Masa lalu

26.7K 1.8K 68
                                    

Happy Reading...

Rayanza menatap kedua manusia berbeda usia itu secara bergantian. Terlihat jika keduanya menangis dengan perasaan penyesalan yang teramat dalam. Sebelumnya Rayanza menceritakan bagaimana Adinda mamahnya bisa meninggal.

Kejadian itu terjadi sudah dua tahun yang lalu, dimana Rayanza yang masih duduk di bangku kelas delapan SMP , tengah berada disekolah untuk menjalani pembelajaran seperti biasanya, namun saat di tengah-tengah pembelajaranya. Rayanza dipanggil oleh kepala sekolah dan mengatakan jika mamahnya telah tiada saat sedang bekerja di cafe karena serangan jantung dadakan.

"Dimana makam mommy?" tanya Arga lembut, sambil mengelus surai rambut Rayanza yang terasa lepek.

"Gak jauh dari kos-kosan gue Bang," jawabnya dan langsung mendapatkan sentilan maut dibibir tipisnya.

"Shtt... seneng bener sih kdrt sama gue!" sulut Rayanza tak Terima, tangannya mengelus pelan bibirnya yang terasa berdenyut.

"Abang tidak suka jika kamu menggunakan bahasa gaulmu itu, bicaralah yang sopan dan sebut dirimu adek atau Ajja saja itu jauh lebih baik," tukasnya memberi tau.Membuat Rayanza memutar bola matanya malas.

Dih najis sekali Rayanza harus menyebut dirinya sendiri dengan nama, apalagi adek. Sorry ndory merry ya, Rayanza ini sudah besar bukan bocil lima tahun lagi, yang harus menyebut dirinya sendiri dengan kata adek!

"Ogah amat nyebut diri sendiri adek...oh iya kalau boleh tau saya ini anak dari istri nomor berapa ya, dan bang Arga ini pasti anak dari istri pertama kan?"

Bukan tanpa alasan Rayanza menanyakan itu, pasalnya mamahnya itu tidak pernah memberitahukan pada Rayanza jika Rayanza memiliki saudara. Jadi wajar saja otak dangkal Rayanza berpikir seperti itu. Siapa tau juga dirinya anak haram kan.

"Apa jangan-jangan anak haram ya? Om sama mamah aku gak sengaja buat aku ya, terus mamah diusir sama istri pertama Om, jadilah mamah akhirnya membesarkan Rayanza sendiri, iyakan," cerocos Rayanza tanpa henti menuduh Rama yang tidak-tidak membuat Arga sedikit syok mendengarnya.

"Malang bener nasip mamah gue," beonya pelan. Namun masih bisa didengar oleh Arga dan Rama.

"Bisa-bisanya Adek ngomong gitu! Adek, sama abang dan Bang Arga itu dibuat dari satu lobang dan batang yang sama , jadi kita ini saudara kandung, bukan tiri ataupun kamu itu anak haram," sahut Arfa yang baru saja datang dan langsung duduk tepat disamping Rayanza yang kini telah diapit oleh Arfa dan Arga.

"Arfa! bahasamu lebih diperhatikan, ada adikmu yang masih kecil disini," tegur sang daddy membuat Arfa menyengir kuda.

"Abisnya adek bikin kesel Dad, masa iya dia ngomong kalo dia itu anak haram."

"Maaf ya Om, Bang aku bukan anak kecil lagi ya, dan satu lagi. Wajarlah aku berfikir kaya gitu, orang mamah gak pernah cerita apa-apa, jadi ya aku pikir aku sama mamah itu dibuang," ucap Rayanza membela diri.

"Kamu itu bukan anak haram Rayanza, kamu itu anak kadung daddy yang sah.Daddy itu cuman punya istri satu, yaitu mamah kamu yang juga mamah dari Arfa, dan Arga. Dan dulu ada sebuah kesalahpahaman yang membuat mamah kamu kabur dari rumah," ucap Rama menjelaskan perihal kebenaran sesungguhnya.

"Dulu daddy itu sempat ingin dijodohkan lagi oleh nenekmu dengan wanita lain, karena mamahmu yang tak kunjung hamil-hamil kembali. Dan mamahmu marah dengan daddy dan pergi begitu saja tanpa berpamitan dengan daddy.Padahal daddy menolak perjodohan itu dan membatalkannya. Dan saat itu daddy tidak tau kalau mamahmu itu ternyata sedang mengandung kamu, daddy selalu berusaha mencari keberadaan mamah kamu, namun tidak pernah berhasil. Sekalinya ketemu, mamah kamu sudah pergi dari dunia ini." Lanjutnya menjelaskan agar Rayanza tidak salah paham tentang kejadian sebenarnya dimasa lalu.

Rayanza menunduk dan meremad ujung kaosnya sendiri, "Maaf karena sudah menuduh Daddy yang tidak-tidak," ujarnya lirih, tanpa sadar Rayanza memanggil Rama dengan sebutan daddy.

Membuat Rama menangis bahagia, akhirnya putra bungsunya itu mau memanggil dirinya Daddy tanpa paksaan.

"Seneng banget punya adek, akhirnya aku bukan anak bungsu lagi," girang Arfa sambil memeluk Rayanza kencang, membuat Rayanza kesulitan bernafas. Hal ini tidak luput dari pandangan Arga. Segera Arga menarik tubuh Rayanza dari pelukan Arfa yang mematikan itu.

Jika dibiarkan Arga yakin, adiknya yang baru ketemu ini akan langsung kehabisan nafas saat ini juga. Dasar Arfa bodoh!

"Bang! kenapa kamu merebut Rayanza dariku?" tanyanya tak terima.

"Adikku bisa mati bodoh! kamu memeluknya terlalu erat," tegurnya dengan menatap wajah Arfa tajam. Dan pelakunya hanya cengengesan sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

"Dan Adek, sekarang akan tinggal bersama dengan kita, jadi bersiaplah untuk mengemasi barang-barangmu. Setelah itu kita akan pergi ke Jakarta dan tinggal disana," ucap sang daddy membuat Rayanza syok bukan main.

Apa katanya, pindah? tidak mungkin dirinya pindah sekarang. Bagaimana dengan sekolahnya, geng motornya, lalu latihan balapan mobilnya. Sebentar lagi dirinya akan mengikuti perlombaan penentuan posisi balapan, dan sekarang dirinya di suruh pindah.

Ini gila, Rayanza bisa gila jika dirinya benar-benar pindah.

"Aku gak mau pindah!" ucapnya.

"Tidak ada negosiasi ataupun apapun itu, Adek akan tetep pindah ikut dengan abang dan daddy ke Jakarta. Setuju ataupun tidak setuju, abang tidak peduli!" putus Arga tanpa mau diganggu gugat.

"Mati aku, mati aku... gue harus kabur," batin Rayanza merencanakan ide gilanya.

-------

"Daripada mikirin Rayanza si tengil titisan kecebong yang gak dateng-dateng, mending kita nyanyi cok!" teriak Mahen membuat suasana markas menjadi heboh.

"Gasken uy," timpal Kai tak kalah heboh.

"Grenvos, tunjukkan suara gambreng mu yang menggetarkan dunia...one, two, one two three go!"

Aku bingung harus pilih yang mana...

Satu putih jelek sangatlah matrek
Bulu panjang-panjang tak pernah dicukur
Dua hitam lenjeh sedikit ngelont*
Suka melorotin lelaki. Bikin mabuk endasku

Untuk si jelek limapuluh persen
Untuk silont* lima puluh persen

Genap sudah seratus persen cintaaa...

"Asekkk, lagii!

Cintaku...tak pernah memandang siapa kamu... lont*
Tak pernah menginginkan kamu lagi, Mahen!

" Woy bangsol, ngapain jadi bawa-bawa nama gue sih?" sungut Mahen tak terima. Enak saja nama indahnya jadi lelucon nyanyian anggota geng laknat ini.

"Abisnya nama lo bagus buat dibully Hen," ucap Tama enteng membuat Mahen melotot tak terima.

"Grenvos, ada yang mau gue omongin, penting!" ucap seseorang yang baru tiba disana. Membuat semua mata seluruh anggota tertuju pada pemudan yang berdiri tepat didepan mereka.

Berhubung sudah 100 vote
Ballver menepati janjinya untuk up.

And sorry gak bisa double up, karena aing
Besok masih harus kerja.
Dan jangan lupa vote and komen

Vote itu gratis, jangan lupa vote, nanti aing
Do'ain rezekinya berlimpah amin...



Rayanza [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now