• 2. Ingatan Masa Lalu •

224 20 2
                                    

Selamat membaca-!^^

Selamat membaca-!^^

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





Seorang wanita berambut hitam legam menarik kasar rambut wanita di hadapannya. Wanita berambut hitam legam itu, tidak lain adalah Anetta Gerlyana. Seorang putri kesayangan kaisar yang keinginannya selalu dituruti. Seorang tokoh antagonis yang nyata dan tidak memiliki rasa kasihan. Kini ia kembali menarik wanita itu dengan berutal, tak peduli di tangannya ada rontokan rambut sang lawan.

"Sudah aku katakan kepadamu agar tidak mendekati Duke! Apa kau mau mati hah!" seru Anetta berapi-api. Kesalnya yang kentara ia salurkan lewat aksinya itu.

Jika saja ia sedang tidak dalam masa hukuman, maka ia tak segan-segan membuat Beyna lebih menderita dari ini.

Sementara itu, wanita dengan rambut emas keperakan yang cantik itu tak kuasa menahan tangisnya. Ia berusaha sekuat mungkin untuk melepaskan tangan Anetta dari kepalanya. Namun, usahanya tidak membuahkan hasil. Sebab tenaga Anetta lebih kuat darinya.

Masih dalam aksi yang sama, tiba-tiba seorang pria datang. Ia menepis tangan Anetta dari rambut indah Beyna dengan kasar. Lantas menarik Beyna ke dalam pelukannya.

Hal itu tentu menyalakan api cemburu pada diri Anetta. Wanita itu berseru tak suka. Tangannya yang putih mulus itu hendak meraih Beyna kembali, tetapi sayangnya pria dengan gelar Duke itu lebih cepat pergerakannya. Ia membawa Beyna ke belakang tubuhnya.

"Hentikan! Apa kau tidak jera  dengan hukuman kurungan kamar?" seru pria itu, Noren Algaforus namanya. Seseorang yang sangat dihormati karena gelar duke-nya.

Anetta mendecih, "Itu gara-gara wanita di belakangmu. Dia tidak sepolos kelihatannya, Noren. Dia jalang!"

Noren menggeram, ia menahan diri agar tak melayangkan tamparan pada putri kaisar itu. "Sebaiknya kau kembali, Anetta. Kau harus lebih banyak merenung," ucap Noren akhirnya, kemudian pergi meninggalkan Anetta dengan membawa serta Beyna bersamanya.

Gigi geraham wanita itu bergemeletuk menatap kepergian dua insan tersebut, lengkap dengan tangan terkepal erat. "Lihat saja jalang, aku akan membongkar semua kebusukanmu," gumamnya dengan mata menyala.

***

Anetta yang menempati raga gadis bernama Anetta Fatiniantri itu terbangun dari tidur pulasnya. Ia mengucek matanya beberapa kali, baru kemudian menyapu pandangan ke penjuru kelas yang sepi. Ah, ia ingat bahwa tadi berasalan sakit agar tidak mengikuti pelajaran olahraga dan memilih kembali ke kelas untuk tidur.

Tak ia sangka tidur pulasnya malah membawanya menyelami kehidupan lampaunya. Kehidupan di mana ia menjadi putri kaisar yang terkenal akan kecantikan dan keanggunannya. Jangan lupakan bahwa ia lebih terkenal akibat perbuatan buruknya. Yap, seorang yang kasar, manja, dan perundung. Tiga hal yang mampu membuyarkan pujian cantik nan anggun yang tersemat pada dirinya kala itu.

Anetta mengembuskan napas perlahan, agak tak habis pikir dengan dirinya dahulu. Mengapa ia bisa begitu naif dan bodoh?

Gadis itu mendecak, lantas bangkit dari duduknya. Sepertinya ia memang harus menjernihkan pikirannya terlebih dulu. Sebab ia terkadang bingung, sebenarnya tujuannya berada di dunia ini apa? Ia merasa asing.

Ia melangkah ke luar kelas, berdiri di antara pintu dengan tangan menyilang di depan dada. Netranya menatap lurus ke lapangan basket di depan sana. Memperhatikan teman-teman sekelasnya memainkan bola berwarna jingga tersebut.

"Apa serunya bermain itu?" gumamnya seraya menghampiri teman-temannya di lapangan itu.

Begitu sampai, ia mengambil tempat di tribun, tepatnya salah satu anak tangga. Mulai mengamati permainan. Ia awalnya fokus pada bola yang dioper ke sana ke mari, tetapi netra coklatnya tak sengaja menangkap presensi seorang laki-laki yang berada berseberangan dengannya.

Anetta tak peduli, ia memilih melanjutkan memperhatikan  permainan basket yang ternyata seru. Namun, ia mulai terusik ketika seseorang yang dilihatnya tadi tiba-tiba menghampirinya. Tentu saja Anetta terbelalak, sejak kapan laki-laki itu ada di sini?

"Katanya lo sakit, tapi ngelihat lo ada di sini ternyata lo jago akting juga ya," ucapnya dengan nada sinis.

Anetta mengernyit, "Lo ngapain di sini? Ini masih jam pelajaran asal lo tau."

Liovando terkekeh, masih dengan nada sinisnya. "Lo gak salah? Gue ke sini karena mama lo bilang, kalo lo itu sakit. Tapi setelah gue sampai di sini, ternyata lo baik-baik aja ya. Aneh banget punya ibu perhatian, tapi anaknya tukang bohong," selorohnya membuat Anetta menaikkan sebelah alisnya.

"Udah selesai?" Anetta kini menatap datar laki-laki itu. Meski hatinya tak bisa menbohongi betapa tampannya wajah pujaan hatinya itu. Namun, ia sadar bahwa di depannya ini bukanlah Noren Algaforus, sang pujaan hati. Laki-laki di depannya ini hanya memiliki wajah yang mirip dengan Noren, dan tidak lebih dari itu.

"Gue mau nonton pertandingan, daripada lo ribet, mending balik ke kelas aja," cetus Anetta seraya mendorong bahu laki-laki itu.

Liovando mengernyit, ia merasakan ada yang aneh dari Anetta. Yang diperhatikan merasa risih, lantas beranjak dari duduknya. Baru hendak melangkah pergi, tangannya ditahan oleh Liovando.

"Apa yang lo rencanain kali ini?"

Anetta menepis tangan laki-laki dengan kasar. Menatap Liovando dengan datar. "Bukan urusan lo."

Setelah mengatakan itu, Anetta benar-benar pergi dari sana. Ia kembali ke kelasnya. Dan tanpa ia sadari, Liovando masih memandangi punggungnya yang menjauh.

"Apa hari ini dia gak pakai make up?"

***



Diketik : 792 kata

Diharapkan menekan bintang dan meluweskan jari untuk berkomentar yang baik dan sopan; Terima kasih.

Transmigrasi : Anetta's Journey Where stories live. Discover now