Jangan menangis!

16K 1.7K 286
                                    

Happy Reading






  Rayanza

Rayanza terus menangis dalam dekapan Ganta. Setelah mendapatkan kabar dari Tama. Dirinya langsung bergegas kerumah sakit, ditemani oleh ketiga abangnya, Arfa, Ganta dan Arga.

Setelah sampai Rayanza mencoba turun dari mobil. Namun karena tubuhnya yang masih lemas, berakhir terjungkal dan jatuh. Membuat ketiga abangnya syok bukan main.

"Adek! hati-hati," ucap Ganta dan segera menggendong Rayanza ala koala.

"Pelan-pelan," tegur Arfa. Dan Arga hanya bisa memaklumi kekhawatiran adiknya.

Ganta tau betul jika Rayanza tengah memaksakan tubuhnya yang sakit. Membuatnya tersentuh, ternyata dibalik adiknya yang kebanyakan tingkah. Terdapat sisi baik didalamnya. Yang lebih memprioritaskan orang lain daripada dirinya sendiri.

"Ab-bang ayok cepetan, adek mau liat Kai, Bang..." pintanya dengan air matanya yang terus menetes.

Dengan cepat Ganta membawa Rayanza masuk. Dan langsung menuju keruangan Kai, setelah sebelumnya bertanya dimana letak ruangan Kai berada.

Disana sudah banyak berkumpul para remaja muda yang tak lain adalah anggota Grenvos. Mereka semua menepi saat melihat ketua mereka yang datang.

Jika dihari biasanya Rayanza pasti akan malu jika bertemu anggotanya dengan keadaannya yang berada di dalam gendongan abangnya seperti ini.

Namun sekarang Rayanza masa bodo dengan imagenya. Yang terpenting sekarang adalah Kai.

Rayanza turun dari gendong abangnya. Dirinya tertegun saat melihat tubuh seseorang yang tertutup kain putih diatas brankar dengan Mahen dan Tama yang terus menangis disampingnya.

"Ngapain lo nangis?" tanya Rayanza yang tertuju pada Mahen dan Tama.

"Hiks...hiks... Ray, Kai, Ray..." Mahen berjalan dan merangkul tubuh Rayanza yang terasa hangat.

"Maksut lo?" Rayanza mencoba memastikan. Semoga dugaannya salah. Semoga!

"Kai udah gak ada Ray, Kai kita udah ninggalin kita Ray!" ucap Mahen yang terus menangis.

Rayanza mendorong tubuh Mahen dari pelukannya. "Bajingan lo Hen! gak usah ngada-ngada lo. Gue gak suka ya lo ngomong gitu. Omongan itu doa goblok. Lo mau sahabat kita mati beneran hah," sulit Rayanza.

Emosi Rayanza sangat ingin meledak sekarang.

"TAPI KAI BENERAN UDAH GAK ADA RAY!" teriak Tama berusaha menyadarkan Rayanza.

Tama menyibak kain putih yang menutupi wajah Kai. Terlihat pucat pasi dengan memar disekujur tubuh dan wajahnya.

Rayanza kembali meneteskan air matanya, dirinya tersenyum pilu dan berjalan mendekati Kai.

"Setan lo Kai, ngapain lo tidur. Buka goblok mata lo, buka bego. Katanya lo mau terus dukung gue buat jadi pembalap internasional. Mana?"

Rayanza menepuk-nepuk pelan pipi Kai, "Sakitkan gue timpuk luka lo? makanya bangun. Gak usah drama king, gak pantes lo jelek."

"Ray,dia udah gak ada!" ucap Tama lirih.

Rayanza [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now