Part 6; Angels Like You

613 81 6
                                    

a.n: haloo haloo ada yang kangen? maaf bangetttt baru sempat up lagi. astaga beneran aku kepikiran karena ini cerita cukup lama aku anggurin. ke depannya juga mungkin aku gak bakal bisa update rutin, tapi aku akan usahain updatenya gak sengaret ini. semoga part ini bisa mengobati kerinduan kalian ya hehe, enjoy your reading, semoga suka!!! anw, aku akan sangat senang kalau kalian mau kasih feedback dengan vote dan komentar hihi.

***

Langkah Belvin sejenak terhenti. Ketika kakinya tanpa sengaja menginjak sebuah buket bunga mawar biru yang tergeletak tepat di depan pintu apartemennya.

Itu buket bunga keempat yang dia temukan ada di tempat yang sama dalam dua minggu terakhir ini. Dan seperti sebelum-sebelumnya, Belvin akan mengabaikannya. Membiarkan bunga itu tergeletak begitu saja tanpa ingin tahu siapa yang menyimpannya.

Karena sejujurnya tanpa dicari tahu pun, dia sudah mengetahuinya.

Bunga mawar biru. 

Blue roses are a symbol of first love, loyalty and sincere love.

Kerinduan. Adalah salah satu makna lainnya dari mawar biru. Rindu yang mendalam.

Dan satu-satunya orang yang konsisten memberikan blue rose setelah mereka terlibat dalam pertengkaran adalah dia. Gavin.

Tapi sekarang mereka tidak terlibat pertengkaran apa pun. Lebih tepatnya Belvin tidak mau menganggap ini sebagai pertengkaran karena pada dasarnya hubungan mereka sudah selesai. Tidak ada pertengkaran yang setelah itu akan ada kata baikan seperti yang dulu sering Belvin lakukan--memaafkan. 

Bunga mawar itu memiliki banyak makna. Namun bagi Belvin itu tidak bermakna apa pun lagi sekarang.

"Gue nggak suka bunga."

"Sukanya gue, ya?"

Langkah Belvin terhenti secara otomatis. Mata memejam erat. Kala obrolan di masa lalu mendadak melintas dalam memorinya.

Menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya keras-keras, Belvin masuk ke dalam lift, menekan tombol yang mengantarkannya ke lobi. 

Melipatkan kedua tangan di dada, Belvin sedikit menarik lidah topinya dan mulai memejamkan mata. 

"Tahu nggak kenapa ini mawar warnanya biru? Soalnya kalau merah namanya mawar merah. Semerah cintaku padamu. Membara."

"...."

"Nggak lucu, ya?"

Matanya kembali terbuka dengan cepat. 

Selalu begini. Selalu begini. Membuatnya muak. 

Kala menemukan sesuatu yang mengingatkannya kepada laki-laki itu, memori di masa lalu yang berhubungan dengan hal itu selalu muncul ke permukaan.

Itu menyiksanya. 

Bagaimana tidak menyiksa di saat satu-satunya yang ingin Belvin lakukan adalah melupakan semua memorinya tentang Gavin, namun hal sekecil apa pun yang berhubungan dengan laki-laki itu bisa membuatnya kembali teringat.

"Mbak Belvin?"

Belvin menoleh, melangkahkan kakinya ke arah meja resepsionis, sosok orang yang memanggilnya.

"Ini, baru aja ada titipan buat Mbak." Resepsionis itu menyimpan sebuah paper bag di hadapan Belvin. 

Belvin melihat isinya. Cake box. Baru akan bertanya siapa yang mengirim, resepsionis itu sudah lebih dulu melanjutkan.

"Dari Ibu Jolie."

Bibir Belvin menipis. 

"Selamat ulang tahun ya, Mbak Belvin." Resepsionis itu mengucapkan dengan ramah, tersenyum lebar, yang hanya Belvin balas dengan senyuman tipis dan anggukan kecil.

Dimana Ujungnya?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang