• 14. Kabar Angin •

101 7 0
                                    

Malam~

Maaf ya, aku larut banget lagi😔🙏🏻

Maaf ya, aku larut banget lagi😔🙏🏻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.















Anetta termenung di jendela kamarnya. Ia masih memikirkan kata-kata Pandu yang menemuinya tadi siang. Jujur, ia bingung. Ia tak tau jika Anetta Fatiniantri akan mengenal lebih banyak orang. Namun, tak satu pun yang ia kenal dari orang-orang tersebut. Entah mengapa memori ingatan Anetta Fatiniantri tak menjerumus masuk untuk memberitahunya mengenai hal-hal ini.

Anetta menoleh ke arah meja belajarnya. Di sana ada benda pipih persegi panjang yang menyala. Gadis itu beranjak mengambilnya, menatap setiap notifikasi yang masuk.

08xxxxx
|Lo tau? Temen-temen lo sekarang sedang dalam bahaya
|sent a picture

Anetta membelalak melihat isi pesan itu. Terpampang jelas foto Diyara, Jeffryan dan Nino yang terikat pada batang pohon. Mulut mereka ditutup dengan isolasi hitam.

Anetta bergegas menghubungi Diyara, mencoba mengenyahkan bahwa foto itu tidak nyata. Sayangnya, Diyara tak menjawab. Membuat Anetta beralih menelepon Jeffryan dan Nino. Namun, keduanya sama seperti Diyara. Ponselnya tidak aktif. Entah kehabisan daya atau bagaimana ia tak tau.

Gadis itu berdecak, ia tak suka situasi seperti ini yang membuatnya panik. Di saat seperti ini pula otaknya tak bisa bekerja dengan lancar. Gadis itu menggigit kukunya, seraya memikirkan apa yang harus ia lakukan. Dan ...

"Di mana lokasinya?" tanyanya yang tentu tidak ada yang menjawabnya. Hanya embusan angin dari jendela itu yang terdengar. Membuat gadis itu berdecak, merasa frustrasi sendiri.

Ting!

Suara ponselnya membuat ia mengecek benda pipih itu lagi. Tertera lokasi dan satu foto lagi. Kali ini ada penampakan api besar di depan teman-temannya. Ia terbelalak dengan kalimat yang menyertai foto.

"Tinggal menunggu waktu, temen-temen lo bakal kesambar api."

Anetta mengumpat kasar, ia lantas pergi ke luar kamar untuk memastikan ada tidaknya orang rumah. Ia harus bertanya pada mami dan papi ke mana Diyara pergi.

***

Sementara di tempat lain, api menyala di tengah lahan tandus. Hanya ada satu pohon besar yang berada di tengah-tengah lahan tersebut, berdampingan dengan api di sisinya dengan jarak sekitar 2 meter.

Di pohon itu ada tiga orang yang diikat dengan tali dan mulut yang tertutup lakban hitam. Ketiganya tak lain adalah Diyara, Jeffryan dan Nino. Mereka sedari mencoba melepaskan diri, tetapi hasilnya nihil. Bahkan sekarang mereka merasakan mulutnya keram karena lakban yang menempel.

Diyara menatap kesal ke arah orang yang duduk santai di mereka. Seolah tak merasakan hawa panas dari api di depan mereka. Ia tak tau harus melakukan apa, hanya saja ia ingin bebas dari sini.

Transmigrasi : Anetta's Journey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang