Part 17; Perubahan Kecil

566 56 9
                                    


Belvin merasakan kasur di sampingnya bergerak. 

Sesaat kemudian, suara dari sosok yang berbaring di belakangnya terdengar. “Maaf.”

Belvin tetap memejamkan mata.

“Aku minta maaf kalau omonganku tadi terdengar menggampangkan kondisi kamu.”

Mata Belvin terbuka.

“Aku tahu kamu belum bisa percaya lagi sama aku, tapi aku ingin tetap menemani kamu di sini, Bel. Untuk saat ini kamu nggak perlu percaya sama aku, kamu cuma perlu biarin aku ada di samping kamu dan lihat... apa aku layak mendapatkan kepercayaan kamu lagi.”

Ada hening sejenak sebelum suara Gavin kembali terdengar, “Meskipun aku sangat mencintai kamu, tapi aku nggak mau membebaskan kamu melakukan sesuatu yang terus membahayakan diri sendiri kayak gitu, Bel.”

Belvin masih bergeming.

“Aku bener-bener mau tanya... kamu serius mau terus hidup kayak gitu?”

Tidak ada respons yang Belvin berikan.

“Coba liat aku dan tolong jawab.”

Jika awal-awal, Belvin akan mencemooh mendengar nada perintah itu, sekarang Belvin hanya diam saja. Mulai menyadari apa yang diucapkan Gavin beberapa jam yang lalu ada benarnya.

Dia tidak akan bisa keluar dari kehidupan yang menyesakkan seperti ini jika masih terus hidup seperti itu.

Belvin harus mempunyai keinginan yang kuat untuk sembuh. Gavin saja tidak cukup. Tekad dirinya sendiri lah yang paling penting.

“Lo pikir gue nggak mau?” 

“Aku tahu kamu mau.” Kontras sekali dengan respons Belvin yang terdengar defensif, Gavin menyahut dengan suara yang lembut. Terlalu lembut.

“Liat ke sini dulu coba.”

Belvin tidak menanggapi.

“Atau aku yang ke depan kamu.” Bersamaan dengan mengatakan itu, Gavin merangkak melewati tubuh Belvin dan berbaring di ruang kosong di hadapan perempuan itu yang terlalu sempit sehingga tubuh mereka terlalu dekat.

Atas kedekatan itu, Belvin spontan bergeser mundur. Mendengus kecil melihat cengiran laki-laki itu, tapi tidak mengeluarkan protesan apa pun.

Hening.

Gavin mengamati Belvin yang balik menatapnya. Tangannya kemudian terulur mengusap samping wajah sang perempuan. 

“Besok kita jalan pagi ya?” Memulai dari hal paling kecil. “Aku bangunin pagi-pagi.”

Belvin menatap Gavin sesaat, sebelum memejamkan mata tanpa menjawab apa pun. Meskipun tidak ada kata yang keluar dari mulut perempuannya, Gavin sudah tahu jawabannya.

Dia tersenyum. Beringsut mendekat, memeluk Belvin untuk merapat. Dia kecup pipi perempuan itu sebelum menenggelamkannya di dada bidangnya dan mencium puncak kepalanya dalam-dalam. 

I hope you find your happiness again, my girl.

Gavin berdoa dalam hati, sebelum ikut terlelap bersama perempuan dalam dekapannya.

***

Tidur Belvin terusik ketika sayup-sayup mendengar namanya berkali-kali dipanggil. 

Matanya terbuka dengan berat dan langsung menemukan wajah Gavin tepat berada di depan wajahnya. 

Belvin mengernyitkan kening terganggu. “Apa sih?” kesalnya.

“Bangun. Semalam kan kamu setuju mau jalan-jalan pagi sama aku.”

Dimana Ujungnya?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang