• 3. Korban Perundungan Anetta •

143 14 2
                                    

Koreksi for typo!

Happy reading~

Happy reading~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





Setelah jam istirahat berakhir, para siswa kelas XI MIPA 3 diminta untuk belajar di perpustakaan karena guru yang bersangkutan memberikan tugas mencari beberapa sumber untuk pembuatan artikel. Anetta yang sebelumnya tak pernah berupaya keliling sekolah, mengharuskannya untuk keluar dari kelas. Dengan langkah malas, ia mengekori teman-temannya ke perpustakaan.

Di tengah perjalanan, ia melihat beberapa orang yang berlari ketakutan saat mata mereka bersitatap. Hal itu tentu membuat Anetta terheran-heran. Ditambah ada seorang gadis yang tak sengaja menabraknya, bukannya meminta maaf, melainkan kabur.

"Gak punya mata apa, asal nabrak!" Diyara bersungut, ia ikut terjatuh karena gadis tadi.

"Udah, mungkin dia buru-buru," ucap Anetta yang lantas mendapat tatapan tak percaya dari teman-temannya itu.

"Kenapa?" tanyanya tak mengerti dengan tatapan mereka.

"Lo ... lo Anetta 'kan?" tanya Dri, sang ketua kelas, yang sama tak percayanya dengan tanggapan Anetta tadi.

Anetta mengangguk, "Gue akui kalo gue cantik, jadi turunin tatapan kalian itu atau mata kalian gue buat jadi lauk piharaan gue!"

Mendengar hal itu, tentu mereka segera mengalihkan tatapannya. Pun bergegas melangkah lebih dulu memasuki perpustakaan. Berbeda dengan Diyara yang menatap selidik sepupunya satu itu.

Anetta tak peduli, ia mulai memasuki perpustakaan. Ia mepangkah ke lorong-lorong rak, mencari buku yang berkaitan dengan tugasnya. Berharap bisa mengerjakan tugas dengan tenang dan damai. Namun, sayangnya keberuntungan tak berpihak padanya. Ia lantas melengos malas saat tiba-tiba Diyara berada di sampingnya.

"Net, lo gak kenal cewek tadi?" Anetta mengangkat bahu, kenal tak kenal, ia tak peduli.

"Dia Bona." Tangan Anetta berhenti, ia menoleh ke arah Diyara yang menatapnya serius. "Gue yakin lo gak bakal semudah itu ngelepasin mangsa," lanjutnya membuat tekukan alis sepupunya itu semakin jelas.

"Siapa?"

Diyara hampir berteriak jika ia tak sadar sedang berada di mana. Ia tak habis pikir dengan sepupunya ini, entah mengapa menjadi tiba-tiba aneh dan seolah tidak mengenal siapa pun.

"Gue tau, Net, kalo lo punya banyak mangsa. Tapi setau gue, Bona adalah orang yang paling sering lo tindas. Tapi lihat kali ini lo ngebiarin dia pergi begitu aja, buat gue curiga. Lo ... ada ngerencanain sesuatu?"

Anetta melayangkan tatapan datar, pertanyaan itu lagi. Apakah orang-orang tidak mengerti jika ia sedang tak ingin diganggu?

"Menurut lo?"

Diyara mengangguk cepat, "Menurut gue, lo punya rencana ajaib untuk balas perbuatan Bona lebih dari itu. Gue yakin karena lo bukan sembarang orang," jawabnya menggebu-gebu. Menunjukkan betapa bangganya pada sepupunya itu.

Transmigrasi : Anetta's Journey Where stories live. Discover now