Bab 2

2.1K 178 69
                                    

Wanita tunanetra itu duduk di jok mobil begitu ke pojok seolah menjaga jarak dengan pria asing di sampingnya. Kedua tangannya saling bertautan seolah menyalurkan rasa takut dan cemas yang ia rasakan.

Sementara Levin terus memperhatikan wanita itu. Semakin memandanginya, membuat rasa kasihan yang ia rasakan semakin besar. Levin mengulurkan tangannya di depan wanita itu seolah mengetes apakah wanita itu benar-benar buta. Dan nyatanya benar, wanita itu memang tunanetra.

"Untuk apa Tuan memungut perempuan seperti ini?" Ucapan sang sopir begitu menyinggung wanita tunanetra itu.

Levin mengulas senyum tipis."Aku memang berniat menolongnya," ucapnya.

Namun, apa yang didengar wanita tunanetra itu tidak langsung ia telan mentah-mentah. Ia yakin, pria itu jahat dan ingin memanfaatkannya. Tidak mudah baginya mempercayai seseorang apalagi orang asing.

"Kalian ingin membawaku ke mana?" tanya wanita tunanetra itu dengan suara bergetar."Jika kalian hanya menginginkan tubuhku, kalian salah orang. Aku hanya wanita kurus yang kekurangan gizi."

Ucapan wanita itu membuat Levin tersenyum-senyum. Tapi jika dilihat wanita itu memang sangat kurus bahkan jari-jari tangannya hanya mencetak tulang berbalut kulit saja.

"Aku berniat menolongmu. Kenapa tiba-tiba kamu bisa ada di sana_"

Dengan cepat wanita itu memotong ucapan Levin."Tidak usah pura-pura peduli! Bebaskan aku, aku tidak ingin ikut kalian!"

Mata wanita itu melotot tajam walau tatapannya lurus ke depan. Levin memilih diam, semakin disahuti wanita tunanetra itu akan semakin menjadi-jadi. Sopir yang mengendarai mobil itu tampak gemas melihat wanita yang dibeli oleh sang majikan. Sangat keras dan tidak tahu berterima kasih.

Kini, mobil yang Levin tumpangi sudah memasuki area rumah minimalis tingkat dua. Levin segera turun dari mobil dan membuka pintu di sampingnya. Wanita buta itu tampak terperanjat kaget ketika tubuh kurusnya hendak di gendong.

"Lepas!" Wanita itu mendorong bahkan menendang Levin yang dengan cepat menghindar."Jangan sentuh aku!" ketusnya.

Wanita itu buru-buru keluar dari mobil dan meraba-raba sekitar. Baru beberapa langkah kepala wanita itu langsung membentur tiang rumah membuat ia terpekik kesakitan.

"Akh! Sakit," ringisnya kesakitan.

Levin yang melihat itu menghela napas pelan. Dengan gerakkan tak terduga ia langsung menggendong wanita itu yang berteriak dan memukul-mukul Levin. Suara teriakan wanita itu menyita perhatian para pelayan yang berada di dalam rumah.

"Urus perempuan ini, mandikan dia," titah Levin sambil menurunkan wanita itu setelah masuk ke dalam rumah.

Para pelayan terdiam sejenak, mereka menatap heran dan bingung dengan wanita berpenampilan seperti gelandangan tersebut. Bahkan aroma tubuhnya begitu tak nyaman, mungkin karna tidak mandi beberapa hari.

"Kenapa diam?" tegur Levin pada para pelayan.

"Ka-kami akan segera mengurusnya." Buru-buru tiga pelayan itu membawa wanita buta itu yang kembali memberontak.

"Akh sakit!"

Plak!

Salah satu pelayan langsung menampar wanita buta itu setelah mengigit tangannya. Wanita buta itu langsung jatuh tersungkur di lantai. Beruntung Levin sudah pergi dan tidak melihat perbuatan pelayan tersebut.

"Kenapa Tuan Levin membawa perempuan mengerikan seperti ini!" ucapnya begitu kesal.

"Jangan banyak mengoceh, sebaiknya kita cepat mengurus perempuan ini," ucap pelayan yang lain.

Sementara wanita buta itu berusaha bangkit dari lantai dan mengindahkan rasa sakit di pipinya, karna ia sudah sering mendapatkan kekerasan fisik.

"Tolong menurut, kami hanya ingin memandikanmu saja!" ucapnya.

"Tidak! Kalian semua orang jahat. Bebaskan aku dari sini." Wanita buta itu berteriak lantang.

"Langsung kita seret paksa saja." Dengan gerakkan cepat dan kompak, tiga pelayan itu langsung mengangkat tubuh kurus wanita buta itu menuju kamar.

Tentu, wanita buta itu memberontak dan mengamuk seperti tak terkendali. Wanita buta itu berpikir semua orang jahat, tidak ada yang benar-benar peduli padanya, kejahatan dan kekerasan yang ayah tirinya berikan menciptakan trauma yang mendalam untuk wanita buta tersebut. Hingga membuat ia sulit percaya pada orang lain, apalagi setelah matanya tak berfungsi lagi.


"Cari informasi tentang perempuan buta yang aku bawa tadi. Aku rasa dia sangat mirip dengan perempuan yang satu tahun lalu aku tabrak," ucap Levin memerintah pada asistennya.

"Jika terbukti dia perempuan yang Tuan tabrak satu tahun lalu, apa yang akan Tuan lakukan?" Riko bertanya dengan hati-hati pada Levin.

"Kamu cari saja dulu bukti dan informasinya. Urusan perempuan itu akan diapakan, nanti saja dipikirkan," balas Levin yang begitu mendesak.

Riko mengangguk patuh."Baik. Secepatnya saya akan mencari informasinya."

Levin beranjak dari hadapan Riko, lalu melangkahkan kakinya menuju kamar di mana wanita buta itu dibawa oleh para pelayan. Saat masuk ke kamar, Levin melihat wanita buta itu mengigil kedinginan setelah dipaksa untuk mandi. Sekarang, tubuhnya hanya dibalut dengan handuk tipis. Kulit putihnya yang sebelumnya tampak kotor, kini terlihat bersih.

Kemunculan Levin membuat tiga pelayan yang sedang mengurus wanita buta itu terkejut. Sebelum mereka sempat bersuara, Levin sudah memberikan kode, meminta mereka untuk tidak berbicara. Ia tidak ingin wanita buta itu kembali mengamuk dan merasa tidak nyaman dengan kehadirannya. Mata Levin terbelalak saat melihat luka-luka yang terdapat di sekujur tubuh wanita buta tersebut.

Bahkan bagian pundaknya terdapat luka cabuk dan goresan benda tajam. Seolah wanita itu selalu mendapatkan siksaan dan kekerasan fisik. Levin melangkah dengan pelan mendekati, sedangkan tiga pelayan tadi memilih keluar dari kamar, memberikan ruang untuk sang majikan.

Wanita buta itu tampak meringis kesakitan ketika pundaknya yang penuh luka di sentuh.

"Apa yang sebenarnya terjadi dengan perempuan ini?" gumam Levin pelan.

"Mana bajuku, aku kedinginan," pinta wanita buta itu, mengira di sampingnya adalah pelayan.

Levin memilih mengambil selimut di kasur lalu membalut tubuh kurus itu. Sementara wanita buta itu tampak mengendus-endus, merasa familiar dengan aroma parfum yang merasuk ke indra penciumannya.

~~~~~

Sedikit dulu ya. Kalau banyak yang minta lanjut baru aku panjangin partnya🥰

Menurut kalian bagaimana part kali ini?
































Love After HateTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon