• 4. Siuman •

191 17 0
                                    

Buat dirimu senyaman mungkin untuk menikmati cerita ini. Selamat membaca-!^^

 Selamat membaca-!^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Bulu mata lentik itu bergerak kecil, perlahan kelopaknya terbuka, menampilkan sepasang iris coklat yang indah. Beberapa kali mengerjap untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke pupilnya. Baru kemudian gadis itu menoleh pada seseorang di samping ranjang UKS.

Alisnya menukik, tak kenal siapa gerangan laki-laki yang menelungkupkan kepalanya itu pada ranjang. Tangannya ia bawa menyentuh lengan laki-laki itu, bagai putri malu yang kuncup bila disentuh akan meredup, maka laki-laki itu sebaliknya. Ia terbangun karena sentuhan Anetta.

Betapa terkejutnya Anetta melihat wajah laki-laki itu. Bukan karena buruk rupa, melainkan ia mengenal pula laki-laki itu pada kehidupan yang lalu.

'Apa ini yang dimaksud, Yers?' batinnya bergumam. Ia masih menatap laki-laki itu dengan tatapan tak percaya.

"Ternyata lo udah bangun. Hm, udah mendingan?"

Suara pertama yang ia keluarkan setelah mengucek matanya beberapa kali. Anehnya Anetta mengangguk tanpa kata, mengamati pergerakan yang dilakukan laki-laki itu.

Tentu saja yang ditatap menyeringai kecil, "Gue tau kok gue ganteng, gak sebegitunya juga kali natap gue," kekehnya yang seketika membuat Anetta tersadar, yang lantas mendecih pelan.

"Tapi Net, beneran lo udah gak apa-apa?" ulang laki-laki itu karena kurang yakin dengan jawaban Anetta.

Anetta mengangguk, ia sudah tak merasa pusing seperti di perpustakaan. Pun tidak merasa lemas.

"Syukurlah kalo gitu, gue khawatir banget. Gue kira lo ada sakit parah," ucapnya mengundang kernyitan pada dahi mulus Anetta.

"Lo ... memang kita akrab?"

Raut laki-laki itu seketika berubah. Terlihat senyuman miris menghiasi biarinya. Tak ada lagi raut khawatir seperti sebelumnya. Jelas, Anetta merutuki pertanyaannya. Namun, ia tak tau harus bagaimana. Terlebih lagi ia tak mengetahui nama dari laki-laki yang mirip dengan Marquess Jyranv itu. Hanya rambutnya yang tidak menghijau. Sama seperti dua orang sebelumnya.

"Gue tau Net, kalo gue gak seberarti itu di hidup lo. Gue juga tau hati dan cinta lo hanya untuk Lio, tapi bisa gak sih, lo terima gue cukup sebagai temen lo?"

Anetta mendengar nada frustrasi pada kalimat itu. Tentu itu mengundang pertanyaan pada benaknya, hal apa yang membuat laki-laki ini begitu khawatir pada Anetta Fatiniantri?

Netra Anetta bergerak ke arah dada kiri  laki-laki itu. Melihat name tag yang bertuliskan Jeffryan Analdi.

'Nama yang bagus,' puji Anetta dalam hati.

"Jef." Panggilan itu sukses membuat Jeffryan terdiam. Ia menatap tak percaya ke arah Anetta. Sementara Anetta kembali dibuat bingung dengan tatapan itu. 'Kali ini yang salah apa?'

Transmigrasi : Anetta's Journey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang