• 20. Anetta Pingsan •

95 9 2
                                    

Apa kabar???

Hehe aku up cepet🤭

Happy reading ya~

Koreksi for typo!

Koreksi for typo!

Oops! Bu görüntü içerik kurallarımıza uymuyor. Yayımlamaya devam etmek için görüntüyü kaldırmayı ya da başka bir görüntü yüklemeyi deneyin.






"Lio?"

Liovando menoleh begitu mendengar suara yang tak asing di indera rungunya. Ia terbelalak melihat rambut  gadis itu yang terikat tinggi. Seingatnya gadis itu tadi menggerai rambut panjangnya.

"Buka," katanya tiba-tiba membuat Anetta mengernyit tak paham.

"Apa yang gue buka?"

Tanpa mengatakan apa pun, Liovando menarik ikat rambut gadis itu. Membuat Anetta memelototkan matanya, menatap tak percaya pada laki-laki itu.

"Lo ngapain?" ketusnya seraya merebut ikat rambutnya dari tangan Liovando.

"Lo udah ke mana?" tanyanya tak berniat menjawab pertanyaan gadis itu.

"Gak jelas!" Anetta berbalik begitu saja, enggan meladeni laki-laki itu. Ia pikir dirinya memang tak ada urusan berarti dengan Liovando.

Alis gadis berambut hitam legam itu bertaut, kala sebuah tangan tiba-tiba mencekal pergelangan tangannya. Tak lupa melempar tatapan bertanya pada pemuda itu. "Apa sih!"

"Kita perlu bicara," ucapnya membalas tatapan Anetta.

"Lo mau apa? Gue kan udah gak ganggu lo lagi, juga gak ganggu pacar genit lo itu," sahut Anetta dengan nada kesal yang kentara.

Tanpa menjawab lagi, Liovando menarik gadis itu agar mengikutinya. Tentu Anetta tak terima ditarik demikian, membuat ia menghempaskan tangan Liovando darinya.

"Gue bisa jalan sendiri. Mending lo tunjukin mau ngobrol di mana?" kata Anetta tegas. Tak menunjukkan sifat Anetta yang seperti dulu yang sering bersikap manja hanya untuk mendapatkan perhatian dari laki-laki di hadapannya.

"Oke, ikut gue."

Anetta mengangguk, mulai mengekori laki-laki itu yang berjalan lebih dulu. Gadis itu tersadar ke mana Liovando membawanya. Tidak lain dan tidak bukan adalah gudang belakang sekolah. Gudang yang bisa dikatakan terbengkalai.

Anetta Fatiniantri sering menggunakannya sebagai tempat melakukan aksi bullying-nya. Tidak heran jika Anetta terkejut melihat penampakan gudang itu. Tiba-tiba semua ingatan milik Anetta Fatiniantri menyeruak masuk. Membuat Anetta hampir jatuh, jika saja Liovando tidak menangkapnya.

"Lo kenapa?" tanyanya khawatir melihat wajah Anetta yang tiba-tiba pucat.

Anetta tak menjawab, ia merasa kepalanya pusing. Seperti ada jarum yang menusuk-nusuknya. Pandangannya juga memburam, tanpa sadar tangannya meremas lengan Liovando yang menopangnya. Membuat laki-laki itu mengaduh, tetapi tak protes karena memperhatikan Anetta yang memegangi kepalanya.

"Net, lo kenapa?" Liovando berusaha bertanya agar Anetta tidak hilang kesadaran. Ia juga berharap gadis itu tidak kenapa-kenapa.

"Pusing ..." lirih Anetta, yang seperkian detik kepalanya jatuh menimpa bahu Liovando.

Laki-laki itu bergegas membawa Anetta ke UKS. Berusaha sekuat tenaga untuk cepat sampai di UKS. Tak dihiraukannya para siswa yang menatap tak percaya ke arahnya, yang memang baru pertama kali ini melihat Liovando menggendong Anetta.

Tak hanya itu, kali ini adalah kali pertama mereka melihat Anetta pingsan. Sebab setahu mereka, Anetta adalah gadis yang kuat dan pemberani, serta kejam. Jika tak melihat mungkin mereka akan menganggap bahwa Anetta bukan manusia. Namun, ternyata mereka salah, sehebat-hebatnya manusia pasti memiliki kekurangan.

Suara berisik tentang berita Anetta pingsan itu beruntun sampai ke seluruh penjuru sekolah. Bahkan ada yang mulai beropini kenapa Anetta bisa pingsan atau kenapa Liovando bisa bersama Anetta.

Liovando terengah-engah bersamaan dengan langkahnya yang terhenti di pintu UKS yang terbuka lebar. Sang penjaga yang melihatnya lantas bergegas hendak membantu Liovando. Namun, laki-laki itu menepisnya, lalu membawa Anetta ke salah satu ranjang UKS tersebut. Setelahnya ia membukakan sepatu gadis itu, dan tak lupa menggosok telapak kaki Anetta dengan tangan.

"Kamu bisa oleskan ini ke Anetta," kata penjaga UKS itu—Lian—seraya memberikan minyak kayu putih kepada Liovando untuk dioleskan pada pelipis, hidung, telapak tangan dan telapak kaki Anetta.

Liovando hanya menurut, mulai melakukan tugasnya. Ia begitu lama mengoleskan minyak kayu putih tersebut pada telapak tangan Anetta dengan tatapan yang tak lepas dari gadis itu. Membuat penjaga UKS itu mengerti, bahwa memang dirinya harus membiarkan dua orang itu sendirian.

"Jika sudah, maka tinggal menunggu dia sadar. Saya keluar sebentar, tolong jaga Anetta ya," ucapnya kemudian keluar dari ruangan tersebut.

Seperginya penjaga UKS itu, Liovando mengambil posisi di pinggir ranjang. Ia menatap gadis itu dalam. Tak terlihat ada ekspresi datar pada wajah Anetta. Liovando mengakui bahwa Anetta memang sangat cantik. Rambut panjang berwarna hitam legam yang indah, hidung mancung, iris coklat yang teduh dan tidak lupa dengan bibir ranum gadis itu yang menarik perhatian.

"Maaf," bisik Liovando begitu menyadari sesuatu.  Masih dengan tatapan pada gadis itu. "Aku salah selama ini, maaf Netta," lanjutnya yang kali ini menundukkan kepalanya.

"Aku udah jauhin kamu selama ini, tapi kamu gak pernah menyerah. Kamu selalu datang, tapi aku selalu menyuruh kamu pergi. Kenapa, Net? Kenapa kamu terlalu sayang? Apa perlakuan aku gak cukup buat kamu mundur?"

Liovando tersenyum tipis, baru kali ini ia merasa benar-benar berbicara sendiri. Jauh di lubuk hatinya, ia ingin memperhatikan Anetta dengan baik. Namun, semua itu tidak mudah. Ia sadar jika dirinya bukan orang yang cocok untuk bersanding dengan Anetta.

Ia memang munafik. Ia mengatakan tak mencintai bahkan membenci gadis itu, tetapi hatinya tak bisa bohong. Ia benar-benar menginginkan gadis itu. Hanya saja ia merasa tak pantas untuk Anetta, setelah perlakuannya yang menyakiti gadis itu.

Liovando menelan ludah dalam diam. Menatap sendu wajah dengan mata terpejam di hadapannya. "Netta, ... apa aku bisa punya kesempatan kedua?"

Brak

Liovando menoleh kaget, pintu yang tadi ditutup rapat itu kini terbuka lebar.   Lebih terkejut lagi mendapati Diyara yang bersama Jeffryan dan Nino di tengah-tengah pintu.

"ANETTA!"

***

Diketik :  851 kata

Diharapkan menekan bintang dan meluweskan jari untuk berkomentar yang baik dan sopan; Terima kasih.

Transmigrasi : Anetta's Journey Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin