7. Dirty Business

85 12 5
                                    

Komennya ramein, dong, biar cepat UP-nya, deal?

💜💜💜

Entah itu dari cara bicara Shawn, pembawaan diri, atau bahkan sifatnya, tiba-tiba saja Shawn bisa melunturkan ketakutan Jocelyn hingga Jocelyn bisa menjawab pertanyaan Shawn dengan sangat mudah seolah dia terhipnotis, "Tante mau bagian dari perusahaan. Dan untuk mendapatkannya, Shello harus mimpin perusahaan dibantu Satya sebagai orang dalam Tante."

Baru setelah berkata begitulah Jocelyn merasa bodoh. Bagaimana mungkin dia semudah itu mengungkapkan niatnya pada orang yang baru dikenalnya seminggu ini? Bagaimana jika nantinya Shawn menggunakan itu sebagai senjata untuk melawan Jocelyn dan memerasnya?

Namun, bagaimanapun kerasnya Jocelyn menyesali ucapan yang terlontar tanpa bisa dia tahan, saat dia melihat Shawn yang tetap terlihat santai, tiba-tiba saja Jocelyn kembali merasa tenang. Seakan-akan segalanya aman-aman saja dengan Shawn. Seolah-olah Shawn mampu menghipnotis seseorang yang sebenarnya kemampuan Shawn itu perlu disikapi dengan serius.

"Lebih baik, kan? Shello nggak suka ibu barunya yang matre. Tante pikir dia pasti lebih senang kalau perusahaan jatuh ke tangan tantenya yang nggak akan mungkin juga nelantarin dia karena Tante sayang dia. Bagaimanapun, Shello masih terlalu kecil dan belum banyak pengalaman. Tapi, jika wasiat sudah berkata Shello yang harus memimpin, bisa apa? Hanya perlu carikan pasangan untuk Shello." tutur Jocelyn, teringat akan surat wasiat dari Carmen.

Surat wasiat itu sudah disepakati Carmen bersama Fandy—ayah Shello. Surat yang menyatakan bahwa perusahaan akan jatuh ke tangan Shello begitu Shello memiliki pendamping yang bisa membantunya dalam menjalankan perusahaan.

Setelah menjelaskan itu pada Shawn, Jocelyn menambahkan lagi, "Dan karena Satya yang dicintai Shello sudah pergi, maka kamu—Shawn—berperan untuk menggantikan Satya."

Shawn menarik napas panjang, lalu menghembuskannya dengan berat. Banyak sekali permainan dalam keluarga kaya ini dan permainan itu terbilang licik. Untuk pertama kalinya, Shawn bisa bersyukur tidak terlahir di keluarga kaya raya yang dikelilingi orang-orang munafik seperti Jocelyn. Pasti menyakitkan sekali saat kita kira orang itu sungguh-sungguh mengasihi kita, tapi ternyata itu hanya kedok untuk merebut segala milik kita.

Well, bukannya Shawn peduli juga. Dia tidak kenal orang-orang ini. Dia tidak harus ambil pusing. Shawn lebih baik memikirkan kepentingannya sendiri saja.

Maka, setelah minum terlebih dulu, Shawn pun siap untuk menjalankan bisnis yang dimulai dengan bertanya, "Oke, jadi apa yang aku perlu tau tentang cewek ini? Hal-hal yang dia suka dan nggak suka, gimana hubungannya dengan Satya, anything. Apa yang mesti aku lakuin?"

Jocelyn memandang Shawn terpana. Tadinya Jocelyn pikir Shawn akan menghakimi Jocelyn atau memprotes niat Jocelyn setelah mendengar Jocelyn memaparkan maksudnya. Ethan saja sampai saat ini masih berusaha menentang niat Jocelyn itu. Wah, ternyata Jocelyn tidak salah pilih. Seketika itu juga Jocelyn tiba-tiba yakin Shawn bisa diandalkan.

"Well, pertama-tama, ubah dulu cara bicara jalanan kamu yang kasar menjadi sopan dan lemah lembut. Satya nggak pernah pakai kata-kata seperti 'fuck', 'hell', 'damn', 'shit'."

Shawn mengangkat sebelah alis. Ah, Jocelyn ternyata cukup cepat mempelajari Shawn.

"Satya berpendidikan, punya manners, dan berkelas. Dibandingkan kebut-kebutan di jalan seperti yang kamu lakukan...." Jocelyn diam sesaat ketika melihat ekspresi Shawn yang berubah bingung. "—Tante melakukan background check tentang kamu. Itu kenapa Tante bisa bikin kamu terlihat seperti membunuh dalam kecelakaan itu," kata Jocelyn.

Bad InfluenceHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin