Mansion Arfa

28.4K 1.9K 38
                                    

"Bang Arfa, ini yakin rumah lo Bang?" tanya Rayanza pada lelaki dibelakangnya yang baru saja turun dari motornya.

Ngomong-ngomong tadi Rayanza sudah coplas jadi wartawan dadakan, yang mewawancarai Arfa banyak hal. Jadilah sekarang Rayanza tau nama pemuda itu. Dan disitu juga dia jadi tau kalo Arfa lebih tua satu tahun darinya. Jadilah Rayanza memanggilnya dengan embel-embel abang.

Biar keliatan sopan dikit gak sih. Yah walaupun diawal gak ada sopan sopannya, tapi yaudah sih orang udah terlanjur.

"Lo pikir?" jawabnya jengkel.

"Yah maksud gue, siapa tau lo salah alamat gitu. Masa muka spek gelandang gitu ternyata orang kaya. Gak pantes lo jadi orang kaya Bang," cerocosnya tanpa henti.

Sedangkan Arfa hanya memutar bola matanya malas. Capek juga ya ngadepin tuyul modelan Rayanza.Mana sepanjang perjalanan nyerocos mulu kaya manuk kutilang pula. Arfa rasa mulutnya pasti berbusa karna terus menerus menjawab pertanyaan nyeleneh dari Rayanza.

"Mau masuk gak?" tanyanya.

"Mau,mau Bang!" antusias Rayanza. Sangking senangnya Rayanza sudah lebih dulu masuk kedalam rumah besar, big no! ini bukan rumah besar lebih tepatnya mansion sih.

Arfa menggeleng tak percaya melihat kelakuan manusia didepannya itu. Yang punya rumah siapa sih sebenernya. Kenapa Rayanza yang lebih dulu masuk rumah.

Setelahnya Arfa ikut menyusul Rayanza untuk masuk kedalam rumah. Dirinya disambut oleh beberapa bodyguard yang berjaga dirumahnya, sedangkan dirinya hanya membalasnya dengan anggukan kecil.

Rayanza mengedarkan pandangannya keseluruh sisi bangunan mansion yang begitu megah dengan nuansa berwarna putih yang terlihat begitu elegan dimatanya.

"ANJIR BANG! RUMAH LO BAGUS BANGET," teriak menggelegar, membuat siapa saja yang mendengar nya langsung menutup telinga mereka masing-masing.

"Norak bener sih jadi anak," sindir Arfa yang sudah berdiri disamping Rayanza.

Sedangkan anak itu hanya menyengir kuda menampilkan gigi putihnya yang tersusun rapih.

"Habisnya rumah lo bagus Bang, buat gua aja Bang," pintanya tanpa beban.

"Ambil aja, tapi ada syaratnya."

"Apa syaratnya?" tanya Rayanza penasaran.

Kan lumayan jika Rayanza bisa mempunyai mansion megah ini, nanti dijual abis itu uangnya buat beli pabrik rokok. Lumayan kan dirinya bisa ngerokok gratis sepuasnya setiap hari.

Rayanza itu salah satu perokok aktif yang satu hari bisa habis dua bungkus. Jadi ya wajar jika dirinya ingin membeli pabrik rokok biar hemat katanya.

"Minta sendiri sama daddy gue, dan lo harus mau jadi kacung gue selama satu bulan."

Mata Rayanza langsung membulat mendengarnya. Ogah amat dirinya jadi babu, dirinya aja rela jadi pembalap agar tidak jadi pesuruh orang. Ini malah suruh jadi babu gratisan.

"Dih ogah! males amat jadi babu lo, mending gue ngumpulin duit balapan buat beli gudang rokoknya langsung," ujar Rayanza dengan melirihkan kalimat terakhirnya.

"Yaudah kalo gak mau, kalo gak lo minta aja sama daddy gue, siapa tau lo lagi beruntung terus dikasih kan."

"Males amat, pasti daddy lo galak terus ngeselin kaya lo," tuturnya.

"Siapa yang galak?" tanya seseorang tiba-tiba membuat Rayanza terjengkit kaget. Ngomong-ngomong Rayanza ini tipikal orang yang mudah kagetan.

Maklum cuy pas baru lahir Rayanza kagak dipecahin kelapa jadi gampang kagetan.

"Anjir Om, gue kaget." Rayanza mengelus dadanya yang terasa berdebar, dengan sedikit mengatur pernapasan yang terengah.

"Mau kujahit mulutmu heh?" sahut seseorang yang tengah duduk diruang tamu.

Rayanza mengedarkan pandangannya, ternyata disana tidak hanya ada orang yang dipanggil om olehnya tadi, tapi masih ada satu pemuda lainya, yang tampak lebih dewasa sekitar dia puluh lima tahunan lah.

"Sorry Om, Bang, mulut saya licin kaya prosotan jadi suka lemes hehe..." Sambil memberikan tanda pis.

Arfa yang melihat Rayanza terus berdiri meraih pergelangan tangan Rayanza dan menuntunnya untuk duduk bergabung dengan daddy dan abangnya.

"Dia siapa Son?" tanya sang daddy pada Arfa. Pandangannya tak lepas dari Rayanza sama sekali. Dia merasa seperti familiar saat melihat anak muda itu. Wajahnya juga terlihat sangat mirip dengan seseorang, tapi dia lupa siapa orang itu.

"Ouh, dia Rayanza. Dia adalah orang yang telah mengantarku pulang Dad, dan dia daddy, serta abang sulung ku Arga," jawabnya. Sekaligus memperkenalkan Daddy dan abangnya pada Rayanza. Dan Rayanza mengangguk paham.

"Kemana motor busukmu itu, sampai kau harus menumpang pada orang lain? dan lihatlah, penampilanmu sudah seperti gelandangan," tanya sang abang pedas .

Rayanza melirik sekilas pada abang Arfa yang bernama Arga itu ,yang duduk tak jauh darinya, "Gue akuin sih kalo gue tengil mana mulut gue suka bikin kesel orang, tapi setidaknya mulut gue gak kaya pisau cuy, tajem!" batinyya meghibah.

"Saya tidak suka pada orang yang membicarakan saya dibelakang saya!" sindir Arga yang langsung membuat Rayanza tetohok.

"Tapikan Bang, gue ngomongnya didepan lo Bang, bukan dibelakang," jujurnya.

Toh mau mengelak juga gak mungkin, orang sendari  tadi tatapan tajam Arga tertuju padanya. Yah kan sudah bisa dipastikan jika Arga memang sedang mmenyindirnya kan. 

Arfa menepuk jidatnya pelan, ya benar yang dikatakan Rayanza, tapi salah. "Maksud bang Arga itu dia gak suka dighibahin orang, lebih baik ngomong langsung kebang Arganya, gitu!" jelasnya.

"Sudahlah Arga, kenapa kau jadi banyak bicara seperti ini, itu bukan gayamu," sahut sang Daddy menengahi.

"Dan kau Arfa, ceritakan pada Daddy apa yang terjadi padamu?" lanjutnya bertanya.

"Tadi Arfa jatuh dari motor Dad, dan berakhir masuk selokan. Dan motor Arfa mogok, mau nelpon tapi henpon Arfa lobet," jawabnya jujur.

"Lalu bagaimana kamu bisa bertemu manusia cerewet itu?" tanya Arga penasaran.

Rayanza melotot tak terima,enak saja cowok keren, maco kesayangan Natkat peri dikatai crewet. Mending dialah crewet, dari pada Arga diem mulu kaya orang bisu, mana muka datar kaya tembok.

Dasar Arga setan!

"Kami bertemu dijalan dan dia menawari ku tumpangan," jawabnya lagi.

"Terimakasih Nak, karena telah mengantarkan Arfa pulang kerumah dengan selamat. Dan kalau boleh om tau, siapa namamu?" tanyanya penasaran.

"Rayanza Prince Raguel, bisa dipanggil Rayanza, Om," jawabnya sopan.

"Siapa, Raguel?" sahut Arga yang bertanya. Rayanza bisa melihat jelas raut keterkejutan dari Arga. Oh tidak hanya Arga, melainkan daddy dan Arfa juga sama terkejutnya.

Sebenernya apa yang salah dengan namanya? Apa terlalu bagus ya, sampai orang-orang ini kaget. Iya kali ya.

"Lalu siapa nama ibumu?" tanya Arfa disamping Rayanza.

"Adinda... "

Jangan lupa vote like komen.
Semakin banyak Vote semakin cepet up. And sorry kalo part ini agak gak nyambung menurut kalian ya.....



Rayanza [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now