup membayangkannya. Terlalu tidak sanggup sampai dia bahkan tak kuat mendengarkan semua penjelasan detail sang dokter tentang keadaan Shello. Dia hanya menangkap intinya, seperti amnesia yang dialami Shello adalah akibat cedera di otaknya ketika kecelakaan. Dalam kasus Shello, dia kehilangan sebagian memori jangka panjangnya. Hanya sedikit yang saat ini berhasil diingatnya. Hanya tentang dirinya, cincin peninggalan ibunya, dan... Satya. Dia bahkan tak ingat ayahnya, bagaimana rupanya, di mana ayahnya, juga apa yang terjadi antara dirinya dan ayahnya. Jocelyn pun tak bisa memaksa Shello mengingat karena hal itu hanya akan memaksa otak Shello untuk bekerja lebih keras dimana saat ini, Shello bahkan tak boleh berpikir keras. Semakin dia memaksa untuk mengingat, semakin dia akan merasakan nyeri yang luar biasa di kepalanya. Otak Shello pun harus dibuat cukup rileks selama masa pemulihan. Stress jelas bisa berakibat fatal pada keadaannya. Dokter bahkan meminta Jocelyn untuk tak membicarakan perihal kecelakaan yang dialami Shello karena curiga itu bisa menyebabkan trauma mendalam yang menjadi salah satu faktor amnesia yang dialami Shello. Satu-satunya yang mereka bisa lakukan sekarang hanyalah menjalankan terapi dan mendekatkan Shello pada apa saja yang diingatnya dan orang yang diingatnya, berharap hal-hal itu bisa membantu Shello mengembalikan ingatannya dengan sendirinya.

Jocelyn sudah memberitahu kabar terbaru tentang keadaan Shello pada ayahnya yang berada di Inggris meskipun Jocelyn tak berharap Fandy akan pulang ke Indonesia. Dan memang benar. Bahkan setelah tahu putrinya amnesia, Fandy masih menitipkannya pada Jocelyn selagi dia mencari waktu untuk bisa kembali ke Jakarta karena usahanya sedang tak bisa ditinggal. Omong kosong! Fandy tak pernah seperti itu sebelumnya. Dia selalu peduli dan memprioritaskan Shello, bahkan kadang berlebihan. Mengabaikan keadaan putri semata wayangnya yang tengah amnesia saat ini, itu jelas pengaruh istri mudanya.

​Semua beban ini benar-benar membuat Jocelyn uring-uringan. Jocelyn sering kali jadi melamun. Ethan sampai harus turun tangan demi meringankan beban ibunya dengan membantu apa yang perlu dibantu, seperti mengurus bagian pengobatan Satya mengingat Satya hidup sebatang kara dan di Indonesia, hanya Shello, Jocelyn, dan Ethan-lah keluarganya. Sementara itu, Jocelyn mencurahkan seluruh waktunya untuk Shello hingga tak sempat mengunjungi Satya. Well, bukannya Satya bisa dikunjungi juga. Dari dokter, Ethan tahu bahwa Satya sedang dalam masa koma pasca operasi. Dan karena Satya tak bisa dijenguk dan harus dirawat total oleh suster, Ethan hanya bisa membantu di bagian administrasi dan segala berkas yang butuh untuk ditandatangani oleh pihak keluarga Satya.

​Ethan baru saja selesai bicara dengan dokter dan ketika melihat ibunya berjalan di koridor, Ethan pun menghampirinya. Ethan langsung menyampaikan segala perkembangan tentang Satya, tapi Jocelyn bahkan tampak terlalu lelah untuk mendengarkan. Pikiran Jocelyn melayang jauh entah ke mana dan baru kembali ketika tanpa sengaja, dia mendengar suara tangis keras yang berasal dari dekat ruang dokter. Jocelyn mengalihkan pandangannya pada sepasang lelaki dan perempuan yang dari pakaiannya, terlihat seperti anak punk dari jalanan. Rambut yang diwarnai, pierching di berbagai bagian tubuhnya, tato... Jocelyn nyaris mendesis jijik melihat penampilan berandalan mereka. Tapi, suara tangis histeris gadis itu yang sampai harus ditenangkan oleh cowok di sampingnya membuat Jocelyn tak bisa menahan rasa jengkelnya hingga dia mengomel pelan, "Berisik banget, sih. Kenapa, coba, nangis-nangis begitu?!"

Bad InfluenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang