Old Version - The Ball

1.2K 220 2.3K
                                    

Sial. Sejak kapan Shello berada di dekat Shawn? Apa saja yang sudah didengarnya? Bagaimana Shawn bisa lengah begini? Dia bahkan tak bisa membuka suara, kecuali untuk berkata, "Ha?"

​"Kamu akting apa?" tanya Shello lagi, menyadarkan Shawn dari kekagetannya.

​"Kamu... udah berapa lama di sini?" tanya Shawn sekalem mungkin agar Shello tak curiga.

​Shello mengernyit. "Dari pas kamu ngomong soal sandiwara," jawab Shello simpul. "Sandiwara apa, sih, Sat? Akting apa? Itu tadi siapa?"

​Shawn mendadak pusing dengan rentetan pertanyaan yang menghujamnya itu. Tak bisakah Shello melupakannya saja? Apa dia sungguh harus tahu? Tidak cukup memergoki Shawn, Shello kini bertanya pula. Shawn harus bilang apa?

​Oke, tenang. Shawn berusaha menenangkan dirinya dan memutar otaknya, mencari alasan. Sulit memang, mengingat dia bukan tipe orang yang suka cari-cari alasan. Tapi, untunglah dia sudah membaca sedikitnya diary Shello untuk membantunya menghubungkan cerita dengan idenya hingga dia bisa menciptakan alasan yang masuk akal. Maka, setelah menyusunnya di dalam kepalanya dengan cepat, Shawn pun membuka suara, "Eh, itu tadi... temen... kerja," jawab Shawn ragu. Saat melihat Shello menunggu penjelasannya, Shawn pun meyakinkan dirinya untuk melanjutkan, "Aku, kan, harusnya udah balik ke Malacca. Cuma nggak mungkin ninggalin kamu lagi begini, kan? Aku udah banyak kasih alasan sama atasanku di sana dan kata temenku ini tadi, atasanku marah. Jadi, temenku minta aku akting bikin rekaman gitu buat dikasih ke atasanku sebagai bukti biar dia percaya kalo aku emang sakit. Gitu," kata Shawn. Shawn berusaha tak menunjukkan ekspresi bodoh yang dirasakannya mendengar perkataannya yang memang terkesan bodoh bahkan untuk dirinya sendiri. Tapi, apa boleh buat? Shawn terdesak dan hanya itu yang terpikirkan olehnya saat ini mengingat di diary, Shello memang sering menahan Satya untuk pulang ke Malacca dan Satya selalu beralasan dia bisa kena marah bosnya jika terlalu lama izin. Dan ketika melihat Shello akhirnya tersenyum, Shawn menyimpulkan Shello percaya sehingga Shawn bisa melengos lega.

​"Oh, kirain gimana," kata Shello membuat Shawn tertawa canggung. Shello mengangkat beberapa baju yang dipegangnya untuk menunjukkannya pada Shawn. "Nih, udah ada beberapa yang aku rasa bagus buat kamu. Kamu mau cobain dulu apa gimana?" tanyanya.

​Shawn nyaris mendengus. Dia tak sanggup memikirkannya lagi, apalagi setelah dirundung berita dari Arga tentang Samara tadi. Dia tak perlu menambahi beban pikirannya dengan mengintip harga saat mencoba pakaian itu. Cuma bakal bikin Shawn tambah pusing. Jadi, sudahlah. Jika harus kehabisan uang pun rasanya lebih baik ketimbang dia sakit karena terlalu banyak beban pikiran. Bagusan dia beli saja sebelum dia berubah pikiran dan membuat Shello jengkel. Jadi, Shawn dengan simpel berkata, "Nggak usah, deh, langsung ambil aja," yang tentunya membuat Shello tersenyum senang, sementara Shawn dengan terpaksa mengeluarkan debitnya.

***

​Shawn tak sedetik pun mengalihkan pandangannya dari sosok yang berjalan menuruni tangga itu. Shello benar-benar terlihat anggun dibalut dengan gaun malam berwarna baby blue. Riasan natural di wajahnya dengan lipstick berwarna pink muda di bibirnya pun membuatnya terlihat segar dan cerah. Gadis itu... meski merupakan satu-satunya pewaris perusahaan yang seharusnya bisa jadi wanita dewasa yang bisa diandalkan, namun kebalikan dari pembawannya, alih-alih tampil dewasa, penampilan Shello justru membuatnya terlihat kekanak-kanakan. Belum lagi rambutnya yang dicepol tinggi dengan kesan agak messy yang membuatnya terliht cute. Dia tak terlihat seperti calon pemimpin perusahaan besar. Meskipun begitu, ada sesuatu. Sesuatu dari diri Shello yang membuat Shello terlihat seperti maut yang bisa mengendalikan sebuah perusahaan besar. Caranya bersikap, berekspresi, attitude-nya, bahkan caranya berjalan. Semua itu membuat dirinya terlihat elegan dengan pakaian apa pun. Dan itu yang membuat Shawn tak bisa memandang remeh dirinya.

Bad InfluenceTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon