Menginap

13K 1.4K 241
                                    

Happy Reading



Rayanza



Saat ini Rayanza sudah berada dikamarnya bersama tiga anak setan lainnya, siapa lagi jika bukan Kai, Tama dan Mahen. Kemarin dirinya baru saja keluar dari rumah sakit bersamaan dengan Kai yang juga keluar dari rumah sakit.

Berhubung Kai sendirian dan tidak ada orang tuannya yang menemani karena beda kota. Membuat Rayanza memaksa Kai untuk tinggal sementara dengannya. Agar ada yang mengurus Kai saat belum pulih sepenuhnya.

Nah! berhubung Kai tidak dapat menolak ajakan Rayanza, jadilah Kai mengajak Mahen dan Tama untuk menginap juga dirumah Rayanza.

Yakali Kai doang yang masuk kandang macan, ya mereka juga harus masuk lah!

Tama yang tengah memegang stik ps dan melawan Mahen yang tengah duduk di sampingnya sekilas melirik Rayanza yang tengah anteng dengan makanan ditangannya sambil sesekali menyuapi Kai.

"Perhatian bener lo sama Kai, giliran sama gue enggak tuh," irinya.

Rayanza segera menghentikan tangannya yang ingin menyuapi Kai."Yah makanya lo mati suri dulu sono, ntar baru deh gue perhatian sama lo."

Tama segera menggeleng ribut."Metamet Jabang bayi . Sekate-kate lo Ray kalo ngomong, gini-gini gue juga takut kali kalo disuruh mati."

"Mangkanya gak usah BACOT!" Bukan Rayanza yang membalas melainkan Mahen, sambil menggetak kepala Tama menggunakan stik Ps.

"Eh Ray, lo betah tinggal disini?" tanya Kai serius.

"Betahlah," jawabnya dengan kepala yang menggeleng. Membuat Mahen bingung dan menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

"Yang bener monyet!" kesal Mahen.

Rayanza memasukkan satu kripik kedalam mulutnya, mengunyahnya hingga halus dan menelannya. Kemudian mendesah panjang.

"Sebenarnya gue betah aja sih, tapi kalau mereka kumat posesif nya kadangan gue ngerasa gak nyaman dan gak betah. Apalagi sekarang, gue tambah gak betah karena udah lama banget gak ngerokok. Mulut gue rasanya gantel anying." Ungkap Rayanza terus terang.

"Gue setuju sih kalo lo gak betah Ray, yah walaupun lo sekarang jadi anak sultan dan udah bisa ngalahin Cipung anak Sultan Andara. Tapi sama aja kehidupan lo layaknya burung yang terjerat dalam sangkar emas. Gak bebas,buat apa?" tutur Kai memberikan pendapat.

"Mangkanya itu juga gue sering kabur-kaburan," Jujur Rayanza.

"Kalo gue jadi lo Ray, bakalan gue bikin bangkrut bapak Rama yang terhormat. Yah walaupun dikekang setidaknya gue bisa plorotin banyak, gak ngaruh," sahut Mahen simata duitan.

"Heh monyet, lo lupa kalo sebelum Rayanza ketemu bokapnya, tuh anak juga udah tajir melintir. Kartu black cardnya aja ada empat," ucap Tama mengingatkan Mahen sititisan kudanil ini.

"Kalo gitu kabur lagi aja Ray, nyari bapak baru yang kaya tapi gak ngekang lo," ucap Mahen enteng.

Mendengarnya rasanya Rayanza ingin sekali merontokkan ginjal Mahen yang tidak berkualitas itu. Dikira nyari bapak kaya nyari es doger apa. Andai saja mamah Rayanza masih hidup, mungkin Rayanza akan request agar mamahnya menikah lagi dan mencarikan seorang daddy yang sesuai kriteria nya yang tidak posesif seperti daddynya yang sekarang ini.

Yang berani nyepuin ke daddy gue, gue santet online lo pada!

"Burung Papilo warnanya apa Hen?" tanya Rayanza yang keluar dari topik pembicaraan.

"Coklat lah goblok hahaha..."

"Anjir jujur banget," cengo Rayanza.

"Bapak gue item anjir, mana gede lagi, tapi sekarang udah jadi tanah pasti," timpal Tama ikut-ikutan.

"Lo ngapain pada bahas itu bangsat!" kesal Kai, lelah dia sekarang.

"Eh Ray, jadi gimana langkah lo selanjutnya buat balapan selanjutnya," tanya Kai, mengalihkan topik pembicaraan un faedah mereka bertiga.

"Sekarang gue udah boleh sekolah dengan syarat gue harus bawa bodyguard yang khusus jagain gue doang, nah otomatiskan gue gak punya waktu untuk kabur atau segala macem karena susah. Dan gue udah nyusun rencana-,"

"Pokonya setiap hari lo bertiga harus bawa mobil balap gue kebelakang sekolah yang ada jalan sepinya, Setiap pelajaran terakhir gue bakalan kabur lewat jendela belakang dan lari kearah belakang sekolah buat latihan disana. Walaupun satu jam doang gak papa, setidaknya gue masih ada waktu buat latihan. Kalian bisa kan bantu gue," Jelas Rayanza tentang rencananya yang sudah disusun oleh Rayanza jauh-jauh hari.

"Oke, gue setuju sama rencana lo Ray. Gue sama Tama, Mahen bakalan bantuin lo sebisa mungkin. Lo serahin aja sama kita betiga." Mantap Kai yang menyetujui rencana Rayanza.

Rayanza merasa sedikit lega sekarang, beruntung sekali dirinya mendapatkan ketiga sahabat yang selalu memberikan effort dalam hidupnya, yang selalu mendukung Rayanza disetiap keadaan apapun.

Terimakasih Tuhan!

Tok...tok...

"Masuk!" perintah Rayanza.

Seorang pelayanan wanita membuka pintu, "Tuan muda disuruh kebawah. Karena sudah waktunya makan siang," ucapnya sopan.

Rayanza mengangguk dan menyuruh pelayanan itu untuk pergi kebawah dulu, karena dirinya akan menyusul nantinya.

"Ayok cuy makan," ajaknya yang langsung diangguki ketiganya.

Setelah sampai diruang makan, Rayanza duduk disamping Ganta. Sedangkan tiga sahabatnya duduk di sampingnya yang kosong. Karena Arfa dan Arga berada disebrang Rayanza. Sedangkan sang daddy duduk ditengah khusus untuk kepala keluarga.

"Adek mau makan apa?" tanya Ganta, tangannya sibuk mengambilkan Rayanza nasi.

"Adek mau makan brokoli?" sahut Arfa ikut bertanya.

"Kemarilah, biarkan abang menyuapimu!" timpal Arga yang terkesan memerintah.

Ganta yang tak mau kalah menatap sinis kedua saudaranya itu, "Biarkan aku yang mengurus Ajja, jadi Ajja mau makan dengan lauk apa?

"Adek kan bisa sendiri," tolak halus Rayanza. Saat ini Rayanza kesal sekali dengan ketiga abangnya yang kebanyakan tingkah ini.

"Arfa,Arga kalian diamlah! dan biarkan adikmu melakukan sesukanya Ganta!" peringat daddynya, membuat wajah Ganta berubah dingin dan menghentikan pergerakannya.

"Hm."

"Dan kalian Mahen, Tama, Kai makanlah sesuka hati kalian, anggap saja rumah sendiri," perintah sang kepala rumah, dan segera diangguki oleh ketiganya dengan malu-malu.

"Gak usah sok malu-malu kucing lo, Padahal mah malu-maluin kerjaanya!" ejek Rayanza.

Setelahnya Rayanza tersenyum cerah dan segera mengisi piring makannya yang sebelumnya hanya terisi nasi. Rayanza mengambil banyak jenis sayuran, terutama brokoli dan beberapa olahan bakso.

Sedangkan Mahen mengulum bibirnya berusaha menahan tawa yang siap meledak kapan saja.

Mahen menyenggol lengan Kai disamping dan berbisik tepat ditelinga Kai, "Adek Kai mau makan apa, biar abang Mahen ambilkan nick."

Tawa Kai hampir saja pecah saat mendengar ejekan Mahen untuk Rayanza, dirinya berusaha kuat mengulum kedua bibirnya agar tidak tertawa.

"Sialan lo Hen, kalo Rayanza denger gimana coba, yang ada baku hantam lo. Mau lo diterkam pawangnya Rayanza?" bisiknya.

Tanpa mereka berdua sadari ternyata sendiri tadi Rayanza mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut laknatnya Mahen.

Nafas Rayanza memburu naik turun dirinya siap menerkam mangsanya sekarang juga.

"Sialan lo Hen, gue do'ain. LO MATI TERUS TERASI REMPAI KETUBUH ORANG, PUNYA ABANG BANYAK TERUS DI POSESIFIN SAMA MEREKA AMIN," ceplos Rayanza yang emosi.

"Transmigrasi Ray, bukan terasi rempai," koreksi Tama.

"Nah itu maksud gue, bodo amat gue gak nafsu makan! gak mau makan," ngambeknya.

"Mahen!" tegur Arfa tajam.

"Mampus gue!"

Sorry gaje
Jangan lupa vote and komen

Kalo belum tembus 1k vote belum up. Bayyy



Rayanza [SEGERA TERBIT]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora